Suara alarm yang memekakkan telinga membuat Keyla terlonjak dari kasur. Dengan mata setengah tertutup ia meraba-raba sekitarnya. Saat menemukan ponselnya, ia langsung mematikan alarm tersebut. Menangkupkan tangan di depan dada sambil bersila, berdoa mengucap syukur pada Yang Kuasa atas hari baru yang ia terima. Salah satu hal yang diajarkan papa mamanya sejak kecil dan masih setia dilakukannya meski tinggal jauh dari orangtuanya sekarang.
Hari Senin. Identik dengan I hate Monday. Namun tidak bagi Keyla. Ia menyukai pekerjaannya sebagai honorer bagian administrasi pada salah satu instansi pemerintahan di ibukota negara. Sebagai workaholic, Keyla menganut semboyan "do what you love, love what you do." Terlebih, ia mendapat banyak pengalaman yang bertolak belakang dengan latar pendidikannya. Seorang sarjana Sastra Inggris namun bekerja di administrasi pemerintahan yang kerjaannya tidak ada kaitan dengan bahasa Inggris sama sekali? Ya, itulah Neyna. Sekali lagi, ajaran orangtuanya adalah untuk selalu mengucap syukur dalam segala hal.
"Keyla! Cepat cuci dan bereskan piring-piring yang berantakan di dapur. Jangan lupa sapu dan pel lantai bawah! Bangunin juga Via, suruh ke pasar!"
Suara tante Riri menggelegar dari lantai satu. Ya, sudah lima tahun Keyla tinggal di rumah om dan tantenya di kota ini. Meninggalkan ibu dan adiknya di kota kabupaten nun jauh di sana demi mengejar sesuap nasi.
Di rumah ini kamarnya terletak di lantai dua. Sekamar dengan salah satu keponakan tantenya. Sedangkan Keyla adalah keponakan dari pihak om.
"Vi, Via, ayo bangun. Sudah jam lima. Nanti kamu telat ke sekolah. Disuruh tante ke pasar dulu," dengan lembut Keyla membangunkan Via. Sambil mengucek mata Via bangun dan langsung meneguk air dari tumbler di nakas samping tempat tidur.
Ritual pagi berlangsung seperti biasa. Keyla dan Via yang pontang-panting mengerjakan segala sesuatu agar selesai tepat waktu dan tidak terlambat ke kantor maupun sekolah. Tante Riri yang mengoceh tiada henti memberi perintah kepada Keyla dan Via. Gian dan Gea, anak-anak om tante yang turut memberi perintah kepada Keyla dan Via untuk menyiapkan seragam serta keperluan sekolah mereka. Hanya om Sardi yang masih santai dan hanya geleng-geleng kepala melihat semua itu.
Pukul setengah tujuh, Keyla dan Via sudah siap untuk berangkat. Setelah pamitan pada om Sardi dan tante Riri, mereka menunggu angkot. Via yang biasanya akan turun duluan karena sekolahnya lebih dekat, sedangkan Keyla masih harus melanjutkan perjalanannya dengan KRL.
"Keyla!"
Keyla baru saja sampai kantor saat Arga, salah satu rekan kerjanya berseru memanggilnya. Wajahnya berseri-seri dan melambai penuh semangat ke arah Keyla. Pasti ada kabar baik nih, batin Keyla.
"Ada apa om bro?" Keyla menghempaskan diri di kursi samping Arga sambil mencomot muffin milik Arga.
"Permisi dulu kenapa, main comot aja," Arga pura-pura mendumal.
Keyla terbahak. "Ntar gue lapor istri lo, sama gue aja pelit makanan. Gue yakin, di sini ada jatah gue juga kan?"
Arga memang selalu membawa camilan buatan istrinya ke kantor. Dan Keyla yang sudah lumayan akrab dengan Nurul, istri Arga, selalu minta jatah bagiannya pula.
"Iya iya makan dah lu. Btw, lo siap-siap ya minggu depan kita ada perjalanan dinas ke kota M empat hari."
"Serius nih? Surat tugas udah ditandatangani?"
"Sudah dong. Nih gue lagi ngurusin permintaan dananya. Lumayan buat nambah tabungan. Lo belum pernah kan ke sana?"
"Iya. Wah nggak sabar buat eksplor tempat baru." Keyla antusias sekali tiap kali ditugaskan ke daerah yang belum pernah didatanginya. Karena satu lagi semboyannya, work hard play hard. Jadi setiap selesai melaksanakan tugas, Keyla akan berusaha semaksimal mungkin mengeksplor tempat tersebut.
"Jangan lupa siapkan berkas-berkas administrasi buat survei kita," pinta Arga.
"Aye aye om bro!"
ns3.16.147.165da2