Gerimis membasahi soreku sehingga aku yang sedang menyabit rumput untuk pakan kambing harus basah kuyup. Secepat mungkin aku menyabit, dan setelah merasa cukup aku mengumpulkannya, lalu mengikatnya dengan tali yang terbuat dari pelepah daun pisang yang sudah kering. Setelah menaikkannya ke atas pundak, aku bergegas menuju saung sawah milik bapakku, untuk sekedar melepas lelah sebelum pulang ke rumah.152Please respect copyright.PENANAkOrF9yZPVf
152Please respect copyright.PENANAZNm3eOD9Ui
Bluff... aku letakan rumput disamping saung. Lantas aku masuk ke dalam saung dan mengeringkan badan. Setelah itu, aku mengganti baju alakadarnya dengan pakaian ganti yang kugantung di tiang saung, aku duduk memandang bentangan sawah yang menghampar di hadapanku. Seraya menghisap sebatang Djarum Coklat aku memperhatikan rintik-rintik air yang terjatuh menimpa sawah yang siap ditanam. Aroma tanah basah hinggap di hidungku dibawa semilir angin. (*Inilah aroma yang akan selalu kurindukan kelak).152Please respect copyright.PENANADCUHB0QJq4
152Please respect copyright.PENANAYPSWYBXMfQ
Ah… tiada yang lebih indah selain memandang keindahan gerimis di senja hari seraya menghirup aroma tanah pesawahan yang khas. Aku dan alam menyatu dalam hening yang tak bisa digambarkan dengan kata-kata.152Please respect copyright.PENANACJAeYJ7sBU
152Please respect copyright.PENANAl0A28dz66d
“Belum pulang, Ja?” Tiba-tiba sebuah suara menyadarkanku dari keheningan ini. Kulirik ke arah datangnya suara. Rupanya bi Iyah dan Mang Oyes lewat di pematang sawah, samping saung. Mereka adalah tetanggaku. Bi Iyah ngélék (mengapit di antara tangan dan pinggang) baskom bekas bekal makan siang, di belakangnya Mang Oyeh memikul kayu bakar.152Please respect copyright.PENANAVCjfXXnPXx
“Belum bi, mang. Tadinya mau menunggu gerimis berhenti, tapi sepertinya tidak akan reda sampai malam nih,” jawabku.152Please respect copyright.PENANApEpWZeIFTc
“Hayu atuh pulang bareng.” Kali ini Mang Oyeh yang mengajakku pulang.152Please respect copyright.PENANApwcvfwK5Jc
“Iya mang.. hayu…”. 152Please respect copyright.PENANA8hoc5IHfWc
Kulempar puntung rokok, lalu kupanggul rumput pakan si kambing.152Please respect copyright.PENANAKJGDfGb0si
152Please respect copyright.PENANAwoXGZI3rWq
Di bawah rintik hujan, kami beriringan menyusuri pematang sawah. Setelah menyeberangi lebak (sungai kecil), kami menapaki jalan setapak yang mendaki. Tentu saja jalannya agak licin. Namun gerimis yang membasahi tubuh kami tidak menjadi penghalang untuk pulang. Kami sudah terbiasa bersahabat dengan alam. Sambil berjalan kami bercerita tentang cuaca yang cukup bersahabat di musim tanam ini. Mang Oyeh bercerita bahwa sawahnya sudah selesai dicangkul dan lusa akan segera ditandur (di tanam benih). Dan aku menceritakan bahwa aku telah lulus SMA, kemarin baru perpisahan.152Please respect copyright.PENANAWOrIBOPcNA
152Please respect copyright.PENANAzXZjb6lOaw
“Lalu kamu mau melanjutkan ke mana, Ja?” Tanya bi Iyah.152Please respect copyright.PENANAHYi8KGQCaK
“Sementara ini saya di rumah saja, bi, membantu bapak dan ibu di sawah.”152Please respect copyright.PENANAoWKvATlJUB
“Sayang atuh kalau sekolah tinggi-tinggi tapi akhirnya bersawah juga. Jarang loh anak kampung kita yang bisa sekolah sampai SMA.” Lanjut bi Iyah.152Please respect copyright.PENANAK4aQtChQuH
“Yah.. mau gimana lagi bi. Nanti saya pikirkan lagi… siapa tahu ada tawaran kerja buruh di kota. Lebaran depan katanya Si Ilham akan pulang. Siapa tahu ada lowongan.” Ilham adalah teman sejak masa kecilku yang baru sama-sama lulus SMA. Namun setelah lulus ia ikut pamannya ke kota dan sekarang jadi buruh di pabrik tekstil.152Please respect copyright.PENANAF3rEQ6FERO
152Please respect copyright.PENANAPAR6UVMUUe
Kami terus mengobrol seraya menyusuri jalan setapak. Setelah menaiki tanjankan kami berbelok ke kiri menyusuri lereng. Sebelah kanan kami adalah perkebunan kopi, dan sebelah kiri -di bawah kami- berbaris pematang-pematang sawah sepanjang lereng bukit. Sebagian sudah selesai ditandur dan sebagian lagi barus beres dicangkul.152Please respect copyright.PENANAlFnPoGJg9n
152Please respect copyright.PENANAxEuSoF7i8r
Tak terasa kami sudah sampai pinggir kampung. Di sana ada kolam ikan milik pak RT yang di salah satu pinggirnya ada pancuran tempat mandi. Pancuran ini hanya ditutupi oleh bilik bambu. Ketiga sisi ditutupi oleh bilik yang cukup tinggi, namun satu sisi hanya setengahnya supaya orang bisa melangkah dan masuk. Airnya berasal dari parit dan dialirkan melalui batang bambu yang disambungkan satu sama lain. Tentu saja airnya sangat bersih karena berasal mata air di hulu lebak.152Please respect copyright.PENANARw08dM4Nsz
152Please respect copyright.PENANAcQjNqAPOhh
"Ja, kami mau mandi dulu. Mangga kalau kamu mau duluan." Kata bi iyah.152Please respect copyright.PENANACzqK61JWUu
“Saya juga mau sekalian mandi kok.. biar tidak bolak-balik. Mamang ama bibi aja duluan. Saya menunggu di sini.” Balasku.152Please respect copyright.PENANAJRlMDypS3v
“Mangga atuh, kami gak lama kok.” Sambung bi Iyah.152Please respect copyright.PENANAahcIPDKeZs
152Please respect copyright.PENANAJxh32nmo2Z
Lalu kuletakkan rumput dari pundakku. Aku berteduh di bawah pohon pisang yang jaraknya kira-kira 5 meter dari tempat pemandian. Kusulut sebatang Djarum Coklat seraya menghadap ke lembah. Namun begitu, aku masih bisa melihat ke dalam bilik mandi, karena berada di sisi yang berdinding pendek.152Please respect copyright.PENANA8fHPy9ZB64
152Please respect copyright.PENANAy0yC54gtGa
“Sungguh indah,” batinku.152Please respect copyright.PENANAIkrSHR7T8A
152Please respect copyright.PENANAerdiqBNELG
Di sebelah kiri membentang perbukitan yang hutannya masih alami, di bawahnya nampak perkebunan kopi milik warga yang menghijau. Di bawahnya lagi adalah lembah yang menjadi lahan pesawahan. Nampak lebak yang tadi kami seberangi yang meliuk membelah area pesawahan. Keindahan alam ini berpadu dengan suara gerimis dan air pancuran, dilengkapi dengan melodi binatang senja yang bersahutan. Di deretan atas sebelah kananku, nampak rumah-rumah warga yang mengepulkan asap dari tungku dapur. 152Please respect copyright.PENANAsxOXfVfnJB
152Please respect copyright.PENANApnwk4awMsL
Ya.. ini adalah jamnya ibu-ibu memasak dan juga adalah momen kebersamaan dalam keluarga. Karena pada senja seperti inilah, para ibu memasak dan para bapak dan anak-anak bekumpul di sekitar tungku untuk menghangatkan badan seraya menunggu masakan matang.152Please respect copyright.PENANAWhIeFeS9EB
152Please respect copyright.PENANAoIKwKer0Ek
“Mamang duluan, Ja.” Mang Oyeh memudarkan lamunanku.152Please respect copyright.PENANAWuVitgh4ku
“Oh iyah mang, mangga.” Jawabku dengan sedikit menoleh.152Please respect copyright.PENANAmLRnwrWBpr
152Please respect copyright.PENANAVfajmBrqXj
Mang Oyeh pun beranjak. Tampak ia mengenakan celana basah dan bertelanjang dada; ia beranjak sambil memikul kembali kayu bakar yang ia bawa dari ladang. Hal seperti ini sudah biasa di kampung kami. Kalau musim hujan begini, kami biasanya baru akan mengeringkan badan di rumah dan berganti pakaian dengan baju kering. Sementara ibu-ibu akan menutupi badan mereka dari dada sampai bawah dengan sarung atau samping (kain, jarik) -yang juga basah- sebelum berganti di rumah. (Note: alat mandi sudah kami siapkan pagi-pagi sebelum ke sawah, sehingga sorenya kami tidak perlu pulang dulu).152Please respect copyright.PENANA0CCK2otFNN
152Please respect copyright.PENANA2u8Tj8pDx9
152Please respect copyright.PENANAgcO2r3WT9X
Kulirik ke arah pancuran. Walau hanya keliatan punggungnya, tampak bi Iyah baru saja selesai mencuci pakaian kotor dan melanjutkannya dengan mencuci perabot makan bekas bekal mereka. Rupanya tadi mereka masuk berdua, sementara Mang Oyeh mandi, bi Iyah mencuci.152Please respect copyright.PENANA8DkUfsPvnC
152Please respect copyright.PENANAPTo5afVPVY
Wanita berusia 40 tahun itu tampak masih seksi dan menggoda. Rambutnya tergerai basah. Badannya masih kelihatan kencang… mungkin karena terbiasa kerja keras di sawah dan ladang. Kulitnya kuning langsat seperti kebanyakan perempuan Sunda. Kedua payudaranya standar, tidak terlalu besar atau kecil, tapi tampak sekal.152Please respect copyright.PENANAm7KrkPVVQN
152Please respect copyright.PENANAK1QkFEZNDb
Setelah hening beberapa saat. Bi Iyah mengajakku ngobrol sambil tetap mencuci.152Please respect copyright.PENANAHZXaS5OfZw
152Please respect copyright.PENANAVijA1r49jf
“Kamu pacaran ama Sae, ya Ja?” Tanya bi Iyah. Sae adalah keponakannya, anak pertama kakaknya, Bi Euis yang menikah dengan mang Sakri. Ia juga adalah teman sejak masa kecilku.152Please respect copyright.PENANA8hmHf0K4kY
“Ah nggak kok bi. Bibi mah ada-ada ajah…” Jawabku.152Please respect copyright.PENANARMxzmzaR2I
“Jangan bohong kamu. Bibi perhatikan kalian sangat dekat.”152Please respect copyright.PENANAy7POPVZDhX
“Beneran bi. Kami hanya temenan. Kan udah berteman sejak kecil.”152Please respect copyright.PENANAk8tw2T9ihX
“Masa?” Cecar bi Ijah.152Please respect copyright.PENANA20eTZfvWWn
“Ah bibi mah gak percayaan pisan. Kalau gak percaya bibi tanya aja sendiri ama Sae.”152Please respect copyright.PENANAY7VNaaX1KP
“Tapi kalian cocok loh. Kenapa gak pacaran aja? Atau mau bibi jodohkan?”152Please respect copyright.PENANA4oBxwhtffy
“…..” dug. dug. dug.. jantungku berdetak kencang. “Mau, bi.” Jawabku, tapi hanya dalam hati.152Please respect copyright.PENANAxykq5bYDCN
“Kok diam? Hayoo berarti suka kan?” Tampak bi Iyah menoleh dan memperhatikanku.152Please respect copyright.PENANAajIIUPNsWL
152Please respect copyright.PENANA6sfam0zy99
Pipiku serasa panas. Tapi lidahku terasa kelu untuk menjawab.152Please respect copyright.PENANAhaMu1rNIAQ
152Please respect copyright.PENANAZ0nNdkTLot
“Hahaha… dasar kamu. Ya udah nanti bibi bilang ke Sae kalau kamu suka dia.”152Please respect copyright.PENANAxHQeu4Vz6X
“Aduh.. jangan bi. Malu sayanya… Kami bener temenan aja kok bi.”152Please respect copyright.PENANAKykPEwZP1N
“Udah jangan ngeles… Ganteng-ganteng kok gak punya nyali. Ya udah bibi mau mandi. Kamu jangan ngintip!”152Please respect copyright.PENANAWtlmyDOkLG
“Mangga bi.”152Please respect copyright.PENANAviJir7lYds
“Aku sayang dia bi.” Batinku. Mana berani aku.. malu…152Please respect copyright.PENANAcSxE8PHl8X
152Please respect copyright.PENANAfje1SQZvvV
Jangan ngintip! Aku teringat ucapan terakhir bi Iyah. Otakku malah menjadikan larangan itu untuk melakukan hal sebaliknya. Kuperhatikan sekitar takut ada orang yang lewat. Aman. Sepertinya kami adalah orang yang pulang paling akhir hari ini. Dengan deg deg an aku melirik ke arah pancuran. Tampak bi Iyah sudah membuka bajunya dan sedang membuka BH nya yang berwarna hitam. Kulit punggungnya yang kuning langsat tampak mengkilap kena air.152Please respect copyright.PENANA03aCE9RkUd
152Please respect copyright.PENANA7nB3rSWzmq
Dan… Jantungku terasa copot ketika bi Iyah beranjak setengah berdiri untuk melepaskan celana panjangnya. Seperti gerakan slow motion di film-film ia menurunkan celananya dan menaikan kaki kirinya untuk melepaskan celana itu. Pinggul itu… duh… bulat dan lebar. Mulus tanpa noda. Lalu ia menaikan kaki kanannya dan melorotkan celananya. Tubuhnya semakin menungging. Celana dalam warna krem tampak melar dan ngejeplak selaras dengan warna pinggulnya yang semakin lebar.152Please respect copyright.PENANAmBt5OKV2zd
152Please respect copyright.PENANAhpW2l3rxy9
Tampak ia mau melirik ke arahku. Segera aku mengalihkan pandangan ke arah sawah dan bersikap seolah sedang menikmati pemandangan senja. Fiuuuh… hanya sepersekian detik aku berhasil mengalihkan pandangan ini sehingga tidak ketauan mengintip. Dari sudut mataku kulihat bi Iyah hanya menengok sebentar, lalu ia menurunkan celana dalamnya.152Please respect copyright.PENANAGxNfTtdkFR
152Please respect copyright.PENANAkSdfcnuCop
Dug…dug…dug…152Please respect copyright.PENANAGkQu9HplZy
152Please respect copyright.PENANAMaYsnirQop
Jantungku berdetak kencang. Mulutku sedikit terbuka… dan di bawah sana ada yang menggeliat… terasa sakit di dalam celanaku. Bokong itu… ah… betapa seksi dan menggemaskan. Aku termangu dan badanku terasa kaku, sekaku si junior.152Please respect copyright.PENANAeCQdhiQC1J
152Please respect copyright.PENANAsklPjhuxmp
Dua detik yang mendebarkan. Karena tak lama setelah itu bi Iyah berjongkok dan hanya keliatan punggungnya. Tanpa curiga ia mulai menempatkan dirinya di bawah pancuran dan membasahi tubuhnya.152Please respect copyright.PENANAJleiwPvOi5
152Please respect copyright.PENANAvGJWOzph9Z
Mataku seolah enggan berkedip. Meski ketutup rambut, sebagian besar punggungya masih kelihatan. Bersih, tanpa noda.152Please respect copyright.PENANAbzbnFqsdaf
152Please respect copyright.PENANAquSyLI6Tdc
Gelap mulai merambat, alam pun meremang; dan gerimis pun masih enggan mereda. Seiring dengan itu pikiranku jernihku terasa mulai “gelap” dan basah tubuhku tak menjadikanku menggigil kedinginan, tapi sebaliknya, malah terasa panas.152Please respect copyright.PENANAAE2boBpPMI
152Please respect copyright.PENANAfAHd9q0qzT
magrib sudah merasukiku. Entah keberanian dari mana, aku melangkah mendekat. Bi Iyah sedang membasuh mukanya di bawah pancuran. Suara air yang deras membuatnya tak menyadari kalau aku sudah mendekat di belakangnya.152Please respect copyright.PENANAYr45Gov2NR
152Please respect copyright.PENANAMcMOLclKTF
Jarakku dengan bi Iyah sudah sekitar 1,5 meter. Dan aku sudah bisa melihat seluruh tubuhnya yang sedang berjongkok di bawah air yang mengucur. Bi Iyah kemudian mundur dari bawah air dan mulai menggosok tubuhnya dengan sabun batangan. Pertama-tama ia menyabuni mukanya.. setelah membilas sebentar ia kemudian menyabuni lehernya. Turun ke dada… agak lama ia menggosok bagian itu dengan busa sabun. Karena pikiran kotorku, gerakan itu bukan seperti menggosok tapi seperti meremas payudaranya sendiri. Meskipun aku tak bisa melihat payudaranya secara langsung, karena posisiku di belakang, kegiatan bi Iyah nampak eksotis. Aku tak tahan lagi… kuturunkan celanaku. Tuing… si junior menyembul dengan gagahnya.152Please respect copyright.PENANAYYJZ1U0N4q
152Please respect copyright.PENANAHyA5VDxUWx
Tanpa mengalihkan pandanganku dari tubuh bi Iyah, aku mulai mengelus si junior. Kurapatkan bibirku agar tak bersuara. Tampak bi Iyah melebarkan pahanya dan menggosok selangkangannya dengan busa sabun, pinggulnya tampak menggeol seksi. Kepalanya sedikit menunduk seolah sedang memperhatikan selangkangannya. Cukup lama ia menggosok area itu… ah seandainya aku bisa melihat dari depan pasti akan sangat seksi. Kupercepat kocokanku..152Please respect copyright.PENANALFdTB2Eacr
152Please respect copyright.PENANA5ac0Aox7S1
Kualihkan pandanganku pada bokongnya yang sedikit bergoyang karena gosokan di kemaluannya. Bokong yang sangat besar dan menggairahkan. Ingin rasanya aku menggantikan tangan bi Iyah untuk menyabuni kemaluannya sambil menyempelkan si junior di bokongnya. Melihat pemandangan itu dan ditambah fantasiku, kocokanku pun semakin kencang. Aku menuju puncak. Nafsuku sudah di ubun-ubun.152Please respect copyright.PENANA1XkjGnRSSp
152Please respect copyright.PENANAcgyFRO5FTy
DUG DUG DUUUUG.152Please respect copyright.PENANA5vrdWYfjsF
152Please respect copyright.PENANANKLmFhVuf7
Croooottttt…152Please respect copyright.PENANAs4hAZTgaGa
152Please respect copyright.PENANAOIpiQxybwt
Tubuhku bergetar, si junior memuntahkan cairan kental beberapa kali seiring suara bedug magrib dari masigit. Aku terengah-engah… terasa nikmat sekali. Inilah kegiatan mengocokku yang paling cepat keluar. Mungkin karena terlalu bernafsu sehingga aku cepat keluar. Tubuhku terasa lemas dan si junior masih berkedut-kedut. Dengan sempoyongan aku menjauhi bi Iyah. Sedikit akal sehatku memberi tanda, sebentar lagi bi Iyah akan menyabuni punggungnya, dan pada saat itu bisa saja ia sedikit menoleh ke belakang. Bisa kiamat hidupku kalau ketauan. Aku menaikan celanaku dan duduk di rumput. Nafasku masih tersengal.152Please respect copyright.PENANAWeUReiIBiz
152Please respect copyright.PENANA05kR4BBRTQ
Perasaan lega. Takut. Menyesal. Semua campur aduk menjadi satu.152Please respect copyright.PENANAmmc8GK3tTZ
152Please respect copyright.PENANAiQxERHpvST
Waktuku pun terasa melambat.152Please respect copyright.PENANADgRjQyveSp
152Please respect copyright.PENANApSjNyPuukL
“Ja, bibi duluan.” Suara itu menyadarkanku.152Please respect copyright.PENANADzHhehxbfn
“I..iya bi.” Aku beranjak sambil tersenyum kecut.152Please respect copyright.PENANAZRp2mXZcQ8
“Jangan ngelamun bada magrib looh… kesambet kamu nanti.”152Please respect copyright.PENANAkTcFsfXVDz
“I..iya bi. hehehe..”152Please respect copyright.PENANArGnhzKzWI3
152Please respect copyright.PENANAez79n2YHeT
Tak ada ekspresi kecurigaan dari bi Iyah. Aman. Berarti ia tidak tahu.152Please respect copyright.PENANAUF23SMaMMs
152Please respect copyright.PENANA3yxz6f0KZ5
Ia pun beranjak pergi. Tubuhnya yang hanya dililit kain basah tampak seksi. Setengah pahanya kelihatan, dan pinggulnya menggeol dengan sangat menggoda. Aku segera mengusap wajah dan masuk ke dalam pemandian.152Please respect copyright.PENANAf98PUdkrL2
152Please respect copyright.PENANAO2MbrraOiY
Aku segera meloloskan semua pakaianku.152Please respect copyright.PENANAywZ3n4kCD4
152Please respect copyright.PENANAlnbF2hhSZE
Clep… aku menginjak sesuatu yang lembab dan basah. Kuarahkan pandanganku ke bawah…152Please respect copyright.PENANASgnupaILT5
152Please respect copyright.PENANA2ImgOYRsnS
Jreng… ternyata aku menginjak celana dalam berwarna krem yang tampak mengkerut habis diperas. Jangan-jangan… Ya bukankah ini celana dalam yang tadi bi Iyah pake? Bener, pasti aku gak salah lagi. Mungkin tadi jatuh.152Please respect copyright.PENANAXOqkE2VSbs
152Please respect copyright.PENANAZNeXKpz98Q
Kuraih celana itu, dan kucium. Tercium aroma sabun, tapi yang muncul di pikiranku adalah bau kewanitaan bi Iyah. Tubuh seksinya terbayang kembali. Si junior kembali merambat naik. Tegang lagi. Kubalutkan celana dalam bi Iya ke batang Junior dan menggosoknya pelan. Aku memejamkan mataku sambil membayangkan kalo si junior sedang berada di dalam memek bi Iyah. Hah..hah…hah… aku mulai tersengal seraya menaikkan tempo kocokanku.152Please respect copyright.PENANA1lFgnNWVcV
152Please respect copyright.PENANAq5rIiV0Tda
“Enak bi.. hah hah.. ayo digoyang bi. Ooh… memekmu enak sekali bi.” Aku bergumam sambil terus mengocok.152Please respect copyright.PENANAsytII8ah5U
“Ja, ngapain kamu? Gak puas setelah ngintip bi Iyah sambil ngocok?”152Please respect copyright.PENANAcT1MsPWg6B
152Please respect copyright.PENANAeNi9TALe6F
Jantungku seakan berhenti berdetak. Refleks kulepaskan tanganku dari celana dalam bi Iyah, sialnya dia masih melilit si junior. Kubuka mataku dan menengok ke belakang.152Please respect copyright.PENANAF7JzpVWHdZ
152Please respect copyright.PENANAds6fPGmdMw
“Ibu…”152Please respect copyright.PENANANGFx253HBX
152Please respect copyright.PENANATp4Xdydmwo