“Nah, kesampingkan hal itu. Janice, apa yang dilakukan mereka ke sini? Mereka nggak bilang soal tentara bayaran itu, ‘kan?” Moritz menyodorkan pertanyaan, demi mengubah topik.
“A-ah… mereka datang ke sini untuk meminta maaf soal itu. Sisanya mungkin… Tn. Presscot yang jelaskan,”
Presscot menambahkan bahwa pihak grenaldine ingin menambah komoditi kebutuhan kota bahan tambang mineral dan beberapa jenis tumbuhan yang menurut para ahli tanaman herbal di kota pirn adalah termasuk tumbuhan beracun.
“Sebentar, tumbuhan beracun? Untuk apa?”
“Saya juga nggak mengerti motif mereka. Tapi tumbuhan – tumbuhan itu diantaranya, jamur bola darah, jahe opal hitam, dan Cloud paprika yang bahkan sempat dibuktikan pada kami bisa menghasilkan bulu – bulu putih yang membuat capung tikus saat diuji coba kemudian mati,”
Moritz diam saja sambil memegangi dagunya yang semi berambut.
“Baik, aku akan mencari tahu soal itu nanti. Itu saja dariku, Tn. Presscot. Selanjutnya beberapa anggota timku ini mungkin akan menyampaikan sesuatu.”
Bihice merapalkan mantra pikiran agar apa yang disampaikan para monster hutan pirn bisa dimengerti.
Semua rekan Moritz, Rorokubi, hantu payung, Ratu Thessalia, Bihice, dan Faegwyn menyampaikan aspirasinya pada Presscot. Pria itu kini roman mukanya tidak menampakkan tenang, malah justru sebaliknya, tampak bingung. Pria itu yang Moritz mengakui bahwa pemuda ini cerdas, kini tampak menggeleng – geleng kecil, melamun sampai garuk – garuk kepala.
“Ba-baik… jujur saya sangat kaget. Saya sama sekali nggak menduga bahwa Rokurokubi dan hantu payung atau semua ras arwah lainnya mempunyai pilihan untuk nggak memusuhi warga kota pirn. Yang kedua, soal keanehan hutan yang disampaikan Nona Bihice dan Ratu Moldrin Thessalia sebelum tragedi hilangnya warga kota, eksplorasi itu sebenarnya dipicu karena kebutuhan misi. Saya menyuruh Janice menyelidiki upah misi di Guild melalui orang dalam dan ternyata benar. Upahnya naik tujuh kali lipat di malam hari. Termasuk dengan isu budak dark elf, semua sudah saya selidiki. Janice tolong ambilkan gulungan itu!” perintah Presscot serius dan tegas, Janice segera menyerahkan gulungan itu pada Moritz. “
Gulungan itu berisi peta proses pengambilan semua bahan yang diinginkan ibukota untuk dijadikan pasokan suplai pokok. Ada gambar desa vaughtort, kota pirn, dan tambang pirn dengan anak panah yang berbeda warna. Warna – warna anak panah ini punya keterangan bahan – bahan yang ada di daerah itu. Semua anak panah menuju pada kota pirn, kemudian dari kota pirn ditarik anak panah cukup panjang menuju ibukota, grenaldine.
(Ini! Ini nggak bagus sama sekali!)
“Saya mendapat gulungan- nggak lebih tepatnya saya membeli pada seseorang dari ibukota,” ucap Presscot. “Saya sebenarnya sudah mendapat informasi ini cukup lama. Saya hanya butuh orang yang tepat. Kebanyakan orang – orang kuat di Docraltes sudah disuap oleh yang berkuasa!”
Moritz terdiam dan mengangguk kecil. Seolah semua hal yang aneh, selama tiga tahun tinggal di Etherealm Yregailia, mulai menyambung ke titik temu tertentu. Kini ia mulai meyakini langkah selanjutnya.
Moritz belajar bahwa sebaiknya, ia perlu melakukan sesuatu.
“Saya yakin permasalahan ini akan menguntungkan bila hutan pirn menjadi milik kita,”
Lantas, Ratu Thessalia dan Mira, semua makhluk hutan memprotes.
“Apa!? Kalian sudah punya kota ingin mengambil hutan juga!?” Mira dan Rokurokubi lainnya serta hantu payung ikut memprotes.
“Saya ragu kedamaian hutan akan tercapai, Tn Moritz! Lagipula bukan hal baru peperangan Moldrin dengan para penguasa ibukota! Dan juga… tolong jangan binasakan alraune! Beliau juga leluhur kami!”
Moritz berdiri seolah tidak ingin lagi mendengar alasan dan sanggahan. Tapi, ia mengatakan satu hal yang rasional. Moritz dengan wajah penuh komitmen, keluar pula komitmen yang tegas dari mulutnya.
“Para para penduduk hutan pirn sementara ini bertinggal di hutan vaughtort, mereka bisa tinggal di dekat rumah saya! Bihice, ini pertama kalinya semenjak aku mengenalmu, khususnya di realm ini….” Moritz mengambil sesuatu di sakunya.
Sebuah cincin dengan ukiran dan warna seputih bulu merpati. Di tengahnya terdapat sebuah baru permata berwarna biru yang segelap dasar lautan. Halphas Envoy Ring.
Moritz dengan pipi merah, menghampiri Bihice yang duduk di sebelah Ratu Thessalia, sekitar tiga bangku di sebelah kirinya. Ia membungkuk, meraih lengan kanan Bihice seolah pengantin baru.
“Bihice, mulai saat ini, kamu adalah familiaku, berperan sebagai media penyambung informasi. Maukah kamu menerima cincin ini?”
Bahkan dengan situasi yang tiba – tiba, roman muka Bihice menjadi sangat bahagia. Sekali lagi, seperti pengantin baru, walau hanya dirinya sendiri yang berpikir begitu. “Ya, sayangku, Moritz!”
“Woooaaahh, mereka menikah!?” kata para rokurokubi. Lagi – lagi Moritz yang sensasional, menjadi sorotan semua makhluk di tempat.
(*”Pupupu! Sok – sokan serius ternyata cuma mau nambah wanita? Sensasional sekali kakak ini!”*)
(Mulutmu tolong dikondisikan, ayam goreng!)
Semua orang bertepuk tangan, para Rokurokubi bersahutan siul.
“WOOII NGGAK GITU!! Ughh, lupakan….” Moritz menepuk jidatnya sendiri.
Kemudian setelah cincin itu dipakaikan di telunjuk Bihice, gumpalan – gumpalan cahaya putih disertai bulu merpati yang berjatuhan menghujaninya. Kemudian tubuh Bihice menjadi mengkilat terang yang menyilaukan.
Hingga…
Penampilannya berubah drastis. Kini memakai dress biru one piece seirama dengan cincin itu, yang bagian kerahnya terdapat bulu – bulu merpati. Di kepalanya memakai seperti circlet putih.
Semua orang dalam ruangan terkesima. Baru pertama kalinya mereka menyaksikan perekrutan familia.
Kemudian, Moritz memandangi setiap ras di sana. Moritz dengan suara lantang membakar semangat, wajahnya diliputi ketenangan dalam berbicara.
“Bihice akan bertanggung jawab untuk media pembawa pesan. Ia akan mengenalkan penduduk hutan pirn pada penduduk desa vaughtort. Apakah ini akan berhasil bila kalian bertanya? Saya nggak tahu! Tapi… semua itu mungkin. Asalkan ada kemungkinan, saya nggak mungkin berhenti menyerah pada kemungkinan itu!”
Moritz mengatakan pada Bihice bahwa dia sekarang bisa menggunakan sihir teleportasi serta beberapa kemampuan perlindungan diri lainnya.
“Saya siap melakukan apapun atas perintah, milord!” Bihice yang bahagia lantas memeluk Moritz singkat.
Lantas….
“Tn. Presscot, karena sudah sejauh ini saya ingin ada perubahan kedepannya. Untuk itu, anda harus memperbarui daftar permintaan saya. Tapi pertama – tama….” Ia menghampiri Presscot lalu menyerahkan sebuah botol kecil kaca yang diambil dari sakunya. Di dalamnya tampak seperti sihir yang berputar – putar. “Anda dan Nona Janice tetap mengurus kota seperti biasanya. Bila ada tambahan, segera informasikan pada Bihice,”
“Se-sebuah, blueprints?”
“Carikan pengrajin paling berbakat di kota ini untuk membuat itu. Saya mohon, ini akan berkaitan dengan keberhasilan sesuatu yang saya lakukan!” Moritz bersungguh – sungguh memandang pria itu.
“Apapun untuk perubahan pada kota pirn!” Presscot menggenggam erat pemberian Moritz, kedua matanya mengungkapkan janji.
Setelah itu, Moritz menyuruh Faegwyn sekali lagi, untuk kembali ke desa vaughtort sebagai perbantuan kekuatan bila terjadi sesuatu. Moritz memberikan alasan yang jelas yaitu agar kehadiran Faegwyn di sana membantu Bihice dalam menyampaikan kesalahpahaman nantinya yang terjadi. Faegwyn akhirnya mengerti meski berat hati, ia setuju pada Moritz. Dengan tiga putrinya, mereka akan memperkuat desa vaughtort, itulah kata terakhir Faegwyn.
.
.
Hidangan tadi menambahkan pengalaman bagi para Rokurokubi dan hantu payung yang dulunya hanya melahap tumbuhan, hewan buas, atau bahkan ras berakal, kini mereka merasa bodoh. Mereka berpikir semua pasti ada jalan untuk menjalin hubungan baik antara makhluk hutan dengan ras berakal. Atau lebih simpelnya, ras buas monster dengan ras berakal.
Sementara Ratu Thessalia yang sedari tadi bermuka cemas, Moritz mendatanginya.
“Anda tahu saya dari para moldrin. Alraune itu tidak dibinasakan, setidaknya bila saya yang mengambil alih hutan terlebih dahulu,” ucap Moritz bersungguh – sungguh, sambil mengulurkan tangan.
Roman muka Ratu Thessalia menjadi lega. Ia meraih tangan Moritz sebagai sebuah tanda kesepakatan.
.
.
Kemudian perdiskusian itu selesai. Bihice segera melaksanakan tugasnya, membawa para Rokurokubi, hantu payung, Ratu Thessalia sekaligus mengawal Faegwyn dengan ketiga putrinya ke desa vaughtort.
Sementara Moritz, berbelanja sesuatu di kota untuk persiapannya yang dalam sejam akan menuju hutan pirn lagi.
Namun…
Dalam sejam itu pula, Moritz mendapat pesan dari Bihice melalui telepati. Moritz lega mendengar bahwa objek yang Bihice perintahkan selamat.
(Bihice, berita buruknya?)
($”Desa Vaughtort dalam peperangan dengan tentara grenaldine. Wanita yang membawa tombak ada di sana.”$)
(*”Berarti Jaquelin nggak di sana, ‘kan?”*)
($”Untungnya nggak ada.”$)
(Hm… tahan mereka selama setengah jam. Ini berita buruk tapi juga berita bagus.)
($”Hm? Apa maksudnya itu, milord?”$)
(Buat para Rokurokubi dan hantu payung untuk ikut membantu. Itu akan mempercepat kesalahpahaman ini. Sementara itu….)
(Maafkan aku, kamu mungkin mendapat tugas pertama yang berat, Bihice.)
($”Jangan khawatir, milord! Saya akan berusaha semaksimal mungkin!”$)
(*”Oi, dryad! Jangan memaksakan diri! Kalau nggak mungkin kabur saja! Ingat, cuma setengah jam loh!”*)
($”Burung aneh mengkhawatirkanku memang aneh.”$)
($”Tapi… aku tetap berterima kasih.”$)
***
------------------------- INFORMATION --------------------
Halphas Envoy Ring - Sebuah cincin dengan ukiran dan warna seputih bulu merpati. Di tengahnya terdapat permata berwarna biru yang segelap dasar lautan, lapiz lazuli. Sebuah item kelas legenda Tier VIII yang didapatkan saat membasmi ekosistem Halphas yang meroket dan merusak di suatu Lane pada Etherealm tipe Praetor.
Cincin ini bila dipakaikan pada selain pemilik yang sesungguhnya (tanpa pemurnian) maka pengguna lain itu akan dipaksa kontrak famili tingkat II – Rekan. Bagaimanapun juga cincin ini memberikan beberapa kemampuan Halphas serta berkah kemampuanh khusus, teleportasi besar maksimal 20 orang. Dalam keadaan genting, pengguna dapat memanggil Halphas tanpa sebuah kontrak dan dapat memerintah mereka dengan absolut.
227Please respect copyright.PENANA8RNjw0wh3h