Kini Moritz telah sampai di hutan pirn. Sihir penguat yang dirapal kemarin durasinya telah habis sehingga ia perlu merapal lagi. Moritz menggunakan kakinya untuk sampai di tempat daripada menggunakan Cockatrice atau sihir teleportasi. Sedangkan Cockatrice, bersembunyi dalam tas punggung Moritz. Tas punggung Moritz berisi rencana yang ada di kepalanya dengan memanfaatkan barang – barang yang dibawanya.
Namun…
Sesampainya di sana, hutan pirn telah dipenuhi dua peleton penduduk hutan pirn.
Deathly Roosevelt, arwah prajurit kavalier berkuda dengan kuda tengkoraknya dipenuhi aura hijau mistis! Mereka seolah terpasang di garis depan.
Di belakangnya, Ayaigasa hunter, bersiap menarik panahnya. Mereka mendongak ke atas untuk siap kompak membuat hujan panah!
Di sekitar pemanah dan pekuda, ada pendeta sandogasa yang tengah merapal mantra pelindung.
“Nah, apa kalian siap menerima ujian?” Moritz segera memasang kuda – kudanya.
Para kuda tengkorak itu ditarik oleh penunggangnya. Mereka mengangkat tubuhnya separuh, sambil menggerak – gerakkan kakinya seolah siap!
#Ngiieeeheeek~!
Para kuda itu bersorak, lalu menghantamkan kakinya di bumi.
“SERANGGGG!” Para Deathly Roosevelt itu berteriak, dan kudanya segera berlari kencang.
Pasukan kavalier, Deathly Roosevelt, berlari kencang membentuk formasi segitiga.
Para Ayaigasa hunter melepaskan anak panahnya. Anak panah itu anehnya tidak menghujan melebar seperti pada umumnya. Karena sihir, anak panah itu diatur menghujan secara berurutan di langit mengarah tepat pada Moritz yang seorang diri.
Anak – anak panah itu menghunjani Moritz. Ia mengulurkan tangannya ke gerombolan anak panah itu.
“Cyclone!”
#Whoooosssshhh!
Dari tangan Moritz muncul angin topan yang segera mengacaukan semua anak panah itu.
Namun…
Salah satu kavalier mendekatnya dan mengayunkan pedang.
#Ctangg!
Pedang itu ditangkal tameng Moritz. Tatapan mata Moritz berkilat tanpa ampun.
#Jedang!
Moritz mendorong pedang kavalier ke atas dengan kilat.
(Counter zigzag!)
Moritz melompat ke depan.
“HIEYYAA!” Lalu mendorong kencang tamengnya untuk ditubrukan pada kuda itu.
#BRUAGGH!
Dua kaki kuda tengkorak itu rontok, sementara sebagian besar awak kavalier itu terpental menabarak dan mengacaukan kavalier lainnya. Mirip seperti pinball, kavalier itu terpental zigzag mengenai semua kavalier lainnya.
Seolah tidak membiarkan jeda pada Moritz, llingkaran sihir besar dan kompleks dilangit muncul.
“Purification Light!” Ras arwah, Pendeta Saragosa melantunkan mantranya bergantian. Suaranya mirip suara biksu yang membacakan doa.
#Glinnggg!
Lingkaran sihir besar dan tepat di atas Moritz menurunkan cahaya!
Menghujani, memenuhi, berusaha memusnahkan Moritz tanpa ampun!
Bagaimanapun juga…
Sekitar 2 menit, cahaya itu perlahan menyusut…
Lalu hilang.
Senyuman di bibir Moritz membuat para musuhnya memekik ngeri ketakutan.
Moritz melompat tinggi.
Namun…
Lagi – lagi seolah tidak ingin memberi celah, satu peleton Rokurokubi membentuk lingkaran mengitari Moritz. Mereka memejamkan mata sambil merapalkan mantra dengan berbisik sambil kedua telapak tangan mereka disatukan.
#Pffffffeeet!
Sebuah kristal ungu berbentuk octahedron mengurung Moritz.
“Charge soul!” Para Rokurokubi kompak merapalkan mantra selanjutnya, dengan lantang..
Lingkaran – lingkaran sihir berwarna ungu mulai bermunculan di dalam octahedron itu.
(Oi, oi, oi! Mereka terstruktur sekali!) pikir Moritz lumayan terkejut.
Para rokurokubi itu mundur sedikit namun masih merapatkan kedua telapak tangan mereka.
Lantas…
Para hantu payung samar – samar mulai terlihat, sama jumlahnya dengan para rokurokubi. Ujung payung mengarah pada Moritz.
#Jekrak! Jekrak!
Payungnya mulai terbuka. Sebuah cahaya terkumpulkan dari mata hantu payung.
#Blassstttt!
Cahaya itu telah diakumulasikan, banyak laser ungu menembaki octahedron itu. Laser itu semakin membesar ketika melewati lingkaran sihir kecil di dalam kristal octahedron yang mengurung Moritz.
Langit dipenuhi cahaya yang menyilaukan!
.
Para monster lega dengan senyuman puas di bibirnya. Bahkan mereka yang di bawah sempat senang dan menari – nari. Tampaknya itu adalah serangan gabungan pemusnah paling dibanggakan oleh mereka.
.
.
Ironisnya…
Salah satu Ayaigasa hunter menyadari bahwa di dalam octahedron, terdapat kristal lagi. Kristal dengan aura api biru muda berbentuk prisma.
(Prism Deflector!)
Laser yang yang ditembakan tadi memasuki prisma itu!
Cahaya laser itu masuk, kemudian dibiaskan lebih kecil dan memantul balik!
#Pfffeeewwwzzz!
“UAAARRGGGGG!” Jeritan Rokurokubi dan para hantu payung setelah tubuhnya terkena laser mereka sendiri. Walau laser itu lebih kecil, namun sudah cukup melubangi mereka.
Mereka berjatuhan ke tanah, namun Moritz memasangkan mantra agar tanah berubah menjadi lumpur sesaat. Para rokurokubi dan hantu payung tenggelam dalam lumpur, lalu keluar ke permukaan tubuhnya bersih dari luka laser.
Moritz mendarat di atas bumi dengan plegmatis.
“Dengar… aku nggak suka ngebantai kawan sendiri. Aku kesini untuk berbicara dengan pemimpin hutan pirn saat ini!” Moritz berbicara dengan lantang dan tegas.
Namun…
Para roh kavalier berkuda, deathly roosevelt, bangkit lagi. Tulang belulang serta armor penungganya berkumpul menjadi satu. Aura mistis mereka menyala lagi. Kini mereka bergerak mendekati Moritz.
Begitupula Ayagasa hunter yang siap untuk melepaskan panahnya. Lalu pendeta sandogasa, juga mulai merapal mantra lainnya.
Ditambah…
Muncul seperti dentuman air di tiap – tiap pohon cemara hutan pirn. Perlahan – lahan itu seolah mengeluarkan bakal dahan lagi.
#Prruuur!
Bakal dahan itu bertumbuh dan membentuk figur wanita. Para moldrin. Beratus – ratus pohon, berarti beratus – ratus moldrin siap melontarkan crossbownya.
Moldrin yang keadaannya terdesak, namun perangainya tetap tenang. Ia menghela nafas … separuh wajahnya seolah tertutupi siluet bayangan.
Ia mengirup udara, lalu menghembuskan dengan tenang…
Lingkaran sihir yang lebar mulai muncul di bawahnya. Panah – panah Ayaigasa hunter dan para moldrin tengah dilontarkan. Para rokurokubi lain mulai membuat kristal octahedronnya, beserta hantu – hantu payung yang kini jumlahnya lebih banyak.
Moritz menghirup udara lagi setenang – tenangnya, lalu dihembuskan dengan santai…
Kemudian, sesuatu terjad.
.
.
Awan bergerombol, sehingga siang itu tampak gelap. Meneteskan air langit dengan deras. Setiap tetesan itu menghancurkan semua sihir, kristal, bahkan serangan berproyekti seperti panah moldrin dan ayagasa hunter.
Mereka, para penduduk hutan memandangi langit. Para Deathly Roosevelt bergerak pelan, salah satu tangan mereka menengadah seolah menyapa tetesan hujan.
Anehnya, kumpulan awan itu berkumpul menjadi satu memanjang. Kemudian gelombangnya bergerak seperti gelombang lautan.
“Rainfield : Tide of Aclarity….”
Sesuatu muncul dari lautan awan itu.
***
---------------------------- Skill Information ------------------
Rainfield – sihir Tier VI yang memanipulasi cuaca untuk membuat hujan. Setiap tetesan air dapat membatal sihir, lingkaran sihir, mantra khusus berproyektil, serangan fisik berproyektik dan kutukan. Siapapun yang terkena tetesan hujan Rainfield akan mengalami ketenangan dan meningkatkan moral kesabaran.
Bagaimanapun juga, Rainfield termasuk sihir khusus pembuka medan lautan awan. Sihir ini akan naik tingkat bila dikombinasikan dengan sihir yang berkaitan dengan medan lautan awan.
Rainfield : Tide of Aclarity – Memanggil para Nephele dari dasar lautan awan untuk mengakhiri peperangan. Para nephele sangat membenci kerusakan dan pertempuran besar. Tidak ada yang tahu apa yang para Nephele lakukan. Tide of Aclarity tidak bisa dirapal pada kondisi Duel Konstellar atau akan berbalik menyerang si pemanggil bila si pemanggil yang memulai peperangan atau sedang menyerang suatu tempat. Kondisi itu disebut Discrepancy Pact. Kehadiran para Nephele adalah mutlak tidak bisa dibatalkan oleh selain yang memanggil, kecuali si pemanggil dalam keadaan Discrepancy Pact.
Catatan : Nephele tidak akan bertindak bila kawan atau lawan setidaknya tidak punya ambisi untuk menyerang si pemanggil. Nephele sangat memahami niat tiap – tiap makhluk hidup.
Gemercik lautan awan bercipratan. Keluarlah satu per satu wanita dari sana. Para wanita itu berambut panjang ikal, dengan dress seputih awan, dan bersayap putih kecil. Mereka membawa harpa kabut.
Para Nephele turun dan mendekati Moritz. Tangan – tangan mereka dengan gemulai memetik harpa itu.
#Bruk! Gedebrak!
Satu per satu… senjata jatuh…
Satu per satu… mereka rubuh…
Mereka terjatuh lemas seolah energinya diserap habis.
Bersama dengan para Nephele, Moritz memasuki hutan pirn dengan aman dan nyaman, walaupun dari awal ia memang tidak merasakan tegang sedikitpun.
Dalam perjalanan, Moritz melihat para penduduk hutan yang tidak berdaya. Melihat para Nephele yang mengawal Moritz, mereka hanya bisa diam dan tidak agresif.
Anehnya…
Hutan pirn yang dilewati Moritz terasa lebih hidup. Banyak cemara langka, cemara yang dikelilingi atau dijadikan sarang will o wisp oranye.
Moritz sempat kaget melihat dua bunga mawar yang besar seperti yang ia lawan sebelumnya. Namun karena Nephele tidak bereaksi pada mereka, Moritz tidak berwaspada.
Bunga itu menggerakan tentakelnya hanya untuk membantu membetulkan sarang burung ataupun lebah yang hinggap di beberapa pohon. Bahkan pada kepala bunga itu bukannya mengeluarkan racun, tapi seperti sebuah serbuk putih yang sekejap menumbuhkan bunga dan tanaman disekitar.
(Sepertinya memanggil Nephele lebih aman daripada meluluhlantahkan dengan api hitam?)
(*”Hm….”*)
(Tumben? Ada apa, ayam?)
(*”Nggak, aku cuma agak ngantuk. Di sini tenang sekali! Seperti kampung halaman yang lama sekali nggak kupulangi….”*)
ns 172.71.254.163da2