Nona Elton mencoba mendekat dengan penuh percaya diri. Wanita gaya victoria itu mengangguk, lalu meraih tangan Nona Elton dan menariknya dengan perlahan saat tangannya yang lain masih menjinjin krinolin. Ia pun sampai di pintu yang terkunci rapat, mengambil dari sakunya sebuah kunci yang bergerombol dan digandeng jadi satu. Dicarinya satu per satu sambil bersenandung nyanyian klasik. Orang - orang yang dibelakang bertambah ngeri saat itu terdengar.
“Tn. Cake, seberapa besar persentase anda mengenai wanita itu?” bisik Nona Zouch sambil memandang dari belakang wanita dengan gaya victoria itu.
“Persentase atas apa kalau boleh saya tahu, Mademoiselle Zouch?”
“Manusia atau bukan, itu maksud saya! Lagipula kulitnya pucat sekali!”
Cake mengangguk paham.
“Itu masuk akal. Ini hanya dugaan tak berdasar. Maksud saya, bila matanya merah itu bisa saja di atas lima puluh persen?”
“Lagipula vila ini punya rumor arwah yang berkeliaran gadis victoria jaman 1950.”
“Eh, apa?” balik tanya Cake penasaran.
Tak kurang dari dua menit, suara tarikkan dibalik lubang kunci yang membuat orang – orang lega. Pintu pun terbuka. Wanita Victoria itu berhenti sejenak seakan – akan itu tidak perlu dilakukan oleh orang normal yang lebih memilih langsung masuk.
“Kalian tidak mau masuk?” Ia menoleh ke belakang. Bibir dengan lipstik hitamnya tersenyum lebar.
Semua orang tak terkecuali bertambah ngeri melihat senyuman itu. Masalahnya hembusan angin menjelang matahari terbenam sedikit membuat bulu kuduk menggigil. Disamping itu kawasan pegunungan, membuat udara lebih dingin dari biasanya.
Lampu dinyalakan, beserta dua penghangat elektrik di dekat situ. Interiornya sangat victoria dan mewah daripada sisi luar. Alas yang tidak mungkin tanpa karpet, bahkan temboknya pula. Lampu – lampu gantung yang terlihat bersih tanpa sarang laba – laba. Semuanya terlihat segar dan dibersihkan dengan rutin. Bahkan perapian yang cukup lebar dengan desain yang boleh jadi menggunakan jasa pengrajin yang kualitasnya tidak main – main.
Wanita itu berdiri tepat di ruang tamu atau dari pintu masuk lurus sedikit. Wajahnya masih tertutupkan topi yang semua orang hanya bisa melihat mulutnya dengan lipstik hitam itu.
“Well, terima kasih telah memilih kami! Selamat datang di Zippouch Obsolete House, para tamuku,” ucapnya membungkuk dengan kedua tangannya menjinjing krinolin. Seperti wanita di era victoria pada umumnya.
Beberapa orang daripada duduk, mereka mendekati pemanas elektrik. Bahkan Cake yang tubuhnya sedikit kurang fit juga melakukan hal yang sama,
“Seperti yang anda lihat, Obsolete house menggunakan ornamen gaya victoria. Kami mendesain sepenuh hati demi kenyamanan para tamu. Di eksterior menggunakan kayu jati. Pokoknya kami sepenuhnya victoria.”
Seseorang angkat tangan.
“Yeah, Nona kecil?”
“Apakah atap yang tidak dibuat mengkerucut juga termasuk gaya victoria? Terima kasih, dan jangan panggil aku Nona kecil.” Gwen sedikit sebal.
Beckey dan Cake menahan tawa dengan maksimal. Namun semua orang kecuali mereka tertawa keras.
“Ah… maafkan saya…um…?”
“Gwendoline Pusscat.”
“Ya, ya, soal eksterior itu kami tidak terlalu menggunakan gaya yang terlalu klasik. Lagipula itu akan butuh bahan yang lebih mahal dan susah dicari. Well, setidaknya posisi yang masih menyudut masih bisa dikatakan victoria moderen. Bagaimana, nona kecil Pusscat?” jelasnya yang masih saja menyinggung fisik detektif yang terkenal di inggris itu.
Gwen ingin meluapkan emosi itu, namun ia teringat kata Beckey yang harus bisa lebih profesional. Kali ini ia harus menyerah.
“Baik, saya akan menjelaskan bagian – bagian rumah ini, nanti anda bisa periksa sendiri. Di lantai dasar, kita yang berpijak saat ini, ruang tamu, lurus ke belakang tanpa melalui tangga, ada dapur, tempat makan, kamar mandi sepaket dengan toilet, terpisahkan antara wanita dan pria, dan dua kamar tidur. Sementara lantai pertama, ada enam kamar tidur dan toilet saja. Di luar juga ada teras yang bisa digunakan siapapun yang ingin santa atau merokok mungkin? Tambahnya sambil menunjuk ke arah samping dekat sofat. “Ah! Anda juga boleh memainkan piano itu. Silahkan perwakilan dari kalian, mengcek dulu. Mumpung saya masih di sini.”
Cake dan Gwen mengcek lantai pertama, sementara Elton dan Beckey masuk ke kamar - kamar tepat di bawah tangga naik ke lantai pertama.
Tepat sekitar sepuluh menit, pas dengan tenggelamnya matahari atau bisa dibilang menjelang malam, Cake dan Gwen turun. Sementara Elton dan Beckey telah kembali lebih dulu. Mereka setuju bahwa semua itu sesuai apa yang dikatakan wanita victoria itu.
“Bagus. Selanjutnya saya akan membacakan peraturan – peraturan yang harus dijaga. Well, saya yakin ini hanyalah standar yang bisa ditemukan di seluruh tempat penginapan. Pertama, anda tidak boleh merusak atau mencuri peralatan maupun perlengkapan. Kedua, gunakan listrik dan air seperlunya. Ketiga, sebaiknya menggunakan penghangat elektrik, karena saya belum menyetok kayu bakar atau arang. Besok saya akan datang untuk membawakannya. Keempat, seminimal mungkin setiap hari tempat harus dibersihkan. Kami menyediakan tiga buah mesin penyedot debu. Kelima, masing – masing orang dilarang menghilangkan kunci kamarnya dan satu orang akan memegang kunci utama.”
Wanita itu memberikan kunci utama dan semua kunci kamar pada Nona Elton. Ia kemudian menyuruh untuk agar Nona Elton mendistribusikannya sendiri. Kemudian ia menawarkan kesempatan bertanya pada setiap orang sebelum ia lanjut ke informasi selanjutnya.
“Apakah rumor itu benar? Tentang hantu victoria yang berkeliaran mengambil jiwa untuk dibakar?” tanya Nona Zouch dengan semangat.
“Hey, kenapa dengan pertanyaan itu?” sela pria brewok itu dengan raut muka ketakutan.
Wanita gaya victoria itu mendekat.
“Saya anggap itu sebagai kesan menarik penjualan tempat ini,” tambahnya sambil menoleh ke seitap orang. “Well, tamu – tamu saya sebelumnya juga sering menanyakan hal aneh. Saya tidak akan menutup – nutupi. Yang pertama, pernah seseorang bilang bahwa perapian itu menyala sendiri. Kedua yang cukup aneh, mereka melihat sesuatu di basement.”
“Apa anehnya dengan basement?” tanya Gwen dengan bingung.
Wanita itu mengangkat bahunya.
“Apa anda tadi memeriksa ada kehadiran basement?”
Gwen saling bertatapan dengan Cake dan menggeleng yakin. Itu wajar karena itu tidak mungkin di lantai pertama. Sementara Beckey dan Elton masalahnya juga menolak pasti.
“Hey, hey, maksudmu tamu sebelumnya masuk ke ruangan yang sebenarnya tidak ada? Lelucon macam apa ini? Aku tidak diberitahu sebelumnya ka-kalau kita semua menginap di vila berhantu?” Pria berjas putih itu menoleh dengan gerak – gerik paniknya.
Ia pun segera bergegas untuk keluar. Namun dua orang wanita yang mengusili Gwen menahannya.
“Kau ini laki – laki, Quill! Setidaknya bertampanglah seperti St Eadbert!”
Sesaat kata yang dilontarkan Nona Fernsby membuat wajah brewok yang sedari awal kata Nona Elton seperti preman bertambah garang dan tanpa kenal takut.
“Aku berani bertaruh, Deek seorang penakut!
Sayangnya kalimatnya itu tetap tidak mengizinkan Quill untuk keluar dari tempat itu. Paling tidak Elton menjelaskan bahwa itu sekedar rumor.
“Baiklah kalau begitu, saya akan menjelaskan ke poin selanjut-“
Cake menyela.
“Maaf, mademoiselle, paling tidak anda harus memperkenalkan diri dulu. Minimal, lepas topi anda yang sama sekali tidak melindungi dari teriknya matahari?”
Suasana canggung sesaat. Sementara semua orang juga menaruh rasa penasaran yang besar. Meskipun tidak sebesar St Eadbert dan Quill yang lebih diselimuti ketakutan.
Wanita Victoria itu agak enggan. Ia menghela nafas dengan berat. Topi itu dibuka dengan perlahan. Rambut hitam dengan bentuk roti kepang, kulit putih pucat pasinya terlihat jelas. Yang lebih menarik perhatian lagi adalah matanya yang merah menyala dengan eye shadow hitam. Setiap orang kaget, terutama kedua pria itu sampai berjingkrak terdorong ke belakang.
“Saya tahu apa yang anda pikirkan, para tamuku, Saya bukan hantu. Saya pemilik tunggal vila ini dan beberapa vila lainnya Obsolete Houses di berbeda tempat. Panggil saya Dorothy. ” Kemudian ia memakai topi itu kembali.
Ia mengambil kertas dari saku sampingnya. Ia mengabsen seluruh orang yang terbagi atas penyewa inti dan tambahan. Dimulai dari tiga orang pada penyewa tambahan, lalu menyebutkan satu per satu nama penyewa inti. Anehnya, saat ia menyebut nama satu orang ini, tidak ada yang mengacungkan tanya untuk mengonfirmasi kehadirannya.
“Dolores Yates? Nona Yates?” wanita yang meminta dipanggil Dorothy itu telah menyebutkan sebanyak tiga kali.
Semua orang berwajah heran. Sementara Cake dan Gwen juga merasa aneh.
“Anu, Nona Dorothy? Kami memang tidak mengundang Dolores Yates?” Nona Elton angkat bicara.
“Eh? Kenapa bisa begitu? Apakah anda salah pesan kamar?”
Cake mengernyitkan keningnya.
“Tidak itu sesuati keterangan. Sejujurnya kamarnya cukup luas, sesuai pesanan dan masing – masing kamar cukup untuk dua orang. Kami memang pesan yang jumlahnya delapan. Pokoknya kami cukup puas. Tapi saya tidak ingat menuliskan nama itu?” Nona Elton mengangguk dengan yakin.
Wanita victoria itu malah terlihat bingung. Semua orang mulai bertanya – bertanya.
“Kesepakatannya memang kami acara reuni hanya enam orang yang bisa hadir. Bukan begitu, Fernsby?”
Nona Fernsby mengangguk lalu menanyakan hal yang sama pada temannya yang lain.
Pria brewok itu mengambil ponsel dari saku jeansnya lalu menujukkan pesan yang mengindikasikan bahwa acara ini dinamai reuni ‘enam orang klub fotografi yang tersisa’.
“Mungkinkah itu salah teknis, Nona Dorothy?” tanya Gwen.
“Sayangnya itu tidak mungkin. Karena semua biayanya ditanggung atas nama Dorothy Yates. Dan seharusnya, acara itu ‘tamu ke tujuh’.
Cake yang terlihat bingung, ia berbisik menanyakan apa yang sebenarnya terjadi.
“Dolores Yates, lama tanpa kabar sama sekali bahkan tidak pernah mengirim pesan sekalipun sejak grup kami bubar. Selama 15 tahun tidak pernah menampakkan diri.” Balas bisik Nona Zouch.
ns3.15.158.138da2