Kemudian, Nona Dorothy pun pergi setelah menyampaikan beberapa hal yang dianggapnya penting, sementara semua orang sepakat untuk menaruh semua barangnya pada kamar mereka. Beberapa menit berlalu, mereka pun berkumpul di ruang tamu untuk membicarakan sesuatu. Tak terkecuali meskipun Cake sebenarnya lebih memilih untuk tidur di kamarnya lantai dasar. Raut wajah mereka terlihat lelah.
“Mau main kartu bridge?” tawar Nona Elton pada semua orang
Pria brewok itu menghela nafas.
“Daftarkan aku,” tambahnya sambil memandang semua orang. “Sedikit demi sedikit pasti akan terbiasa dengan keanehan ini. Inilah liburan, jangan dibuat pusing, benar?”
Semua mulai mengangguk setuju satu per satu.
Gwen, Cake, dan Beckey hanya menonton. Sehingga mereka yang ikut hanya enam orang. Tapi sebelum bermain kartu bridge, Nona Elton dan Nona Zouch menyiapkan banyak cermilan dan beberapa jenis minuman. Semua orang menyantap hidangan, baik yang ikut bermain maupun hanya penonton.
Sekitar hampir sejam, lirikan mata Gwen memberi kode pada Cake. Cake mengangguk dengan penuh keyakinan. Namun Beckey, tidak tahu apa – apa makna mata mereka yang saling bertatapan dengan gerak – gerik yang bukannya tanpa sebab.
“Nona Elton, bisakah anda menjelakan sepatah dua patah kata mengenai alasan saya kemari?’
Setiap orang masih terdiam. Bahkan Iona Fernsby dan Honora Corbyn, yang dari tadi menjahili Gwen saat ini duduk di dekatnya, hanya diam saja. Namun itu tidak lama setelah putaran bridge, dua orang menaruh kartu.
“Yeah, seperti yang anda dengar tadi, itu juga termasuk. Meskipun yang satu itu, tidak diduga – duga sebelumnya. Benar begitu, Elton?” tanya Nona Corbyn sambil memberi isyarat lewat dan membiarkan pemain lain mendapat giliran.
“Sebenarnya ada sedikit kesalahpahaman. Aku hanya mengkoordinasikan keuangan yang terkumpul dan menggunakan nama perwakilan saja.” Jelas Nona Elton.
“Eh? Lalu siapa?”
“Jelas bukan aku, tapi itu juga pasti bukan si brewok ini. Karena dia ini pria simpel dan terima jadi.” Tn. Quill menepuk pundak temannya itu.
“Hey, teman, jangan katakan yang tidak penting!” tambahnya. “Well, tapi yeah, itu benar sih.”
Seseorang mengangkat tangannya setelah menaruh kartu as.
“Itu aku kok. Tapi seperti yang diucapkan Elton. Mataku benar – benar memperhatikan apa yang kutulis. Aku bersumpah itu tertulis hanya kita berenam.” Terang Nona Zouch.
“Sembilan orang.”
“Maaf?” tambahnya agak gugup, raut wajahnya teringat sesuatu. “Ah, maksud saya, enam itu adalah penyewa utama, Tn. Cake.”
Putaran demi putaran, akhirnya permainan yang kesekian kalinya itu menghasilkan dua pemenang pertama dan kedua. Tn. St Eadbert dan Tn. Quill saling ber-high five.
“Anda bilang tadi satunya tadi tidak terduga, lalu apa yang utama?”
Nona Elton menjelaskan bahwa reuni klub fotografi ini sebenarnya tidak lain dan tidak bukan hanyalah sekedar rindu. Namun ia menambahkan, bahwa mereka, dalam grup ponsel miliknya, sama seperti yang Nona Zouch katakan pada Cake sebelumnya, Dolores Yates, selama lima belas tahun lamanya, tidak mengobrol ataupun membalas pesan dalam grup.
“Muncul sekali tiba – tiba langsung membayar penuh semua acara ini?”
Nona Elton mengangguk.
“Terpujilah, Yates temanku!” Pria bernama St Eadbert itu melipat kedua tangannya seakan bersyukur.
“Lalu apakah anda punya petunjuk lain? Maksudku, praduga tak bersalah.”
Keenam orang itu saling memandang dan melirik satu sama lain.
“Well, sebenarnya itu terjadi ada rentetannya, ya kan?” Honora Corbyn, rambut pendek dress abu – abu itu melirik ke temannya.
“Satu yang terbaik adalah penghargaan fotografi internasional tahunan. Yang itu mencakup semua prestasi dan nilai tertinggi dari setiap produk yang kami hasilkan. Aku dan Corbyn, tema taman bermain dengan nilai tertinggi. Kami sebenarnya tidak terlalu mendalami pengalaman dan ilmu fotografi. Apa yang membuat kami senang dan diabadikan, itulah yang terpenting.”
“Kalau aku dan si brewok ini sama – sama pecinta alam. Kerja keras memang tidak mengkhianati.” Nada Quill terlihat membanggakan diri menaruh lengannya seenaknya dengan si brewok.
Sela St. Eadbert sambil menurunkan sandaran berat dan gratis itu, “Kalian harus dengar ini, pertama proyek itu adalah enam puluh persen aku yang mengerjakan. Yang kedua, si cupu ini selalu beralasan bila diajak ke suatu tempat.”
Mulut Quill tidak bisa berkutik, raut wajahnya hanya menerima begitu saja.
“Dan itu berhasil? Tanya Cake.
“Tentu saja, nilai tertinggi.”
Nona Elton kembali menjelaskan bahwa mereka sebenarnya klub itu beranggotakan delapan orang. Ia juga menjelaskan bahwa itu bukan penghargaan internasional, yang terdengar hebat, tapi penghargaan atas sorotan projek yang menarik yang dinamakan penghargaan terbaik tahunan internasional. Klub mereka menjuarai tiga hal dengan nilai tertinggi. Elton, Yates, Zouch dan satu orang yang baru saja disebutkan, mendapat nilai tertinggi pada tema estetis, dinamis dan tidak tergantikan. Salah satu tema yang paling menarik dengan persaingan super ketat.
“Anthony Penketh ini termasuk orang penting?”
“Penting? Mungkin itu masih kurang cukup. Malahan dia ini jenius! Sang maestro utama!” jelas Quill.
“Seperti yang Quill katakan, Nona Pusscat. Otak dibalik proyek kami, Penketh adalah satu – satunya orang yang berjasa dalam memasukkan proyek kami agar masuk qualifikasi. Mengkemas karya kami untuk diikutkan di berbagai lomba. Aku tidak tahu bagaimana ia melakukannya. Paling tidak itu bisa dijangkau oleh penilai seni profesional.”
Satu per satu dari mereka mulai bercerita, hingga jalannya permainan bridge itu semakin lambat.
“Anomali itu terjadi di tahun kami. Berbagai sponsor bahkan proyek lain mulai berdatangan. Namun ketika itu semua berhasil dicapai, orang mulai agak bosan. Lagipula kami juga masih SMA dan berada di penghujung nasib, tahun terakhir.”
Cake menimpali, “Ah, anda semua punya wawasan sendiri dalam masa depan. Biarkan hobi adalah hobi, semua itu hanya untuk senang – senang.”
“Itu dia!” tambah St. Eadbert.
“Bukannya di tahun terakhir seharusnya kalian punya penerus?” kata Beckey yang barusan membuka mulutnya.
“Yeah, tentu kami ada. Masalahnya tim kami sudah terlanjur menggaet beberapa penghargaan. Penghargaan tahunan internasional fotografi adalah satu yang paling besar. Sebelumnya, tentu tidak terhitung. Sampai – sampai pihak sekolah menahan kami untuk tetap berkarya dan memudahkan segala akses pembelajaran.”
“Ah, dimanfaatkan untuk mengharumkan nama sekolah.” Kata Cake.
“Baik, jadi intinya anda tidak sejalan lagi. Lalu apa yang terjadi?”
Nona Elton, dengan alisnya yang berkerut, wajahnya tampak khawatir, menjelaskan bahwa dalam karena kesuksesan itu, Anthony Penketh yang sudah membuka situs penggalangan dana untuk proyek selanjutnya. Semua orang tidak siap, apalagi mereka akan menempuh ujian. Percekcokan dan timbul satu per satu masalah
Dari beberapa yang tidak siap, tentu ada orang yang punya ide cemerlang, seperti itulah keadaannya waktu itu. Pippa Zouch, punya pendapat untuk membawa proyek itu ke arah film pendek bertema horror. Menurutnya itu akan menarik investor. Zouch dan Yates adalah sahabat sejati dengan kesukaan yang sama. Yates bahkan menyanggupi menulis sebuah plot cerita.
Anthony Penketh, bersikukuh untuk meneruskan apa yang menurutnya menjadi titik tombak klub, yaitu tetap fotografi.
“Anda sendiri, Nona Elton?”
Nona Elton berkata bahwa bila sebuah hobi dijadikan pekerjaan, maka itu sudah tidak menyenangkan lagi. Pada akhirnya ia sama sependapat dengan empat yang lainnya.
“Saya sebenarnya punya beberapa pertanyaan sampai saat ini. Maaf, lebih tepatnya kami semua. Bukan sesuatu yang serius,” ia menoleh ke satu temannya yang memakai kacamata. “Zouch, setelah seminggu acara kelulusan, kau ada di mana?” Nona Elton nadanya khawatir.
Semua orang menaruh kartu itu di meja lalu memandang seseorang yang dipanggil Zouch itu. Wanita kaca mata dengan pakaian yang agak menyesakkan itu malah melamun. Gwen menanyakan pada Elton apakah hal itu dianggap aneh. Elton menambahkan bahwa memang kesehatan Zouch semakin memburuk, bahkan Yates pernah beberapa kali menggantikan kehadirannya di sekolah. Hal itu diperburuk dengan rumor kematian penerus keluarga Zouch.
Nona Fernsby menyentuh pipinya dengan tiba – tiba. Ia pun kaget.
“Ah, well, apa maksudnya itu? Tentu saja aku hadir, bukan? Dan aku masih hidup! Sudah kukatakan berkali – kali seseorang yang iri dengan perkembangan bisnis kami, membuat – buat berita itu untuk membingungkan orang tuaku!” nadanya kesal.
“Yeah itu betul. Tapi seminggu sebelumnya, bukannya kami melarangmu karena tidak hadir acara kelulusan klub fotografi. Tapi kau menghilang dan tiba – tiba muncul setelah setahun?”
Ia menjelaskan bahwa saat itu merasa tak enak badan dan mengalami masa kritis karena terlalu banyak memikirkan tentang masa depan. Semua orang mengiyakan karena itu hal yang wajar. Beberapa dari mereka juga mengaku bahwa itu adalah tekanan yang berat. Terutama menerima proyek dengan tawaran menggiurkan, walaupun tumbalnya adalah ujian masuk ke universitas alias masa depan dengan pilihan yang ideal.
“Sejak saat itu, semuanya berubah total. Untuk itu saya perlu mendiskusikan ini dengan anda, Nona Pusscat.”
ns3.15.234.89da2