#Whoossh… Splash!
Ombak pantai semakin besar. Itu bahkan menyapu istana pasir yang barusan dibuat oleh golem yang bosan.
Terasa getaran kecil yang membesarkan rasa khawatir Nerd. Gemuruh atau gempa kecil cukup.
Tiga harpy itu kini mengambil tombak dan tamengnya bersiaga. Nerd menyuruh Mercy untuk bersiaga. Sedangkan Aquina, mematung ke arah samudera.
Di tengah perdiskusian tenang itu, semua orang bersiaga. Sedangkan Nerd, kedua pupilnya berwarna oranye, ia mengaktifkan Omniscience Lens!
#Brrrrr!
Gempa itu semakin kencang. Cukup kenjang sampai – sampai golem itu berganti dari bosan ke mode waspada. Ombaknya juga semakin tinggi, hingga menggenangi tepat selangkah di depan rumah Nerd.
Mereka tanpa kecuali menjadi fokus. Namun, masih belum terlihat apa yang mereka fokuskan. Nerd mengambil sesuatu dari Magic Duffelnya.
Hingga…
“Mereka datang!” Aquina kini mengeluarkan dua schimitar dari sarungnya. Matanya menyipit dan tajam. Sedangkan para harpy itu, mengambil posisi terdepan melindungi ketiga orang di belakangnnya.
Sedikit demi sediki…
Satu… Tiga… Lima…
Dua ratus…
Mereka membawa berbagai macam senjata. Panah, crossbow, tombak, schimitar, jangkar, bor, kapak, pedang, dan tongkat sihir. Mereka ditemani gumpalan air yang membentuk wujud kepala, dua tangan dan separuh badan. Mereka adalah Water elemental.
“Tch! Berat sebelah gini sih!?” protes Doreris. “OI, KATAKAN SESUATU PADA TEMANMU, IKAN!?”
“Heh! Lihatlah siapa yang bicara? Kalian bertarung mengeroyokku bahkan saat aku sedang terluka?”
Semakin dekat pasukan itu, Mercy menyadari satu hal yang agak aneh. Matanya seolah terbakar dengan api ungu yang menyala.
“Nona Aquina, aku ragu kalau mereka mau berkompromi?”
Aquina mengangguk.
“Aku juga, siapa sangka para makhluk void juga mempengaruhi lautan?”
Dibelakang pasukan itu, ada satu wanita muncul dari lautan lalu melayang tinggi, bersayap biru gelap, mengenakan jubah hitam. Wajahnya tertutup perban putih sebagian, rambutnya panjang hitam kebiruan dan bertanduk. Kulitnya pucat pasi ungu abu – abu. Kedua tangannya terbakar api biru yang aneh.
“NGGGAAAARRRKKKKKK!!!!” Wanita itu berteriak! Suaranya tidak terdengar seperti wanita pada umumnya. Suaranya sopran, melengking kacau, seperti teriakan siren saat marah.
Pasukan itu berhenti, seolah pusat kendali ada pada wanita perban hitam. Dari tubuh – tubuh pasukan itu ditumbuhi sisik kristal biru gelap. Dari lengan kanan mereka, muncul api yang berwarna biru pula.
Pasukkan yang membawa panah, bersiap mengarahkan panahnya ke atas.
“Duh, ini gawat gak sih?” Celoteh Doreris. Sambil menggaruk kepalanya.
“Ya ampun… aku nggak ingin mati dulu loh….” Avete menghela nafas.
Gempa itu tiba – tiba berhenti, namun pasukan mereka terus berangsung keluar dari lautan seperti tiada habisnya.
#Ngguoong!
Sebuah ruang dimensi tercipta. Seperti black hole kecil sebesar hula hoop. Tangan kanan Mercy meraih ruang dimensi itu. Saat dikeluarkan, ia membawa sebuah gunting raksasa. Gunting itu berwarna perak yang ujungnya mengkilat dan terus mengeluarkan cairan merah kental dan pekat. Kedua mata Mercy dibuka perlahan.
Mata Mercy seperti bulan merah. Keluar sayap malaikat dari punggungnya. Lingkaran halo di kepalanya terang.
“Siapa yang menganggu dokter harus dimusnahkan,” Mercy memutar gunting itu seolah seperti tongkat pramuka. Mercy telah siap bertempur.
(Si-siapa wanita ini!?) Aquina memandang singkat pada Mercy.
Lantas…
#Pssiu, psiu, psiu..!
Seperti komet jantuh, anak – anak panah yang disertai api biru itu meluncur indah dengan sangat cepat.
“UWWOOOGGGHHHH!” Golem pasir Nerd berlari dan melompat hendak meninju anak – anak panah itu seluas yang bisa ia jangkau.
#Prak, prak, prang, prangg!
Seperti hujan yang sangat lebat menghantam besi yang menempel dan melindungi golem. Golem Nerd bahkan tak terlihat wujudnya saat dilewati anak panah itu. Sisa anak panah lainnya masih meluncur aman di arah sasaran.
Sementara pasukan mereka punya susunan aksi yang sangat strategis. Mereka mengatur antrian yang akan melontarkan anak panah agar tercipta hujan anak panah tiada henti, tiada interval, tiada ampun….
Nerd melembar botol kaca dengan kilat!
#Prang!
“Block Citadel Lv4!”
Sesuatu muncul dari pasir dengan cepat, besar, dan kokoh! Istana itu punya dua gerbang, depan dan belakang. Untungnya posisi pemanggilannya terpaut sepuluh langkah dari rumah Nerd. Namun meja dan parasol tempat diskusi sebelumnya, tentu telah sirna.
Sebuah istana pasir besar! Lengkap dengan tembok – tembok tebal dan sudut benteng pemanah. Anak – anak panah itu menyasar pada istana besar dan megah.
#Cplash, cplash, cplash!
Namanya istana pasir, goresan masing – masing anak panah seolah terkena pasir hisap. Anak – anak panah itu seolah dimakan dan semakin jumlahnya terakumulasi. Tubuh istana pasir seolah melalap hidup – hidup api biru.
Muncul papan sihir dihadapan Nerd.
- Lustergyd Sand Citadel Lv 4-
Ketahanan : 90%
Kemampuan : Ketahanan fisik Lv 5, ketahanan magis Lv 5, ketahanan absolut : 50 serangan / 30 menit. Pengurangan serangan magis dan fisik sebanyak 20%.
Pasif Spesial : Melumatkan material yang menyerang. Memanggil suplai prajurit tidak terbatas Lv 4.
Material yang dimakan : 587 anak panah cangkang nautilus dengan api biru.
Opsi langkah : Mengonsumsi material untuk peningkatan ketahanan (Enhanced Citadel) / Mengonsumsi material untuk memanggil prajurit spesial Lv 5 (summon guardian)
(Sudah kuduga, pasir Lustergyd ini mempermudah segalanya…. Yosh, sementara ini…)
Gerbang istana pasir terbuka.
“Semuanya berlindung masuk di istana pasir!”
Nerd, Mercy dan Aquina tidak banyak berpikir.
“KENAPA MASUK? AKU INGIN PERANGG!!! Ugghh!” Thylopis yang frustasi menginjak injak seperti anak kecil manja.
Namun Avete dan Doreris, menyeret rambutnya masuk ke dalam.
Dalam istana pasir itu hanyalah ruangan kosong yang sama lebarnya dengan lebar fisik pada fasadnya. Namun di bagian tengahnya terdapat pola lingkaran pasir bertuliskan ‘access’.
Sementara dari luar masih terdengar suara – suara panah membentur istana pasir itu.
“Kamu punya rencana?” tanya Aquina.
Papan sihir pada Nerd menunjukkan sesuatu yang membuatnya semakin khawatir.
Ketahanan : 80%
Ketahanan : 71%
Ketahanan : 60%
Semakin terus berangsur turun!
(Mereka barbar sekali…. Kalau begitu,)
“Semuanya, ke lingkaran tengah!”
Semuanya mengikuti perintah.
Saat mereka telah berdiri di dalam lingkaran pasir itu…
#Blasssstttttt!
Sentakan pasir memanjang dan meninggi ke atas hingga ke langit – langit!
“LWELWELWELWEKLWEKWLE!” Tekanan angin membuat pipi dan mulut mereka terbuka mengembang kencang! Sebuah roler coaster dari dunia lain!
Langit – langit itu semakin dekat, mereka hendak membentur padatan pasir!
“AHHHHHHH!” Semuanya berteriak panik, kecuali Mercy dan Nerd.
#Jbless!
Dinding langit itu melunak, sehingga tidak menimbulkan luka. Seolah permukaan mereka menembus pasir pantai biasa.
.
“I-inikah… sensasi naik kapal torpedo yang mau meledak? Kukira aku akan mati *Gasp… gasp….*” Aquina melemas dan terduduk roboh.
Kedua harpy itu juga demikian, kecuali Thylopis yang malah ingin minta sekali lagi.
Kini, mereka berada di benteng tengah. Tempat raja memandang suasana perang dari kejauhan. Pemandangan itu sangat strategis dan sempurna untuk melihat sekitar dengan aman.
Nerd melihat golemnya kini telah roboh, dihujani tidak kurang dari 100 panah. Mercy yang sedari tadi geram, ingin sekali menyabet pasukan itu dengan gunting raksasanya.
Tapi…
Ada yang lebih buruk, selain ketahanan istana pasir itu sekitar 29%.
Para pasukan putri duyung yang aneh, dengan api biru di lengannya tiga langkah mengepung di luar istana. Mereka tampak abnormal, dikontrol oleh wanita sayap biru dan perban putih. Setidaknya ciri fisik dan aura mereka sama, sama – sama mengeluarkan api biru dan tubuhnya pucat pasi ungu abu - abu, seperti yang dirasakan Nerd.
Nerd memandang wanita yang melayang tinggi itu. Kini, ia memperoleh informasi yang lebih detail mengenai makhluk itu.
*Nama : Sanara The Blue Flames Aparitor
*Ras : Void – Demon
*Keterangan : Mampu memanggil pasukan sebanyak – banyaknya. Pasukan apapun kecuali makhluk Ancient dan yang pernah berhadapan dengan Sanara. Pasukan yang dimunculkan tanpa lubang dimensi sehingga memiliki batas waktu tertentu. Kristal biru pada punggung mereka lama kelamaan membesar dan membeku menjadi kristal seutuhnya dan pecah. Lalu energinya kembali pada Sanara.
*Status : Sumber Kekacauan
(Hm… kupikir mermaid asli. Bagus, kalau begini aku nggak perlu menahan diri, kan?)
#Blamm
Sesuatu menghantam sangat keras dan menimpulkan goncangan.
“Arrhh!”
Lubang tembok pasir terbentuk. Bukan karena panah, namun lubang abstrak itu membekas basah. Seolah bekasnya menjadi seperti lumpur.
(Tcih! Aku lupa! Water elemental saat ini adalah musuh terbesar istana pasir ini!)
Dari analogi yang lumrah, kebanyakan istana pasir hancur terkena aksi yang sengaja atau ombak air.
Nerd mengacak – acak rambutnya karena frustasi. Nerd punya ide, namun hampir seluruh idenya punya potensi dibalas habis – habisan. Sementara Nerd, hanya punya peluang satu ide.
(Tcih… mari kita bertaruh!)
“Enhanced Citadel Lv 5!”
Gemuruh kembali muncul. Tembok yang bolong tadi kini kembali utuh. Rupa tembok – tembok istana daripada temboknya hanya tembok pasir, kini terdapat sisik nautilus dan terbakar api biru yang melapisi. Seolah istana pasir itu sedang kebakaran. Hanya saja, api itu malah memberi energi untuk Nerd dan rekan – rekannya.
Resistensi : 100%
Tingkat pertahanan istana pasir kembali pulih. Rekan – rekan Nerd merasa sedikit celah untuk menghela nafas lega. Namun tentu saja karena serangan berulang – ulang, tingkat resistensinya semakin turun.
#Tang! Sringg! Psap psap psap psap! Jbllasstt!!
Berbagai sihir, senjata dan proyektil melesat mengenai tembok istana pasir. Kini istana itu seperti cone ice cream yang dikerubung semut.
Lalu….
Pintu depan terbuka sedikit. Tentu para pasukan musuh melebarkan senyumnya dengan semringah.
Akan tetapi…
#Jlllessshhh!
#Krauk, krauk, krauk!
Seketika 20 pasukan musuh yang masuk berdesakan tewas seperti cemilan! Cairan kental tubuh mereka ungu pucat berceceran keluar dari arah pintu yang barusan terbuka. Dari luar, pintu itu tampak gelap.
Dari mata para pasukan yang kian mengheran, mereka kemudian melihat beberapa potongan anggota tubuh rekannya dilempar keluar.
#GGGRAAUUUUHHGGHGHGHGHG!!!!
Auman itu tidak salah lagi… sangat menggelegar! Sanara, atau tampak seperti komandan para pasukan – pasukan itu mulai tenang dan berpikir ulang.
“Imitator Summoning…”
“Chilpon, The Gorilion!”
Kuku hitam muncul dan menggengam pintu. Itu terlihat mengkilat, meneteskan cairan kental yang baru dan segar. Uap putih hembusan nafas muncul dari celah pintu gerbang membuat pasukan itu berpikir ulang tentang takdir mereka.
TO BE CONTINUE
ns18.225.254.235da2