“Cakrawala samudera… misterius… putri duyung dan semacamnya?”
“Oh… kamu membicarakan dongeng mana?” tanya balik Hendrik.
“BUKAN, BAKPAO GOSONG!” Nerd menggebrak ringan dengan muka kesal. “Kamu tadi bilang kriteria, ‘kan?”
“KRITERIA MACAM APA ITU, GORILLA!? ITU MIRIP JUDUL DONGENG SEBELUM TIDUR!?” tambah Hendrik setelah berdiam sejenak. Kedua alisnya terangkat. “Ooh… sebenarnya ada dua, sih….”
(Tcih, kalau bukan teman sudah kujadikan makan malam tadi!) Nerd mengomel dalam benaknya.
Dalam sepuluh menit, Hendrik mendapat hasil.
Etherberum Obscura di hadapan Nerd menunjukan sebuah planet berbentuk bulat dengan cincin.
“Dari dua poin tadi, sebenarnya ini yang paling pertama kurekomendasikan. Karena kamu bilang… uhh…, Cakrawala samudera? Jadi kuasumsikan kamu mencari karakteristik bioma lautan. Planet Larthorinus didominasi 60% laut dengan pulau – pulau kecil. Dataran mereka terdiri dari bioma padang rumput, hutan, pegunungan, nah… semuanya tampak normal. Tapi beberapa yang menjadi catatan adalah banyak sekali monster yang tidak diketahui serta tingkat tekanan dimensionalnya. Bagaimana?”
“Kamu benar…” Nerd mengusap, memutar – mutar hologram planet tersebut. Ia memperbesar pada bagian cincin.
“Di medan cincin itu, Hendrik, apa itu medan arwah? Menurutmu ada kehidupan lain?”
“Hm… aku nggak yakin soal itu….” Di layar komputer Hendrik diperbesar pada bagian tertentu tampak sesuatu aneh. “Nah… coba lihatlah ini.”
Nerd beranjak dari duduknya dan mengcek apa yang Hendrik temukan. Itu tampak seperti sayap secara samar – samar tertutup oleh kabut dari sebagian besar cincin itu. Kabut dan serabut kapas halus.
“Hoi, hoi! Kalau makhluk Void aku bisa celaka! Khususnya yang dilangit begitu!” Nerd memicingkan matanya.
“Ah… benar juga. Repot kalau Netherserpentra atau Tiamat,”
Nerd menelengkan kepala. “Para timku kemarin nyaris ludes diserbu Tindalos!” lantas ia menggigit jempolnya. “Tindalos datangnya nggak sendiri, juga kalau dia dibelah dengan senjata murahan, mereka akan membelah. Mereka bisa membelah sampai enam belas bagian sama besar!”
Hendrik melirik ke arah Nerd yang wajahnya diselimuti kepanikan dan rasa takut. Ekspresi itu adalah bekas ekspresi orang yang telah berpengalaman dalam medan kepanikan.
“Benar juga…. Mari lupakan yang satu ini,” balas Hendrik.
Nerd kembali duduk. “Tch! Padahal nyaris loh! Apapun selain makhluk void yang dari langit…”
Hendrik menggeser data berikutnya. “Nah… aku masih ada data satu lagi, jangan ngegas gitulah, bego!” Hendrik dengan santai sambil mengupil.
“Seperti biasanya mulutmu perlu disekolahkan, bakpao gosong,”
Planet berikutnya hampir sama seperti sebelumnya, hanya saja tanpa cincin. Planet itu bulat nyaris semuanya berwarna biru.
#Hah… (sighed)
Hendrik menepuk jidatnya.
“Kenapa? Kalau kamu capek bilang!”
“Dasar idiot! Beginilah kalau ngomong sama Gorilla,”
“Lalu apa?”
Hendrik menghelas nafas kedua kalinya. Muka pria dark elf itu tampak enggan.
“Nah, ini sebenarnya planet yang ada di buku sejarah.” Hendrik berjalan menuju rak buku.
“Eh?” Nerd menoleh.
Buku itu dari rak belakang dengan posisi yang paling depan. Bukunya tidak terlalu tebal namun memakai cover keras berwarna hitam. Hendrik membuka pada halaman tertentu.
“Di sini dikatakan bahwa tempat itu dulunya terjadi peperangan besar di planet itu sendiri. Peperangan bangsa merpeople dengan bangsa ras campuran yang menduduki daratan. Dulu daratan di planet itu sekitar 30%,”
Nerd mengusap dan memutar fasad planet tersebut pada Etherberum Obscura. “30%? Tapi… bukannya ini malah lebih sedikit?” tampak kiri kanan atas bawah semuanya perairan, kecuali bintil – bintil di titik tertentu yang sangat minoritas.
“Perang itu dipicu oleh seorang ratu yang diculik dan sampai sekarang tidak ketemu. Para merpeople menyalahkan penduduk daratan. Hingga saat ini, tidak ada kaum daratan yang mendiami pulau maupun kepulauan di planet itu. Dan karena perang itu, daratan yang tersisa menjadi 15%.” Hendrik menutup buku tersebut. “Nah, setidaknya itu yang tertulis di buku ini,”
“15%? Ini bahkan cuma 5%!” protes Nerd.
Hendrik kembali mengembalikan buku tersebut pada tempat asalnya. Sementara Nerd mengcek pada layar monitor nama planet itu. Matanya terbelalak. Sesuatu seperti mengetuk benaknya.
“Paling tidak buku itu ditulis sekitar seabad yang lalu? Nah, ngomong – ngomong…”
Hendrik duduk kembali di hadapan komputernya.
“Planet itu bernama, Lustenora.”
***
Pukul 9 malam…
Setelah istirahat dan persiapan yang cukup, pria berkacamata bundar, Nerd Fulbright, kini telah bersiap di ruang khusus. Tempat yang sangat penting di gedung pelayanan penelitian dan keamanan ekspedisi interdimensional. Tempat itu terdapat sekitar lima pusaran dimensional yang mendiami kapsul – kapsul kecil atau disebut sebagai Linked 8/2 Portal. Portal itu mampu menteleportasi objek sesuai koordinat dari Etherberum Obscura, dengan 80% tingkat keberhasilan atau setidaknya itulah arti dari 8/2.
Nerd, berpakaian ala kantoran dengan tas selempang lucu berbentuk kepala katak hijau yang matanya bulat kelereng. Nerd ekspresinya berseri – seri, ditemani dengan hanya dua orang yang mengenalnya sangat baik, Nibella dan Hendrik.
Ya, sangat ironis untuk pria yang barusan menerima gelar tertinggi konstellar, Master Inventor. Semenjak pilihannya itu, Nerd yang hendak pergi tidak sedikitpun dimeriahkan atau bahkan setidaknya disaksikan oleh petinggi di gedung itu. Nerd seolah seperti diusir, namun dengan penyampaian yang halus dan gimik hormat.
“Apa saja yang kamu bawa?”
“Nah…” telunjuk Nerd mengusap ringan tas kepala katak itu.
Mulut katak itu mengembang dan mengempis dan menyemburkan sebuah papan sihir. Papan sihir itu mirip hologram hanya saja menggunakan kekuatan sihir. Papan sihir itu berisi informasi yang hanya bisa dilihat oleh sang pemilik.
“Di tempat pergudangan material Caterdel ditemani si tua Fidelius tadi… aku meminta sekitar 10 ton besi, 2 ton perak, 20 ton kayu, emas batang 1 ton, machine core 25 ton, 5 ton uranium, 5 ton mesiu, 100 ton semen, 50 ton bata merah, oli bekas setara 20 ton, dan oli baru setara 2 ton,” kata Nerd membacakan informasi papan sihir.
“Hm…” Nibella melipat tangannya dan berpaling pada tas selempang Nerd. “Fakta kamu punya Magic Duffel itu… sedikit mengurangi rasa khawatirku. Nah, aku nggak percaya kamu bisa sekaya itu beli Magic Duffel, Nerd?”
“Dasar! Mau pergi aja pake ngerampok gudang material pemerintahan,” ucap Hendrik santai sambil kelingkingnya mengorok telinga.
Nerd memegang pundak Hendrik dengan cengkeraman elang yang kuat. “DARIPADA MENGAMBIL WILAYAH KEKUASAAN INI MASIH MENDING, GOBLOG!” Nerd mengerutkan keningnya, dipenuhi urat, dengan suara garang.
“HOI! LEPASKAN TANGANMU TOLOL!?” Hendrik menggeram, memasang wajah premannya.
Kini dahi mereka saling bertatapan. Wajah – wajah mereka sama konyolnya. Tangan kanan mereka saling mengunci dan terlihat otot kekar seolah saling adu panco.
“ADA HAL LAIN YANG INGIN KAMU KATAKAN?”
“MISALNYA SEMOGA MATI DITELAN SHARCTOPUS?”
Mereka semakin mengencangkan lengannya, sementara wajah mereka seperti botol plastik yang diremas kesetanan. Mereka saling meringis.
“NGAJAK BERANTEM, BAKPAO GOSONG!?”
“AKU LAYANI KAMU KAPANPUN, GORILLA!”
Lantas…
#BRRUAAK!
Nibella meraih dua pria tolol itu dan membenturkannya cukup keras.
“Ya ampun! Kalian ini anak kecil? Malu – maluin!”
Setelah keadaan konyol itu, Nerd menambahkan bahwa dalam Magic Duffelnya juga ada beberapa material lain yang ia temukan saat ekspedisi. Nerd mengatakan bahwa mereka tak perlu khawatir.
“Sebagai gantinya….” Nerd memasukkan tangan kanannya merogoh mulut Magic Duffel. Nadanya terdengar bersemangat. “JRENG JRENGGGG~! Sebuah Transmitter Dimensional Cam!”
Nibella dan Hendrik terbelalak dan kaget. Nerd mengeluarkan dua benda transmitter berukuran 5 inch dengan layar separuhnya. Terutama Hendrik yang terlihat kagum saat menerima benda itu.
“Hooo… terlepas dari kacamata culun dan wajah gorillamu, kamu telah mengerjakan PR dengan benar ya….”
“Mulutmu emang nggak pernah disekolahkan, ya? Ugghh…,” tambah Nerd. “Ngomong – ngomong, dengan alat itu aku bisa mengirimkan video keadaanku dan kalian bisa membagikan informasi keadaan kalian!”
“Wow! Bagaimana dengan blueprintnya benda ini? Hm… benda ini bagus untuk pengembangan fasilitas tempat ini.” Nibella membolak balikkan alat transmitter itu. Ia tampak penasaran dan menantikan bagaimana alat itu bekerja.
Sebenarnya alat yang diberikan Nerd pada kedua rekannya barusan adalah alat yang ditemukan pertama kalinya. Melalui kemampuan Nerd, tidak mengagetkan bahwa gelar Master Inventor itu bukanlah abal – abal.
Nerd tidak menggubris dan segera mendekati salah satu Linked Portal. Ia membungkuk sedikit.
“Kalau begitu… aku pamit dulu. Terima kasih atas segalanya,”
Kedua wajah insan memandangnya serius dan penuh haru. Nerd bangga dengan dua orang baik kini bersamanya. Lagipula, ia tidak punya siapapun selain mereka.
“Kamu in memang…” Nibella meneteskan air matanya. “Meski bodoh, aku harap kamu sembuh dari kebodohanmu!” Nibella merangkulnya cepat – cepat.
“O-oi… apakah itu yang seharusnya dikatakan saat perpisahan?” Nerd tersenyum tipis.
“Ya ampun…” Hendrik melipat tangannya, sambil memejamkan mata. “Meski kamu bodoh, culun, dan gorilla. Aku tetap akan mengingatmu sebagai gorilla yang bodoh dan culun….” Hendrik berbalik arah dan melambaikan tangannya tampak cuek.
“OI! APA ITU YANG SEHARUSNYA DIKATAKAN SAAT PERPISAHAAN!? UGH….” Nerd sedikit sebal, lalu tambahnya. “Kalau begitu, aku pergi dulu!”
Nerd melangkah masuk dalam portal. Portal itu pusarannya menjadi warna putih.
“Oh! Aku lupa menyiapkan laporan latihan untuk besok!” Nibella melangkah keluar. “Tolong pantau Nerd dan beri aku kabar, Hendrik,”
“Yes, Ma’am!”
Nibella meninggalkan transmitter itu di atas meja. Hendrik hendak mengingatkannya namun wanita itu telah pergi terburu – buru.
Lantas…
Hendrik menggengam dan memandang sesaat Transmitter D. Cam tersebut.
Kemudian ia duduk menghadap sebuah komputer yang tersambung pada Linked Portal dimana Nerd masuk.
Dalam beberapa detik…
#Klilit! Klilit!
Lampu notifikasi terletak di atas kapsul itu berwarna hijau. Sebuah pesan pada komputer bertuliskan
“Subjek telah sukses melakukan teleportasi”
“Koordinat -> Lustenora”
#Hah… (sighed)
Hendrik menghela nafas lega. Ia mengantongi transmitter itu dan keluar dari ruangan.
***
ns3.16.1.194da2