Pembangunan Kembali Kastil Duskmoor10Please respect copyright.PENANACAVaysnJLp
Dengan dukungan finansial dan pengaruh Lady Beatrice Veyron, Kastil Duskmoor mulai bernapas kembali. Lukas, yang kini sepenuhnya merangkul perannya sebagai Zephyr Varnholt, tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Ia tahu bahwa uang dan koneksi saja tidak cukup; ia membutuhkan visi, dan di situlah pengetahuannya dari dunia modern menjadi aset tak ternilai.10Please respect copyright.PENANA9gU6rOozTU
Proyek pertama yang ia prioritaskan adalah sistem sanitasi. Kastil Duskmoor, seperti kebanyakan kastil abad pertengahan, memiliki masalah kebersihan yang parah. Bau busuk dari limbah dan sampah yang menumpuk adalah hal biasa, dan itu adalah sarang penyakit. Lukas tidak bisa membayangkan hidup dalam kondisi seperti itu.
"Varkis," kata Lukas suatu pagi, saat mereka berdiri di dekat parit kastil yang kotor. "Kita akan membangun sistem pembuangan limbah yang layak."
Varkis menatapnya dengan bingung. "Pembuangan limbah, Tuan Muda? Kita sudah punya parit."
Lukas mendengus. "Itu bukan pembuangan limbah, itu kuburan penyakit. Kita akan membangun saluran bawah tanah, dengan kemiringan yang tepat, yang akan mengalirkan semua kotoran jauh dari kastil, ke area penampungan yang terisolasi." Ia mulai menggambar sketsa kasar di tanah dengan tongkat, menjelaskan konsep gravitasi dan aliran air. "Kita juga akan membangun jamban yang lebih baik, dengan sistem siram sederhana menggunakan air yang dialirkan dari sumur."
Varkis, meskipun awalnya skeptis, terkesima dengan ide-ide Lukas. Ia telah melihat kecerdasan Lukas dalam menghadapi rentenir, dan ia mulai percaya pada visinya. Dengan bantuan beberapa pekerja kasar dan pengrajin batu yang direkrut dari desa sekitar (dengan upah yang layak, sebuah inovasi Lukas yang mengejutkan mereka), proyek sanitasi dimulai. Itu adalah pekerjaan yang kotor dan melelahkan, tetapi hasilnya segera terlihat. Bau busuk berkurang drastis, dan kesehatan para penghuni kastil membaik.
Selanjutnya, Lukas mengalihkan perhatiannya ke pertanian. Tanah di sekitar Kastil Duskmoor subur, tetapi metode pertanian yang digunakan masih sangat primitif. Lukas memperkenalkan konsep rotasi tanaman, penggunaan pupuk alami yang lebih efektif (dari kotoran hewan yang kini dikelola dengan lebih baik), dan sistem irigasi sederhana menggunakan kanal-kanal kecil yang mengalirkan air dari sungai terdekat.
"Kita akan menanam gandum di sini tahun ini," jelas Lukas kepada para petani yang kebingungan, menunjuk ke sebidang tanah. "Tahun depan, kita tanam kacang-kacangan untuk mengembalikan nitrogen ke tanah. Dan seterusnya. Ini akan membuat tanah kita lebih subur dan hasil panen lebih melimpah."
Para petani, yang awalnya ragu, terkejut melihat hasil panen yang meningkat pesat. Stok makanan di kastil mulai terisi, dan bahkan ada surplus yang bisa dijual ke desa-desa tetangga, menghasilkan pendapatan tambahan bagi Duskmoor.
Lukas juga fokus pada keamanan kastil. Tembok-tembok yang retak diperbaiki, menara-menara yang hancur mulai dibangun kembali. Ia memperkenalkan konsep "titik buta" dalam pertahanan, menempatkan menara pengawas di lokasi strategis yang sebelumnya diabaikan. Ia juga merancang gerbang yang lebih kuat dengan sistem katrol yang lebih efisien, terinspirasi dari mekanisme pengangkat berat di dunia modern.
"Gerbang ini harus bisa ditutup dan dibuka dengan cepat, bahkan oleh sedikit orang," jelas Lukas kepada para pekerja, mengawasi mereka dengan cermat. "Dan harus cukup kuat untuk menahan benturan langsung dari battering ram."
Inovasi Lukas tidak berhenti di situ. Ia mulai mengorganisir kembali sisa-sisa ksatria yang tidak termotivasi. Ia memperkenalkan latihan fisik yang lebih intens, menekankan kecepatan dan kelincahan daripada hanya kekuatan kasar. Ia juga mengajarkan mereka formasi tempur dasar yang lebih efektif, terinspirasi dari taktik militer kuno di dunianya.
"Kalian bukan hanya prajurit, kalian adalah pelindung," kata Lukas kepada mereka, suaranya tegas. "Kalian adalah mata dan telinga kastil ini. Latih diri kalian, dan aku akan memastikan kalian mendapatkan perlengkapan terbaik."
Para ksatria, yang sebelumnya hanya melihat Zephyr sebagai penguasa yang kejam dan tidak kompeten, mulai melihatnya sebagai seorang pemimpin yang visioner. Mereka mulai mendapatkan kembali semangat mereka, dan barak ksatria yang dulunya sepi kini dipenuhi dengan suara latihan pedang dan teriakan instruksi.
Lyria, adiknya, juga menjadi aset tak terduga. Dengan kecerdasannya, ia membantu Lukas dalam mengelola inventaris kastil, mencatat setiap persediaan yang masuk dan keluar. Ia bahkan mulai belajar membaca dan menulis dengan lebih baik, sesuatu yang diabaikan Zephyr yang asli. Lukas mengajarinya dasar-dasar akuntansi dan manajemen, mengubahnya menjadi bendahara yang efisien.
"Kau punya bakat alami untuk ini, Lyria," puji Lukas suatu sore, saat Lyria dengan cekatan menghitung persediaan gandum.
Lyria tersipu. "Aku hanya mencoba membantu, Kakak."
"Dan kau melakukannya dengan sangat baik," Lukas tersenyum. Ia tahu bahwa Lyria, dengan kesetiaannya dan kecerdasannya yang tersembunyi, akan menjadi pilar penting dalam kebangkitan Kastil Duskmoor.
Tantangan Teknis
Meskipun Lady Beatrice telah mengalirkan sumber daya, tantangan teknis dan kekurangan material tertentu tetap menjadi hambatan. Lukas tidak bisa begitu saja membangun pabrik baja atau memproduksi semen di dunia feodal ini. Ia harus beradaptasi.
Salah satu masalah terbesar adalah kurangnya alat yang memadai untuk pembangunan skala besar. Lukas membutuhkan derek, katrol yang lebih kuat, dan alat-alat penggali yang efisien. Ia menghabiskan berjam-jam di perpustakaan lama kastil, mencari catatan tentang mesin sederhana yang mungkin pernah ada di Valthoria, atau setidaknya prinsip-prinsip dasar yang bisa ia kembangkan.
"Varkis, kita butuh kayu yang lebih kuat dan tali yang lebih tebal," kata Lukas suatu hari, saat mereka mencoba mengangkat balok batu besar untuk perbaikan tembok. Para pekerja kesulitan, dan prosesnya sangat lambat.
Varkis mengangguk. "Kayu oak dari Hutan Gelap adalah yang terbaik, Tuan Muda. Tapi itu berbahaya. Dan tali... tali dari serat rami adalah yang terkuat yang kita punya."
Lukas menggeleng. "Tidak cukup. Kita butuh sesuatu yang lebih baik. Aku ingat dari duniaku, ada serat yang sangat kuat, bisa menahan beban ratusan kali lipat dari beratnya sendiri." Ia berpikir keras. "Kita harus mencari alternatif. Apakah ada tumbuhan di Valthoria yang memiliki serat yang sangat kuat?"
Mereka akhirnya menemukan jenis tanaman merambat yang tumbuh di tebing-tebing terjal di dekat pegunungan. Seratnya, meskipun sulit diolah, ternyata jauh lebih kuat dan lentur daripada rami. Lukas mengajari para pekerja cara mengolahnya, merendamnya, memilinnya, dan menganyamnya menjadi tali yang sangat kuat. Ini adalah inovasi kecil, tetapi berdampak besar pada efisiensi pembangunan.
Untuk mengangkat beban berat, Lukas merancang sistem katrol ganda dan triple yang lebih kompleks, menggunakan prinsip fisika yang ia pelajari di sekolah. Ia menggambar diagram di tanah, menjelaskan kepada Varkis dan para pekerja bagaimana sistem ini akan mengurangi tenaga yang dibutuhkan.
"Dengan ini, sepuluh orang bisa mengangkat beban yang sebelumnya membutuhkan dua puluh orang," jelas Lukas.
Para pekerja, yang awalnya bingung, terkejut melihat betapa efektifnya sistem baru ini. Pekerjaan pembangunan yang dulunya memakan waktu berminggu-minggu kini bisa diselesaikan dalam hitungan hari.
Kekurangan material lain adalah kaca untuk jendela. Jendela di Kastil Duskmoor sebagian besar hanya berupa lubang dengan jeruji, atau ditutupi kulit hewan yang tipis. Lukas tahu bahwa cahaya alami dan isolasi termal sangat penting. Ia ingat dari novel bahwa ada beberapa penyihir di Valthoria yang memiliki kemampuan untuk memanipulasi pasir dan api, menciptakan semacam "kristal" yang mirip kaca.
Lukas mengirim utusan ke Lady Beatrice, menanyakan tentang penyihir semacam itu. Lady Beatrice, yang kini sepenuhnya percaya pada visi Lukas, menggunakan jaringannya untuk menemukan seorang penyihir tua yang eksentrik bernama Master Elara, yang tinggal terpencil di pegunungan.
Master Elara, seorang wanita tua dengan rambut putih panjang dan mata yang tajam, awalnya enggan membantu. Ia terbiasa dengan bangsawan yang hanya peduli pada kekuasaan dan sihir gelap. Namun, Lukas berhasil memikatnya dengan kecerdasannya dan visinya untuk Kastil Duskmoor. Ia tidak meminta sihir untuk kehancuran, melainkan untuk pembangunan, untuk kemajuan.
"Saya ingin cahaya, Master Elara," kata Lukas. "Cahaya yang akan menerangi setiap sudut kastil ini, membawa kehangatan dan harapan bagi rakyat saya."
Terkesan dengan visi Lukas yang tidak biasa, Master Elara setuju untuk membantu. Ia menggunakan sihirnya untuk melelehkan pasir dan membentuknya menjadi lempengan-lempengan transparan yang mirip kaca. Prosesnya lambat dan membutuhkan konsentrasi tinggi, tetapi hasilnya luar biasa. Jendela-jendela kaca mulai dipasang di Kastil Duskmoor, mengubah suasana kastil yang gelap dan lembap menjadi lebih terang dan hangat.
Inovasi Lukas tidak hanya terbatas pada hal-hal besar. Ia juga memperkenalkan hal-hal kecil yang meningkatkan kualitas hidup di kastil. Ia merancang sistem pengumpul air hujan sederhana untuk menghemat air sumur, membuat kompor yang lebih efisien untuk dapur, dan bahkan mengajari para pelayan cara membuat sabun dari lemak hewan dan abu, meningkatkan kebersihan pribadi.
Kastil Duskmoor, yang dulunya adalah simbol kehancuran, kini perlahan-lahan berubah menjadi mercusuar inovasi dan harapan. Rakyat di sekitar kastil mulai berbondong-bondong datang, mencari pekerjaan atau sekadar melihat "keajaiban" yang diciptakan oleh Lord Zephyr yang baru. Lukas, yang kini memegang kendali atas takdirnya, tidak hanya membangun kembali sebuah kastil, tetapi juga membangun sebuah legenda.
Penemuan Bakat Sihir Lyria
Suatu sore, saat Lukas sedang mengajari Lyria tentang sistem inventarisasi yang lebih canggih, mereka menemukan sebuah ruangan tersembunyi di bawah perpustakaan lama. Ruangan itu gelap dan berdebu, tetapi di tengahnya terdapat sebuah meja batu dengan beberapa artefak kuno yang tertutup kain. Salah satunya adalah sebuah kalung perak dengan liontin batu permata biru yang memancarkan cahaya samar.
"Ini... ini kalung Ibu," bisik Lyria, matanya membelalak. Ia meraih kalung itu, dan saat jari-jarinya menyentuh batu permata, cahaya biru itu tiba-tiba memancar lebih terang, memenuhi ruangan dengan aura dingin namun menenangkan.
Lukas merasakan gelombang energi sihir yang kuat memancar dari kalung itu, dan dari Lyria. Ia terkejut. Dalam novel, Lyria tidak pernah digambarkan memiliki bakat sihir. Zephyr yang asli pun tidak pernah menyadari hal ini.
"Lyria, apa yang kau rasakan?" tanya Lukas, mendekat.
Lyria menatap kalung itu, wajahnya pucat namun matanya berbinar. "Aku... aku merasakan sesuatu, Kakak. Seperti... seperti aliran air di dalam diriku. Dingin, tapi juga... kuat."
Lukas teringat bagian-bagian samar dalam novel yang menyebutkan bahwa garis keturunan Varnholt memiliki potensi sihir yang beragam, meskipun sihir "Bayang Takdir" adalah yang paling dominan. Mungkin Lyria mewarisi jenis sihir yang berbeda, sihir yang tersembunyi dan tidak pernah terungkap karena Zephyr yang asli terlalu fokus pada kegelapan.
Ia memanggil Varkis, yang juga terkejut melihat aura sihir yang memancar dari Lyria. Varkis, dengan pengalamannya yang luas dalam dunia sihir, segera menyadari bahwa Lyria memiliki bakat sihir air.
"Ini... ini adalah sihir air, Tuan Muda," kata Varkis, takjub. "Sihir yang murni, berbeda dari sihir Bayang Takdir yang gelap."
Lukas tersenyum. Ini adalah kejutan yang menyenangkan. Bakat sihir Lyria bisa menjadi aset yang sangat berharga bagi Kastil Duskmoor, terutama untuk pertanian dan sanitasi.
"Lyria," kata Lukas, menatap adiknya dengan bangga. "Kau memiliki bakat yang luar biasa. Aku akan membantumu mengembangkannya."
Lukas mulai melatih Lyria, menggabungkan pengetahirannya tentang sihir dari novel dengan bimbingan Varkis. Lyria belajar mengendalikan air, dari membuat tetesan air melayang di udara hingga menciptakan aliran air kecil. Bakatnya berkembang pesat, dan ia mulai menggunakan sihirnya untuk membantu pekerjaan di kastil. Ia bisa membuat air mengalir lebih cepat di kanal irigasi, membersihkan area-area kotor dengan semburan air, dan bahkan menciptakan kabut tipis untuk melindungi tanaman dari hama.
Peran Lyria di kastil tidak lagi hanya sebagai bendahara. Ia kini juga menjadi penyihir air Kastil Duskmoor, sebuah peran yang memberinya rasa tujuan dan kekuatan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Hubungannya dengan Lukas semakin kuat, didasarkan pada rasa saling percaya dan tujuan bersama. Ia melihat Lukas bukan hanya sebagai kakaknya, tetapi juga sebagai mentor yang membantunya menemukan jati dirinya.
Namun, penemuan bakat sihir Lyria juga membawa implikasi. Sihir air adalah sihir yang murni, dan keberadaannya di Kastil Duskmoor, yang dikenal dengan sihir gelapnya, bisa menarik perhatian yang tidak diinginkan. Terutama dari faksi-faksi penyihir lain di Valthoria yang mungkin melihatnya sebagai ancaman atau kesempatan.
Lukas menyadari bahwa setiap langkah yang ia ambil, setiap inovasi yang ia perkenalkan, dan setiap bakat yang ia kembangkan, semakin menjauhkannya dari takdir Zephyr yang asli, tetapi juga semakin mengikatnya pada takdir baru yang ia ciptakan sendiri. Takdir ini penuh dengan peluang, tetapi juga dengan bahaya yang semakin besar.
Pertemuan dengan Lady Seraphina
Desas-desus tentang kebangkitan Kastil Duskmoor dan hubungan Zephyr dengan Lady Beatrice Veyron menyebar jauh hingga ke wilayah utara. Lukas tahu bahwa tambang perak Lady Seraphina adalah kunci untuk mendanai ambisi besarnya. Tanpa ragu, Lukas memutuskan untuk mengambil inisiatif dan meminta pertemuan di kediaman Lady Seraphina.
Ia menyusun sebuah gulungan perkamen, lebih formal dan lugas daripada surat-suratnya kepada Beatrice, dengan segel Kastil Duskmoor yang kini mulai tampak lebih terawat. Isinya adalah permintaan resmi untuk Lady Seraphina, meminta kesempatan untuk berkunjung ke kediamannya guna membahas potensi "kemitraan strategis dalam pengembangan sumber daya dan perdagangan." Lukas tidak menyertakan embel-embel rayuan, ia tahu wanita seperti Seraphina lebih menghargai logika dan keuntungan nyata.
"Dia wanita yang cerdas, Tuan Muda," Varkis memperingatkan, saat Lukas menyiapkan utusan. "Dia tidak mudah dipengaruhi oleh pesona kosong. Dia hanya peduli pada keuntungan."
Lukas mengangguk. "Aku tahu, Varkis. Dan itulah mengapa aku akan memberinya keuntungan yang tidak bisa ia tolak."
Beberapa hari kemudian, utusan Lukas kembali dengan balasan. Lady Seraphina setuju untuk menerima kunjungannya. Lukas, ditemani oleh Varkis dan beberapa ksatria yang kini lebih terlatih, memulai perjalanan panjang ke wilayah utara. Perjalanan itu memakan waktu beberapa hari, melintasi hutan lebat dan perbukitan terjal, memberikan Lukas kesempatan untuk mengamati lebih jauh lanskap Valthoria dan potensi sumber daya yang belum dimanfaatkan.
Kediaman Lady Seraphina, sebuah benteng yang dibangun di atas bukit batu, jauh lebih fungsional daripada estetis, mencerminkan kepribadiannya yang praktis. Tidak ada taman bunga yang mewah atau patung-patung megah, hanya bangunan batu kokoh dan gudang-gudang besar yang penuh dengan peti-peti perak.
Lukas disambut oleh seorang pelayan tua yang kaku. Ia dibawa ke ruang pertemuan yang dingin, di mana Lady Seraphina sudah menunggunya. Wanita itu duduk tegak di kursinya, dengan punggung lurus dan tatapan mata biru yang tajam, nyaris tanpa ekspresi. Rambut pirangnya yang diikat rapi memancarkan kilau perak di bawah cahaya lilin. Gaunnya sederhana, terbuat dari wol abu-abu, tanpa perhiasan mencolok, kecuali sebuah bros perak kecil di dadanya. Payudaranya terlihat proporsional di balik kain wol yang sederhana itu, tidak menonjol namun jelas terisi. Usianya mungkin awal empat puluhan, dengan garis-garis halus di sudut matanya yang menunjukkan pengalaman hidup, namun wajahnya tetap terlihat muda dan terawat.
"Lord Zephyr," sapa Lady Seraphina, suaranya datar, nyaris tanpa intonasi. "Terima kasih sudah datang. Saya tertarik dengan potensi perdagangan perak yang Anda sebutkan."
Lukas tersenyum, senyumnya yang hangat namun penuh perhitungan. "Lady Seraphina. Sebuah kehormatan. Memang benar, Kastil Duskmoor sedang mengalami kebangkitan, dan saya yakin Anda akan melihat potensi besar dalam kerja sama dengan kami."
Ia tidak langsung memuji kecantikannya atau mencoba merayu. Ia tahu itu tidak akan berhasil pada wanita seperti Seraphina. Ia memimpinnya langsung ke meja yang telah ia siapkan, di mana peta-peta dan catatan tentang proyek pembangunan Kastil Duskmoor telah terhampar. Ia berbicara tentang angka, tentang efisiensi, tentang keuntungan. Ia menjelaskan bagaimana Kastil Duskmoor, dengan jalur perdagangan yang kini lebih aman berkat aliansi dengan Lady Beatrice, bisa menjadi pusat distribusi perak yang lebih efisien. Ia berbicara tentang bagaimana perak bisa digunakan untuk memperkuat ekonomi, bukan hanya untuk perhiasan, tetapi juga untuk alat, senjata, dan bahkan sebagai mata uang yang lebih stabil.
Lady Seraphina mendengarkan dengan saksama, matanya yang tajam mengamati setiap ekspresi Lukas. Ia tidak menunjukkan emosi, tetapi Lukas bisa melihat sedikit kerutan di dahinya, tanda bahwa ia sedang berpikir keras.
"Ide Anda menarik, Lord Zephyr," kata Lady Seraphina setelah Lukas selesai berbicara. "Tapi risiko selalu ada. Apa jaminan Anda?"
"Jaminan saya adalah visi saya, Lady Seraphina," jawab Lukas, suaranya kini lebih lembut, lebih personal. "Dan juga... kepercayaan. Saya percaya pada potensi Kastil Duskmoor, dan saya percaya pada potensi kerja sama yang tulus. Saya tidak hanya mencari keuntungan, saya mencari kemitraan yang akan membawa kemakmuran bagi kita berdua."
Ia mencondongkan tubuh sedikit, tatapannya kini lebih intens, memancarkan kehangatan yang jarang ia tunjukkan pada pertemuan bisnis. "Dan saya juga percaya, Lady Seraphina, bahwa seorang wanita dengan kecerdasan dan kekuatan seperti Anda, pantas mendapatkan lebih dari sekadar keuntungan. Anda pantas mendapatkan seorang mitra yang bisa melihat potensi sejati Anda, di luar angka dan tambang perak."
Ada perubahan halus di mata Lady Seraphina. Sedikit kilatan, seperti es yang mulai mencair. Ia terbiasa dengan pria yang hanya melihatnya sebagai pemilik tambang, sebagai sumber kekayaan. Lukas melihatnya sebagai wanita yang cerdas, dan itu adalah sesuatu yang langka.
"Anda... Anda berani sekali, Lord Zephyr," bisik Lady Seraphina, suaranya kini tidak lagi datar, ada sedikit getaran di dalamnya. "Banyak pria yang mencoba merayu saya dengan kekayaan atau kekuatan. Anda mencoba merayu saya dengan... visi."
Lukas tersenyum, senyum yang kini lebih tulus. "Saya hanya ingin menunjukkan bahwa saya melihat Anda, Lady Seraphina. Bukan hanya tambang Anda."
Keheningan kembali menyelimuti ruangan. Kali ini, ketegangan yang berbeda. Bukan ketegangan bisnis, melainkan ketegangan gairah yang mulai tumbuh. Lukas tahu ia telah menemukan celah. Wanita ini, di balik sikap dinginnya, haus akan pengakuan dan gairah yang tulus.
"Saya... saya tertarik," bisik Lady Seraphina, matanya menatap Lukas dengan intensitas yang sama. "Mari kita diskusikan lebih lanjut... kemitraan ini."
Lukas menghabiskan beberapa hari di kediaman Lady Seraphina. Mereka berbicara tentang bisnis, tentang strategi, dan tentang masa depan Valthoria. Tetapi di malam hari, diskusi mereka berubah menjadi lebih pribadi. Lukas menggunakan keahliannya untuk memecahkan lapisan es di sekitar hati Seraphina. Ia memuji kecerdasannya, menghargai ambisinya, dan secara perlahan, menyentuh sisi emosionalnya yang tersembunyi.
Awalnya, sentuhan mereka hanya sebatas tangan yang bersentuhan di meja, atau tatapan mata yang berlama-lama. Namun, seiring waktu, ketegangan itu meningkat. Lukas tahu ia harus bersabar dengan Seraphina. Wanita ini tidak akan menyerah pada gairah semudah Beatrice. Ia membutuhkan kepercayaan, dan ia membutuhkan bukti bahwa Lukas melihatnya lebih dari sekadar sumber daya.
Suatu malam, setelah diskusi panjang tentang jalur distribusi perak, Lukas mengantar Lady Seraphina ke kamarnya. Di ambang pintu, ia meraih tangannya.
"Lady Seraphina," bisik Lukas, suaranya lembut. "Saya sangat menghargai waktu yang Anda luangkan. Dan saya harus mengatakan, saya semakin terkesan dengan Anda."
Lady Seraphina menatapnya, matanya sedikit melunak. "Anda juga, Lord Zephyr. Anda... Anda berbeda."
Lukas mencondongkan tubuh, mencium pipi Seraphina. Ciuman itu singkat, namun penuh kehangatan. Ia bisa merasakan kulitnya yang dingin sedikit menghangat di bawah bibirnya.
"Semoga mimpi indah, Lady Seraphina," bisik Lukas, lalu ia berbalik dan pergi.
Setelah mengantar Lady Seraphina ke kamarnya, Lukas kembali ke kamarnya sendiri di kediaman itu. Ia mencoba memejamkan mata, tetapi pikirannya terlalu sibuk. Otaknya sibuk memproses semua informasi yang ia dapatkan dari Seraphina, menghitung potensi keuntungan dari aliansi ini, dan merencanakan langkah selanjutnya dalam permainan politik Valthoria. Namun, di balik semua perhitungan strategis itu, ada bayangan Lady Seraphina yang terus menari di benaknya.
Sikap dinginnya, kecerdasannya yang tajam, dan kilatan gairah yang ia lihat di mata birunya saat ia berbicara tentang visi. Wanita itu adalah tantangan yang menarik, jauh berbeda dari gairah membara Lady Beatrice. Seraphina adalah api yang membara di bawah lapisan es, dan Lukas merasa terdorong untuk mencairkannya.
Ia bangkit dari tempat tidur, merasakan kegelisahan yang tak bisa ia redakan. Aroma kayu bakar dari perapian di kamarnya bercampur dengan sisa aroma mawar dan musk dari Lady Seraphina yang masih menempel di tangannya. Ia memutuskan untuk berjalan-jalan, menenangkan pikirannya, seperti yang sering ia lakukan di penthouse-nya.
Langkah kakinya membawanya menyusuri koridor-koridor dingin kediaman Seraphina. Udara malam terasa sepi, hanya dipecahkan oleh suara angin yang berdesir di luar jendela dan derit lantai kayu tua di bawah kakinya. Ia berjalan tanpa tujuan, hanya membiarkan instingnya membimbing.
Tanpa sadar, ia menemukan dirinya berdiri di depan pintu kamar Lady Seraphina. Sebuah celah kecil, nyaris tak terlihat, ada di antara pintu dan kusennya. Dari celah itu, memancar cahaya lilin yang samar dan, yang lebih menarik lagi, suara desiran kain dan napas yang teratur.
Rasa ingin tahu Lukas, yang seringkali lebih kuat dari akal sehatnya, mengambil alih. Ia tahu ini tidak pantas, tetapi bagian dari dirinya, sang penikmat wanita matang, tidak bisa menahan diri. Dengan hati-hati, ia mendekatkan matanya ke celah itu, dan tanpa sengaja, tangannya menyentuh kusen pintu, memperlebar celah itu sedikit. Sebuah derit halus, nyaris tak terdengar, lolos dari engsel pintu.
Pemandangan di dalam membuat jantung Lukas berdebar lebih kencang. Lady Seraphina sedang berdiri di depan cermin, hanya mengenakan jubah tidur tipis yang terbuat dari sutra halus. Jubah itu tidak sepenuhnya menutupi tubuhnya, memperlihatkan lekukan payudaranya yang proporsional dan pinggulnya yang ramping. Rambut pirangnya terurai, jatuh di punggungnya seperti air terjun perak. Ia sedang menyisir rambutnya, gerakannya lambat dan sensual, seolah ia sedang menari hanya untuk dirinya sendiri.
Lukas bisa melihat pantulan tubuhnya di cermin. Kulitnya yang putih bersih tampak bersinar di bawah cahaya lilin. Ia melihat bagaimana jubah sutra itu menempel pada kulitnya, memperlihatkan garis-garis tubuhnya yang elegan. Ia melihat putingnya yang sedikit menonjol di balik kain tipis, dan lekukan perutnya yang datar. Wanita ini, di balik sikap dinginnya, memiliki tubuh yang memikat, penuh dengan gairah tersembunyi yang menunggu untuk dilepaskan.
Ia melihat Seraphina menghela napas panjang, lalu perlahan menurunkan sisirnya. Ia memejamkan mata, dan Lukas bisa melihat ekspresi kerinduan yang samar di wajahnya, ekspresi yang tidak pernah ia tunjukkan di hadapan orang lain. Seolah ia sedang merindukan sesuatu, atau seseorang.
Tiba-tiba, tangan Seraphina bergerak. Ia mengangkat jubah tidurnya, menyingkap sepenuhnya tubuhnya yang telanjang. Lukas menahan napas. Wanita itu kini benar-benar terbuka di hadapannya. Tangannya yang ramping bergerak ke bawah, menyentuh area kemaluannya. Jemarinya mulai membelai klitorisnya, perlahan pada awalnya, lalu semakin cepat, semakin menuntut.
Desahan halus lolos dari bibir Seraphina. Ia memejamkan mata lebih erat, kepalanya mendongak sedikit, merasakan sensasi yang ia ciptakan sendiri. Tangannya terus bergerak, memijat, mengusap, membangun gairah yang telah lama terpendam. Napasnya mulai memburu, dan tubuhnya sedikit menggeliat. Ia merindukan sentuhan, sentuhan yang dalam dan memuaskan, dan ia mencoba mengulanginya sendiri.
Lukas menyaksikan, terpesona. Ia melihat bagaimana puting Seraphina semakin menegang, bagaimana otot-otot di perutnya berkedut, dan bagaimana wajahnya memerah karena kenikmatan. Desahan Seraphina semakin keras, bercampur dengan suara basah dari sentuhannya sendiri. Ia bisa merasakan gairah wanita itu, bahkan dari kejauhan.
Beberapa saat kemudian, tubuh Seraphina menegang. Sebuah desahan panjang dan dalam lolos dari bibirnya, diikuti oleh getaran halus yang menyapu seluruh tubuhnya. Ia telah mencapai puncaknya, sendirian di dalam kamarnya yang sepi. Perlahan, ia mengendurkan tubuhnya, napasnya masih terengah-engah, dan ia kembali mengenakan jubah tidurnya.
Saat itulah, Lady Seraphina membuka matanya. Tatapannya langsung tertuju pada celah pintu yang kini sedikit lebih lebar. Matanya yang biru tajam menyiput, dan ekspresi terkejut, bercampur dengan sedikit kemarahan dan rasa malu, terpancar di wajahnya. Ia melihat siluet Lukas yang berdiri di sana.
Lukas membeku. Ia tertangkap basah. Jantungnya berdebar kencang, bukan karena gairah, melainkan karena rasa malu yang tiba-tiba menyergap. Ia tidak menyangka akan tertangkap, apalagi oleh Seraphina yang begitu dingin dan terkontrol.
Seraphina mendekat, langkahnya tenang namun penuh ketegasan. Matanya tidak lepas dari Lukas, memancarkan campuran emosi yang sulit dimengerti. Ia meraih pergelangan tangan Lukas dengan cengkeraman yang kuat, lebih kuat dari yang Lukas duga dari wanita seanggun dirinya. Tanpa berkata-kata, ia menarik Lukas masuk ke dalam kamarnya, lalu membanting pintu hingga tertutup dengan suara keras, meninggalkan mereka berdua dalam keheningan yang mencekam.
Cahaya lilin di kamar menari-nari, menciptakan bayangan yang menari di dinding, menambah ketegangan di udara. Seraphina masih memegang pergelangan tangan Lukas, tatapannya menusuk. Lukas bisa merasakan panas dari sentuhan tangannya, dan ia tahu ini bukan amarah biasa. Ini adalah gairah yang terpicu, dan rasa malu yang membakar.
"Kau..." Seraphina memulai, suaranya rendah dan serak, nyaris seperti geraman. "Kau mengintipku, Lord Zephyr?"
Lukas menelan ludah. Ia tidak bisa berbohong. "Saya... saya minta maaf, Lady Seraphina. Saya tidak bermaksud... saya hanya..." Kata-katanya tercekat. Ia belum pernah merasa sekikuk ini di hadapan seorang wanita.
Seraphina melepaskan pergelangan tangan Lukas, lalu tangannya naik ke wajah Lukas, membelai pipinya dengan ibu jarinya. Sentuhan itu lembut, namun matanya masih memancarkan intensitas yang membakar. "Kau melihat semuanya, bukan?" bisiknya, suaranya kini lebih lembut, namun penuh bahaya. "Kau melihat kelemahan saya. Kau melihat hasrat saya."
Lukas mengangguk pelan, matanya tidak lepas dari mata Seraphina. "Saya melihat... seorang wanita yang indah, Lady Seraphina. Seorang wanita yang memiliki gairah yang tersembunyi di balik kekuatan dan kecerdasannya."
Seraphina tertawa pelan, tawa yang pahit namun juga sensual. "Hasrat yang telah lama terkunci, Lord Zephyr. Hasrat yang tidak pernah dijamah oleh siapa pun sejak suamiku meninggal. Dan kau... kau melihatnya." Tangannya meluncur dari pipi Lukas, turun ke lehernya, lalu ke dadanya, merasakan detak jantung Lukas yang berdebar kencang.
"Kau membuatku menginginkannya, Lord Zephyr," bisik Seraphina, suaranya nyaris tak terdengar. "Kau datang dengan visi dan kata-kata manismu, dan kau membangkitkan sesuatu yang telah lama mati dalam diriku." Ia mencondongkan tubuh, bibirnya nyaris menyentuh bibir Lukas. "Dan sekarang, kau melihatku dalam keadaan ini. Apa yang akan kau lakukan, Lord Zephyr?"
Lukas tahu ini adalah ujian. Ini adalah momen krusial. Ia bisa mundur, meminta maaf, dan mencoba memperbaiki segalanya. Atau ia bisa melangkah maju, merangkul gairah yang ada di antara mereka, dan mengambil risiko yang lebih besar.
Ia memilih yang kedua.
"Saya akan melakukan apa yang seharusnya dilakukan, Lady Seraphina," bisik Lukas, suaranya dalam dan penuh janji. Tangannya naik, membelai pinggang Seraphina, menariknya lebih dekat. "Saya akan memadamkan hasrat itu. Saya akan menunjukkan kepada Anda bahwa Anda tidak perlu mencari kenikmatan sendiri."
Tanpa menunggu jawaban, Lukas menunduk, mencium bibir Seraphina. Ciuman itu dimulai dengan lembut, penuh bujukan, lalu berubah menjadi ciuman yang dalam, menuntut, dan penuh gairah. Seraphina membalas ciumannya dengan intensitas yang sama, bibirnya membuka, mengundang lidah Lukas untuk menjelajah. Tangannya melingkari leher Lukas, menariknya lebih dekat, seolah ingin menyerapnya sepenuhnya.
Jubah tidur Seraphina meluncur dari bahunya, jatuh ke lantai, memperlihatkan tubuhnya yang telanjang di bawah cahaya lilin. Lukas merasakan kehangatan kulit Seraphina menempel pada tubuhnya. Ia merasakan payudaranya yang proporsional menekan dadanya, putingnya yang keras menusuk kulitnya. Aroma tubuh Seraphina, perpaduan mawar dan gairah yang membakar, memenuhi indranya.
Lukas mengangkat Seraphina dalam pelukannya, membawanya ke tempat tidur. Ia meletakkannya dengan lembut di atas seprai sutra yang dingin, lalu menindihnya, matanya tidak lepas dari mata Seraphina yang kini berkaca-kaca karena gairah.
Lukas mencium bibir Seraphina lagi, ciuman yang lebih dalam, lebih menuntut. Lidahnya menjelajahi setiap sudut mulut Seraphina, merasakan manisnya gairah yang mulai membara. Seraphina mengerang, membalas ciumannya dengan intensitas yang sama, tangannya menarik rambut Lukas, menekan kepalanya lebih dalam ke bibirnya.
Lukas perlahan menurunkan ciumannya, dari bibir ke dagu, lalu ke leher jenjang Seraphina. Ia menyesap kulitnya, meninggalkan jejak basah dan merah di sana. Seraphina mendesah, kepalanya mendongak, memberikan akses lebih. Lukas mencium tulang selangkanya, lalu turun ke payudaranya. Ia menyesap puting Seraphina yang sudah menegang, melingkarnya dengan lidahnya, lalu menghisapnya dengan lembut. Sensasi itu membuat Seraphina melengkung, lenguhan panjang lolos dari bibirnya. Lukas bergantian menghisap kedua puting Seraphina, memprovokasi desahan demi desahan, dan ia bisa merasakan tubuh wanita itu bergetar di bawahnya.
Tangannya bergerak ke bawah, membelai perut Seraphina yang datar, lalu ke paha bagian dalamnya. Jemarinya yang panjang dan kuat mulai menjelajahi area kemaluannya. Ia merasakan kelembapan yang sudah membanjiri vagina wanita itu, bukti betapa Seraphina menginginkannya. Lukas mengusap labia Seraphina dengan ibu jarinya, perlahan, merasakan kelembutan kulitnya. Lalu, ia menemukan klitorisnya, yang sudah membengkak dan sangat sensitif.
Lukas mulai membelai klitoris Seraphina dengan jari telunjuknya, melingkarinya perlahan, lalu mengusapnya ke atas dan ke bawah. Seraphina mendesah keras, kakinya sedikit terbuka, memberikan akses lebih. Lukas menambahkan jari tengahnya, membelai klitoris dengan dua jari, sementara ibu jarinya mengusap labia. Ia merasakan tubuh Seraphina menegang, napasnya tersengal-sengal.
"Ah... Zephyr... lebih cepat..." Seraphina mendesah, suaranya serak karena gairah.
Lukas mengerti. Ia mempercepat gerakannya, jari-jarinya menari di atas klitoris Seraphina, memijat, mengusap, dan sesekali menekan dengan lembut. Ia merasakan gairah Seraphina meningkat, tubuhnya menggeliat di bawahnya, mencari gesekan yang lebih dalam. Ia bisa mendengar desahan Seraphina yang semakin keras, bercampur dengan suara basah dari jari-jarinya yang bergerak di atas kulitnya.
"Ahh… ya," Seraphina mengerang, pinggulnya terangkat, mencoba menekan lebih dalam ke jari-jari Lukas. Setiap sentuhan Lukas di klitorisnya mengirimkan gelombang kenikmatan yang membakar, membangkitkan rasa lapar yang telah lama terabaikan. Ia sangat mendambakan sentuhan seorang pria, dan jari-jari Lukas adalah awal yang menyiksa namun memuaskan. Ia bisa merasakan denyutan di antara kedua kakinya, sebuah janji akan pelepasan yang lebih besar. Matanya terpejam erat, wajahnya memerah karena hasrat yang tak tertahankan. Ia hanya ingin lebih, lebih banyak sentuhan, lebih banyak tekanan, lebih banyak kenikmatan.
Lukas berhenti sejenak, menarik jari-jarinya dari Seraphina, menyebabkan erangan frustrasi dari wanita itu. Ia lalu berdiri, membuka celana kulitnya, memperlihatkan penisnya yang sudah tegang penuh, membusung di hadapan Lady Seraphina. Ukurannya yang mengesankan membuat mata Seraphina melebar sedikit, napasnya tersengal-sengal. Kelembapan di antara kedua kakinya semakin membanjiri, menyiapkan dirinya untuk apa yang akan datang.
Seraphina menatap penis Lukas yang tegak dan besar, matanya memancarkan campuran kekaguman dan rasa lapar yang tak terkendali. Sudah bertahun-tahun sejak ia merasakan kehadiran seperti itu, dan tubuhnya kini berteriak-teriak menginginkannya. Ia bisa merasakan denyutan di antara kedua kakinya semakin kuat, dan setiap serat dalam dirinya mendambakan penetrasi yang dalam dan memuaskan. Bibirnya sedikit terbuka, napasnya tersengal-sengal, dan tangannya tanpa sadar terulur ke arah Lukas, seolah ingin meraih dan menariknya lebih dekat. Ia ingin merasakan beratnya, kewarmannya, dan bagaimana itu akan mengisi kekosongan yang telah lama ia rasakan.
Dengan gerakan yang penuh hasrat, Seraphina meraih penis Lukas. Cengkeramannya lembut namun tegas, jari-jarinya membelai batang yang keras dan hangat itu. Ia mengarahkan ujung penis Lukas ke bibir vaginanya yang basah dan membengkak, merasakan sensasi kulit yang bersentuhan dengan kelembapan yang sudah membanjiri. Matanya kembali menatap Lukas, penuh dengan permohonan yang tak terucapkan, sebuah permintaan yang lebih dalam dari sekadar kata-kata.
"Masuklah, Zephyr," bisiknya, suaranya nyaris tak terdengar, namun penuh urgensi. "Puaskan aku. Aku sangat menginginkanmu."
Lukas tersenyum puas. Ia mencondongkan tubuh, bibirnya menyentuh telinga Seraphina. "Dengan senang hati, milady," bisiknya, suaranya dalam dan serak.
Ia meraih pinggul Seraphina, menariknya mendekat. Perlahan, ia mendorong masuk.
Seraphina mendesah keras, mencengkeram bahu Lukas. Sensasi itu begitu intens, begitu penuh, begitu memuaskan. Lukas bergerak perlahan, merasakan setiap inci penisnya masuk ke dalam vagina Seraphina yang hangat dan basah.
"Ah... Zephyr..." Seraphina mendesah, suaranya kini lebih keras, lebih vulgar, penuh kenikmatan. "Ohh... oh! Akhirnya... ya Tuhan, akhirnya!" Suaranya bergetar, campuran kelegaan dan hasrat yang meledak. Ia merasakan setiap otot di vaginanya meremas penis Lukas, seolah ingin menyerapnya sepenuhnya, mengisi kekosongan yang telah lama ia rasakan. Ini adalah sensasi yang telah ia dambakan selama bertahun-tahun, sebuah pemenuhan yang mendalam. "Sudah terlalu lama, Zephyr... terlalu lama aku merindukan ini. Rasanya... rasanya seperti surga yang terlarang. Aku sangat ketat, bukan? Rasanya seperti... seperti kau menemukan rumah barumu di dalam diriku."
Lukas bergerak perlahan pada awalnya, memberikan waktu bagi Seraphina untuk menyesuaikan diri, merasakan bagaimana otot-ototnya meregang, bagaimana kehangatan wanita itu membalutnya. Ia bisa merasakan dinding vaginanya yang ketat, menahan penisnya dengan erat, sebuah sensasi yang membakar hasratnya.
"Kau... kau begitu ketat, Seraphina," bisik Lukas, napasnya terengah-engah, bibirnya menyapu leher Seraphina. "Seperti kau belum pernah disentuh sebelumnya. Aku bisa merasakan setiap ototmu menyambutku."
Seraphina mengerang, "Aku memang belum, sayangku... tidak seperti ini. Tidak ada yang pernah membuatku merasa hidup seperti ini lagi. Setiap inci diriku... begitu lapar. Aku merindukan sentuhan ini, tekanan ini, rasa penuh ini. Rasanya... rasanya seperti aku akan meledak, tapi dengan cara yang paling indah." Ia melengkungkan punggungnya, mendorong pinggulnya ke atas, mencari penetrasi yang lebih dalam. "Penuhi aku, Zephyr... penuhi setiap inci diriku! Aku ingin merasakanmu di setiap sudutku! Aku ingin kau mengambil semua yang aku miliki!" Permintaan itu, diucapkan dengan suara serak penuh gairah, memicu sesuatu dalam diri Lukas. Ia meningkatkan ritme, dorongannya kini lebih dalam, lebih bertenaga. Setiap kali penisnya meluncur masuk dan keluar, suara basah dan desahan Seraphina semakin keras.
"Ah! Lebih dalam... ya, seperti itu! Oh, terus... jangan berhenti! Jangan pernah berhenti!" Seraphina mengerang, pinggulnya bergerak mengikuti ritme Lukas, mencari gesekan yang lebih intens. Ia mencengkeram bahu Lukas dengan kuku-kuku jarinya, meninggalkan jejak merah samar di kulitnya. Tubuhnya melengkung, punggungnya sedikit terangkat dari tempat tidur, menunjukkan betapa intensnya sensasi yang ia rasakan. Wajahnya kini benar-benar merah padam, matanya terpejam erat, dan keringat mulai membasahi dahinya. "Rasanya... rasanya seperti aku terbakar dari dalam! Setiap doronganmu... membawa kenikmatan yang tak terhingga! Aku tidak bisa bernapas... tapi aku tidak ingin berhenti!"
Lukas tersenyum puas. Ia tahu ini adalah seninya. Membangun gairah, mengendalikannya, lalu melepaskannya dalam ledakan yang memuaskan. Ia mulai mempercepat gerakannya, dorongan demi dorongan, semakin cepat, semakin dalam. Suara benturan kulit yang basah memenuhi ruangan, seperti irama liar yang mengiringi tarian gairah mereka. Desahan Seraphina berubah menjadi lenguhan panjang, nyaris seperti ratapan kenikmatan yang tak tertahankan.
Ia melambatkan ritme lagi, hanya untuk sesaat, membiarkan Seraphina sedikit bernapas, merasakan sensasi penuh dari penisnya yang terdiam di dalam vagina Seraphina. "Bagaimana rasanya, milady? Apakah ini yang kau dambakan? Apakah ini mengisi kekosongan yang kau rasakan?" bisik Lukas, suaranya penuh godaan.
"Nghhh! Lebih dari yang kubayangkan! Rasanya... rasanya seperti seluruh tubuhku terbakar! Aku tidak bisa berpikir... hanya merasakanmu! Ini... ini adalah segalanya yang aku inginkan! Aku tidak pernah tahu aku bisa merasa seperti ini!" Seraphina menjerit, suaranya nyaris hilang. Tubuhnya mulai gemetar hebat, getaran halus menyapu dari ujung kepala hingga ujung kaki. Kakinya mengunci erat di pinggang Lukas, mencengkeramnya dengan kekuatan yang mengejutkan, seolah ingin menariknya lebih dalam lagi. Jari-jarinya mencengkeram erat bahu Lukas, kuku-kukunya sedikit memutih karena tekanan. Orgasme itu datang bergelombang, setiap gelombang kenikmatan yang membanjiri tubuhnya membuatnya melengkung dan terengah-engah, suaranya pecah menjadi serangkaian desahan dan erangan yang tak terkontrol. Ia sepenuhnya pasrah pada sensasi itu, pikirannya kosong kecuali ledakan kenikmatan yang membakar.
Lukas merasakan gelombang panas menyapu tubuhnya. Ia mendorong satu kali lagi, dalam dan kuat, merasakan kontraksi di dalam vagina Seraphina yang mengisyaratkan klimaksnya sendiri. Ia membiarkan dirinya tenggelam dalam sensasi itu, melepaskan diri dari segala beban, dan membiarkan gairah murni menguasai mereka.
Dengan satu tarikan napas terakhir, Lukas mencabut penisnya dari vagina Seraphina. Sebuah suara squelch basah yang keras memenuhi ruangan, diikuti oleh semburan cairan bening yang membasahi kasur sutra di bawah mereka. Vagina Seraphina, yang masih berkedut-kedut karena orgasme, menyemburkan air kenikmatan yang membasahi kasur, meninggalkan noda gelap di kain putih itu. Tubuh Seraphina masih bergetar, kakinya perlahan mengendur dari pinggang Lukas, dan ia terengah-engah, matanya setengah terpejam, wajahnya memerah padam.
Namun, Lukas belum selesai. Dengan penisnya yang masih tegang dan berdenyut, ia kembali mendorongnya masuk ke dalam kehangatan Seraphina yang basah. Kali ini, ia melakukannya dengan gerakan yang lebih lembut, lebih memanjakan. Sebuah desahan panjang dan dalam lolos dari bibir Seraphina, matanya terbuka sedikit, menatap Lukas dengan campuran kejutan dan kenikmatan yang baru.
"Zephyr... kau... kau kembali?" bisiknya, suaranya serak dan penuh kelelahan, namun ada nada gembira di dalamnya.
Lukas tersenyum, menunduk untuk mencium bibir Seraphina. "Tentu saja, milady. Malam kita belum berakhir." Ia mulai bergerak lagi, perlahan dan sensual, merasakan setiap kontraksi sisa di dalam vagina Seraphina. "Kau luar biasa, Seraphina. Tubuhmu... begitu responsif. Aku tidak pernah tahu betapa laparnya dirimu."
"Nghhh... jangan bicara... hanya... hanya teruskan," Seraphina mendesah, memejamkan mata lagi, membiarkan dirinya tenggelam dalam sensasi yang kembali membangkitkan gairahnya. Setiap dorongan Lukas yang lembut namun pasti, mengirimkan gelombang kenikmatan yang menyebar ke seluruh tubuhnya, membangun kembali gairah yang baru saja mereda. "Aku... aku milikmu, Zephyr. Lakukan apa pun yang kau inginkan denganku. Aku... aku hanya ingin merasakanmu di dalam diriku."
Lukas terus bergerak, mengagumi betapa cepatnya Seraphina kembali merespons. Ia bisa merasakan kehangatan dan kelembapan yang tak ada habisnya dari wanita itu. Suara gesekan kulit mereka, desahan Seraphina yang semakin dalam, dan napas Lukas yang berat, memenuhi ruangan, menciptakan simfoni gairah yang hanya mereka berdua yang bisa dengar. Ia mempercepat gerakannya, dorongan demi dorongan, merasakan dinding vagina Seraphina yang kembali mengencang di sekelilingnya. Setiap hentakan membawa mereka lebih dekat ke puncak yang baru, dan aroma tubuh mereka yang bercampur, manis dan musky, semakin pekat di udara.
"Oh, Zephyr... ya... tepat di sana!" Seraphina menjerit, pinggulnya terangkat liar, kakinya mengunci erat di punggung Lukas, menariknya lebih dalam. Tubuhnya gemetar tak terkendali, jari-jarinya mencengkeram erat otot bahu Lukas, meninggalkan bekas merah. Desahannya berubah menjadi rintihan putus asa, "Aku... aku tidak bisa menahannya lagi! Aku... aku akan meledak!"
Lukas mendengus, merasakan gelombang kenikmatan yang membakar mengalir melalui dirinya. Ia menggeram, "Aku datang bersamamu, milady!" Dengan beberapa dorongan terakhir yang kuat dan dalam, ia merasakan seluruh tubuhnya menegang, otot-ototnya berkontraksi hebat, dan semburan hangat sperma membanjiri bagian terdalam vagina Seraphina. Rasa panas yang memuaskan menyebar di dalam dirinya, diikuti oleh kelegaan yang luar biasa.
Seraphina menjerit lagi, kali ini lebih panjang dan lebih nyaring, saat orgasme kedua menyapu dirinya. Tubuhnya melengkung, punggungnya terangkat, dan ia membenamkan wajahnya di leher Lukas, menggigit lembut kulitnya saat getaran hebat menyapu dirinya. Cairan kenikmatan kembali menyembur dari vaginanya, membasahi paha Lukas dan kasur di bawah mereka. Aroma manis dari cairan itu bercampur dengan aroma gairah mereka yang intens.
Mereka berdua roboh di tempat tidur, napas terengah-engah, tubuh mereka saling berpelukan, basah oleh keringat. Lukas mencium kening Seraphina, merasakan detak jantungnya yang masih berdebar kencang, namun kini lebih tenang. Ia telah berhasil. Tidak hanya memuaskan hasratnya, tetapi juga mengikat Lady Seraphina lebih dalam ke dalam jaring pengaruhnya, dengan cara yang tak terduga dan sangat pribadi.
Keheningan yang nyaman menyelimuti kamar, hanya dipecahkan oleh napas mereka yang melambat dan detak jantung yang berangsur normal. Tubuh Seraphina, yang tadi tegang dan bergetar, kini terasa lembut dan lentur dalam pelukan Lukas. Aroma mawar dan musk Seraphina, bercampur dengan aroma maskulin Lukas dan jejak gairah yang kuat, memenuhi indra Lukas. Rasanya seperti selimut hangat yang membalut mereka berdua.
Lukas merasakan jari-jari Seraphina yang masih mencengkeram bahunya perlahan mengendur, lalu bergerak naik, membelai rambutnya dengan lembut. Sentuhan itu tidak lagi menuntut, melainkan penuh kasih sayang dan kelegaan. Ia membenamkan wajahnya di rambut pirang Seraphina, menghirup aroma manisnya.
"Zephyr," bisik Seraphina, suaranya serak, nyaris tak terdengar. "Aku... aku tidak pernah tahu aku bisa merasa sebahagia ini." Ada nada kerentanan yang mengejutkan dalam suaranya, sesuatu yang belum pernah Lukas dengar sebelumnya.
Lukas mencium puncak kepalanya. "Aku senang bisa memberikannya padamu, milady."
Seraphina terkekeh pelan, tawa yang lembut dan penuh kelegaan. "Kau... kau benar-benar berbeda. Tidak seperti pria lain yang hanya mencari keuntungan atau kekuasaan." Ia mengangkat kepalanya sedikit, menatap Lukas dengan mata birunya yang kini memancarkan kehangatan yang mendalam. "Kau melihatku. Kau benar-benar melihatku."
Lukas tersenyum, mengusap pipi Seraphina dengan ibu jarinya. "Aku melihat seorang wanita yang kuat, cerdas, dan... sangat indah, Seraphina. Dan aku merasa terhormat bisa berbagi momen ini denganmu."
Seraphina memejamkan mata, bersandar di dada Lukas. Ia bisa merasakan detak jantung Lukas yang stabil, memberinya rasa aman yang telah lama hilang. Kehangatan tubuh Lukas yang telanjang melingkupinya, menghilangkan dinginnya malam dan kekosongan yang telah lama ia rasakan. Ia tidak lagi peduli dengan tambang perak, atau intrik politik. Untuk saat ini, ia hanya ingin menikmati kehangatan dan kedekatan ini.
"Tetaplah di sini," bisik Seraphina, suaranya nyaris seperti permohonan. "Jangan pergi."
"Aku tidak akan pergi," jawab Lukas, mengeratkan pelukannya. Ia merasakan kepuasan yang dalam, bukan hanya dari pelepasan fisik, tetapi juga dari ikatan emosional yang baru saja terbentuk. Wanita dingin ini, yang begitu sulit dijangkau, kini berada dalam pelukannya, rapuh dan percaya.
Mereka berdua berbaring telanjang di bawah selimut sutra, tubuh mereka saling menempel, kulit ke kulit. Napas mereka menyatu dalam ritme yang tenang. Lukas bisa merasakan setiap lekuk tubuh Seraphina yang lembut, pinggulnya yang pas di pinggangnya, payudaranya yang menempel di dadanya. Keintiman ini jauh melampaui fisik; itu adalah keintiman jiwa, sebuah pengakuan akan kerentanan dan kepercayaan.
Di luar jendela, bulan bersinar terang, menerangi kamar dengan cahaya perak yang lembut. Lukas memejamkan mata, membiarkan kelelahan yang menyenangkan menyelimutinya. Ia tahu bahwa malam ini, ia tidak hanya mendapatkan sekutu politik yang kuat, tetapi juga seorang wanita yang akan menjadi bagian tak terpisahkan dari takdir barunya.
10Please respect copyright.PENANAH1FbVtaZGX