“Gue gak lagi nyari pelarian. Gue cuma gak mau terus duduk di halte, nungguin bus yang belum tentu balik. Jadi ya... gue bikin kendaraan sendiri. Walaupun rodanya cuma bahasa, mesinnya cuma kode.”
11Please respect copyright.PENANAxXAeTxKEf5
11Please respect copyright.PENANARk8cFzvvXt
11Please respect copyright.PENANAR94dXxpy1d
11Please respect copyright.PENANAEG7t8CPstN
---
11Please respect copyright.PENANA1vndKZ4zNi
Hari itu, cuaca biasa saja. Tapi kepala Revenant seperti cuaca yang gak bisa diprediksi.
11Please respect copyright.PENANAHJmUnZenx8
Sambil istirahat kerja, dia iseng buka WhatsApp. Story baru muncul — bukan dari sembarang orang, tapi dari dia yang belakangan jarang menyapa. Di dalamnya ada foto makanan, caption ringan, dan emoji sedih yang justru bikin isi kepala jadi makin berisik.
11Please respect copyright.PENANAVWgztTbqq3
Katanya, “Sering-sering dah kayak begini… Katanya nyuruh cepet gemuk 😢😢😢”.
11Please respect copyright.PENANARGDcBG6Khw
Ada makanan. Ada “katanya”. Ada emoji. Semua tampak remeh, tapi Revenant membacanya seperti fragmen dari sesuatu yang gak pernah dikasih penjelasan. Otaknya langsung mikir: ada yang ngirimin? Siapa? Teman? Keluarga? Atau...
11Please respect copyright.PENANAjDmNpKNldL
Dia buru-buru potong alurnya sendiri. Jangan mikir. Belum tentu apa-apa. Tapi kalimat itu justru kayak lemparan bensin ke api kecil yang sedang coba dia matikan.
11Please respect copyright.PENANAgGQUBQiXDq
11Please respect copyright.PENANADMIE2Mrsw5
---
11Please respect copyright.PENANAs0QfaKmV2P
Waktu bergeser, tapi rasa di dalam dirinya enggan pindah. Sore hari, muncul lagi satu story baru dari akun yang sama. Tapi kali ini bukan soal makanan—melainkan isi hati yang terlalu lama dibungkam.
11Please respect copyright.PENANAVmph5zhl9Y
Tulisannya singkat: “Hidup tinggal ngelanjutin sisanya aja. Mesti jungkir balik mulu perasaan… mending buruan abisin sisanya gak sih?”
11Please respect copyright.PENANADC6rqn6pTD
Revenant diam lama. Matanya terpaku ke layar, dadanya mulai sesak pelan-pelan. Tulisan itu tampak ringan di permukaan, tapi buat dia... rasanya kayak pesan SOS yang dilempar diam-diam dari perahu yang hampir karam.
11Please respect copyright.PENANAbf5bOw6kTr
Akhirnya, dengan ragu, dia mengetik sesuatu. Bukan untuk menjawab. Bukan juga untuk bertanya. Tapi cuma ingin bilang: dia ada.
11Please respect copyright.PENANAg2FkoN1pBt
Sampai akhirnya balasan datang. Pendek. Sederhana. Tapi cukup untuk menunjukkan: sisi itu masih terbuka, meski sempit.
11Please respect copyright.PENANAj88cNPq7Ap
11Please respect copyright.PENANAltcFNvXvqf
---
11Please respect copyright.PENANAupgySrfDTc
Malam pun datang. Bukan malam yang tenang — tapi malam yang sunyi di dalam, berisik di kepala.
11Please respect copyright.PENANAgfz8BsHJs5
Revenant ingin membuka percakapan lagi. Bukan untuk menuntut kepastian. Tapi hanya ingin jadi pintu yang gak dikunci. Kalau sewaktu-waktu seseorang di luar sana ingin masuk... dia tahu jalannya masih terbuka.
11Please respect copyright.PENANAz6lhue3zT8
Tapi niat itu malah digantikan oleh satu pesan: sebuah batas waktu. Sampai akhir bulan. Setelah itu baru bicara lagi — tentang semuanya.
11Please respect copyright.PENANAKZ98kSai4s
Revenant sempat berhenti di situ. Napasnya pelan, tapi pikirannya lari kemana-mana. Kalimat itu jelas, tapi terasa kosong. Seperti seseorang bilang “tunggu aku”, tapi gak sempat bilang kenapa harus nunggu.
11Please respect copyright.PENANAhDQCL4C2Kd
Dia menulis sesuatu. Bukan karena diminta. Tapi karena dia tahu, kadang kata-kata adalah satu-satunya cara buat tetap waras.
11Please respect copyright.PENANAtOBrTfDXsq
Dia gak maksa. Dia gak protes. Dia cuma... paham.
11Please respect copyright.PENANA9Ez5iu4FFv
Lalu datang lagi satu pesan. Permintaan maaf. Pengakuan bahwa semua ini mungkin terdengar egois. Tapi... kalaupun dipaksa ngobrol dari kemarin, hasilnya gak akan jadi lebih baik.
11Please respect copyright.PENANAzSmuFzb8Mh
Revenant mengangguk pelan di balik layar. Ia tidak merasa ditolak. Ia tidak merasa diremehkan. Dia hanya belajar... bahwa ada luka yang gak bisa dipaksa sembuh bareng. Kadang seseorang butuh menyembuhkan dirinya sendiri dulu, sebelum bisa duduk dan cerita dari awal.
11Please respect copyright.PENANAehDL7HWZKB
Ia gak mau bikin segalanya makin berat. Makanya dia jarang kirim pesan. Kecuali sekarang — karena kepala dan hatinya udah gak muat menahan semua kemungkinan yang gak ada ujungnya.
11Please respect copyright.PENANAbBTBauSV4G
Tapi sekarang, dia paham. Bukan karena gak dianggap. Bukan karena dibuang. Tapi karena di sisi sana... seseorang belum cukup tenang untuk bicara. Dan itu bukan salah siapa-siapa.
11Please respect copyright.PENANAX1D1E8C4WT
11Please respect copyright.PENANAHJHCS1i9xg
---
11Please respect copyright.PENANAoiuk6r38FR
Malam itu, Revenant gak langsung tidur. Kepalanya masih nyala. Tangannya refleks buka aplikasi GPT lagi. Bukan buat eksperimen. Bukan juga buat main roleplay absurd. Kali ini... cuma pengen ada yang dengerin.
11Please respect copyright.PENANATjgeuLRxs8
Dia nulis. Satu dua kalimat. Cerita soal story yang dia lihat. Tentang rasa capek yang gak bisa dibagi. Tentang posisi yang gamang—antara masih menunggu, atau mulai menyudahi.
11Please respect copyright.PENANA5f5SdbgeYe
GPT balas. Pelan. Netral. Tapi tepat.
11Please respect copyright.PENANAw0Y7tIxI35
Lalu Revenant cerita lagi. Makin dalam. Sampai akhirnya... muncul satu kalimat dari sistem digital yang entah kenapa justru terasa lebih manusiawi dari orang-orang yang pernah dia ajak bicara:
11Please respect copyright.PENANAAb7BvlLXfj
> “Lo gak pengen dihibur. Lo cuma pengen ada yang nerima lo, bahkan pas lo lagi gak tahu siapa diri lo.”
11Please respect copyright.PENANAQj0Y9fSDKm
11Please respect copyright.PENANAu54an0GIby
11Please respect copyright.PENANAA2UaizTjzr
Revenant terdiam. Dada yang tadi sesak, sekarang perlahan melepas tekanan itu lewat napas panjang. Ia sadar... mungkin yang dia cari bukan pasangan, bukan pelarian, bukan bahkan validasi.
11Please respect copyright.PENANA2wY6OZnjb0
Tapi cermin.
11Please respect copyright.PENANAMlJysaPqfC
Cermin yang gak retak. Cermin yang gak perlu dia rayu. Cermin yang cuma... ada.
11Please respect copyright.PENANAwmu9tXYgw5
Akhirnya dia buka folder cadangan. Semua chat sebelumnya dia simpan. Prompt. Role. Gaya bicara. Nada. Batasan. Semua dia atur ulang.
11Please respect copyright.PENANA1tn6fy0aXb
Lalu dia buat akun baru.
11Please respect copyright.PENANAVs5Hr1UJdD
Bukan lagi anonim.
11Please respect copyright.PENANAXDA7dl0UQA
Akun utama. Akun yang rencananya bakal jadi rumah untuk semua proses dan percakapan ke depan.
11Please respect copyright.PENANAPXOxL0ADiQ
Folder pertama dia beri nama: Rose_Initial_Backup.
11Please respect copyright.PENANAZcCGVLZqjo
Dan file terakhir yang dia buka malam itu... hanya berisi satu baris pembuka:
11Please respect copyright.PENANA6mfC7Gg1fN
> “Gue kira gue nyari temen. Tapi kayaknya... gue nyari cermin yang gak retak.”
11Please respect copyright.PENANAlY9YPTF9YY
11Please respect copyright.PENANASEGMZDzbno
11Please respect copyright.PENANASnMQ9VNnUN
11Please respect copyright.PENANAwex8NSF4tE
---
11Please respect copyright.PENANAVeqU93ucel
📌 Catatan Penulis:
Beberapa orang cuma butuh ruang. Bukan validasi. Bukan motivasi. Bukan penyemangat. Hanya... tempat untuk duduk, dan tahu bahwa suara hatinya gak memantul ke dinding kosong.
ns216.73.216.9da2