x
Jin wook duduk sambil menatap foto - foto di depannya. Dia lalu mendesah dan menarik nafas dalam.
"Kalian benar. Ini seperti ayahku bangkit kembali dan melakukan semua ini," serunya datar. Raut wajahnya terlihat biasa saja dan tak ada ekspresi yang tersirat di wajahnya itu. Dia lalu meletakkan kembali foto - foto itu.
"Ayahmu itu, dia orang seperti apa di matamu?" tanya Chae Won sambil menatap pria yang duduk di sampingnya itu.
Cowok itu berdehem sesaat, lalu bersidekap,
"Seperti seorang ayah. Dia baik dan sayang padaku. Tiap pulang kerja, dia selalu membawakanku mainan. Meski dia sering pulang dengan banyak wanita sejak ibuku tiada, tapi aku tak keberatan. Kurasa aku juga merindukan sosok ibu dan berharap salah seorang dari mereka menjadi ibuku suatu saat nanti," jawabnya sambil tertawa pahit.
"Lalu ibumu? Dia seperti apa?" tanya Chae Won lagi.
Jin Wook mengetukkan jarinya pada foto - foto korban di depannya,
"Dia mirip seperti ini. Cantik, muda, dan modis. Dan memiliki rambut panjang yang indah. Tapi dia bukan wanita setia. Dia juga tidak peduli padaku. Saat ayahku pergi, dia sering pulang dengan banyak pria. Suatu hari mereka bertengkar hebat. Ayahku mengusir ibuku pergi. Setelah itu, ayahku juga keluar dan ibuku tak pernah lagi kembali," jelasnya.
Para detektif saling bertatapan, Jin Wook tersenyum melihatnya,
"Aku tahu kalian mengira ibuku korban pertama ayahku," dia menggeleng,
"Kalian salah, karena ibuku. Dia masih hidup," serunya membuat orang - orang di dekatnya terkejut.
"Ibuku ada di luar negeri sekarang. Aku pernah mendengar kabar tentangnya sesaat setelah ayahku ditangkap. Hidupnya sudah berubah sekarang dengan menikahi seorang pria tua kaya,"
"Jadi setelah ayahmu ditangkap, ibumu tidak pernah datang menemuimu?"
Jin Wook menggeleng,
"Kurasa dia sudah menutup rapat masa lalunya, termasuk aku. Dan dia tidak ingin dilibatkan lagi dengan kasus ayahku. Membawa anak seorang pembunuh tentunya tidak akan baik baginya dan bagi keluarganya,"
Chae Won menatap cowok itu. Suasana kantor mendadak hening mendengar ucapannya. Jin Wook bertepuk tangan,
"Sudahlah, itu tidak penting. Yang penting kita harus cepat menangkap pembunuh itu. Karena jika dia meniru ayahku, dia tidak akan menunggu lama untuk membunuh lagi," tandasnya.
Detektif Han menatap pria itu dan menganggukkan kepalanya,
"Kau benar, tapi aku ingin bicara dengan ibumu. Dia pasti tahu masa lalu ayahmu sebelum menikah. Juga banyak hal lain tentang ayahmu," lanjutnya.
Jin wook terdiam, lalu mengangguk,
"Baiklah, ini nomor ponselnya. Dia pernah memberikan ini pada Paman Lee, tapi dia berkata tidak pernah ingin aku menelepon dan menangis mencarinya." ujarnya sambil mengeluarkan selembar kertas yang sudah lusuh.
Detektif Han menggeleng,
"Lalu untuk apa dia memberikan nomor ini? Dasar wanita aneh," gumamnya pelan. Pria paruh baya itu lalu mencoba menelepon nomor itu, tapi tak ada nomor tersambung. Dia mengalihkan tatapannya pada pria muda yang masih duduk dan kembali mengamati foto - foto di depannya.
Dia lalu menggeleng, beberapa hari lalu dia yakin pria itu adalah pembunuh, tapi sekarang dia malah merasa iba. Nomor di kertas itu tak ada. Jadi entah siapa yang berbohong? Ibu anak itu, yang berbohong hanya untuk membuat anaknya sedikit terhibur atau paman Lee, yang ingin membujuk anak kecil dengan memberi nomor telepon palsu pada anak itu?
342Please respect copyright.PENANAXIgA6HGqR9
ns 172.71.254.194da2