
Flashback Kepulangan Rania.
188Please respect copyright.PENANAsljZCoxYuw
Jam 3 pagi. Aku berdiri di depan gerbang rumah yang sudah setahun kutinggalkan.
188Please respect copyright.PENANAqZvCEZEvW9
“Rasanya seperti sudah sangat lama…”
Udara sejuk nan dingin langsung menyambutku. Aroma rumput basah dan dedaunan yang khas. Rumah besar bergaya kolonial ini terlihat lebih megah di bawah cahaya bulan. Aku menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan debar jantungku.
188Please respect copyright.PENANAmUWmk0Kr76
Pelan-pelan aku melangkah menyusuri jalan setapak. Setiap langkah seperti membangkitkan kenangan. Aku melirik ke kanan-kiri, berharap ketemu orang yang kukenal - mungkin pekerja kebun yang sedang ronda malam kalau lewat.
“Kalau ketemu aku, pasti mereka bakal kaget setengah mati.” Tapi sepi. Hanya suara jangkrik dan sesekali lolongan anjing jauh.
188Please respect copyright.PENANAyBt2IDCfwG
Sedikit sedih sih. Aku tahu Ayah nggak ada di rumah. Dia telfon pas aku di bandara, bilang ada urusan bisnis penting di luar kota.
188Please respect copyright.PENANAnDwwVaeFAW
"Nanti yang jemput Mang Joko ya Nak."
"Nggak usah, Yah. Aku mau nyelinap pulang. Pengin lihat ekspresi kakak-kakakku."
Aku tersenyum sendiri ingat percakapan tadi. Cuma Ayah yang tahu aku pulang hari ini. Sengaja aku sembunyi-sembunyi biar bisa bikin kejutan buat Kak Dania dan Nada.
188Please respect copyright.PENANATcTFZvuWRI
Rumah ini sekarang cuma ditempati mereka berdua. Sejak orang tua cerai waktu kami masih kecil, kami bertiga jadi sangat dekat. Aku nggak pernah mau tahu alasan pastinya mereka berpisah. Dengar-dengar sih sama-sama selingkuh. Tapi urusan mereka lah.
188Please respect copyright.PENANAeJ0CiLpnKD
Ting!
Hape di saku bergetar. Aku meraihnya pelan-pelan. Begitu lihat layar, napasku langsung tersendat.
188Please respect copyright.PENANAsSK9y8X94x
Dia.
Satu-satunya orang yang paling kutunggu.
188Please respect copyright.PENANAd8fEggSmU4
Nama yang selalu ada di kepalaku sejak pesawat lepas landas dari London, jari-jariku gemetar membuka pesannya:
188Please respect copyright.PENANAsZ4kG6mefE
"Sampe rumah belum?"
Aku tersipuh. Kebetulan banget dia ngechat pas aku lagi mikirin dia. Atau... mungkin dia bisa merasakan aku udah dekat?
188Please respect copyright.PENANASHKnzrVaTo
Dengan langkah lebih cepat, aku bergegas menuju teras depan. Aku membuka pintu dengan kunci yang ku punya, ku buka pelan-pelan, berusaha tidak membuat suara.
Rumah gelap dan sunyi, juga aroma yang familiar.
188Please respect copyright.PENANAgF381DMZLn
“Home.” Ucapku pelan.
188Please respect copyright.PENANAkD54KxXo2Q
“Non ini barangnya mau saya antar sampai kamar?” tanya Pak Joko.
“Gak usah Mang, taro sini aja.” Aku menunjuk kearah sudut bawah tangga.
188Please respect copyright.PENANAf6WoSSkVGw
“Mang, kalau misalkan nanti mamang papasan sama kak Dania pas jam nya dia olahraga, jangan bilang-bilang aku udah pulang ya. Biar jadi Rahasia..”
Aku masih mengingat jadwal rutin kakak ku itu, biasanya jam 5 pagi sudah bersiap-siap olahraga, meskipun…
188Please respect copyright.PENANAFnyyX7oLb7
Tapi pikiranku langsung melayang ke kamar di lantai dua. Rasanya ingin segera rebahan dan menunggu matahari lebih tinggi.
Karena ada seseorang yang sedang tidak tidur pulas, menungguku(?)
188Please respect copyright.PENANALSixzl5ZQy
Aku menghela napas.
“Aku kangen kamu…”
188Please respect copyright.PENANALeYHJdvNav
188Please respect copyright.PENANAUbja13oDOK
188Please respect copyright.PENANAeU8JKZs55E
188Please respect copyright.PENANAdEXHdb4TrM
Baca versi lengkapnya lihat dari profile penulis.
ns216.73.216.192da2