HALLOWEEN NIGHT
Malam ini adalah malam halloween.
Rumah - rumah di sekitar kompleks aku tinggal terasa hidup, seolah hidup di dunia lain. Pasalnya rumah - rumah menggunakan lampu neon berwarna tertentu selain putih. Kalau tidak biru, hijau berarti ungu. Bahkan ada yang sampai niat di dekat kotak pos mereka terdapat ukiran labu.
06.15 PM
Tentu kami tak mau kalah dong! Ayah punya pemikiran bahwa di dalam ruangan rumah ini akan dipenuhi dry ice! Tahu, kan? yang mengeluarkan kabut - kabut putih penambah suasana mistis!
Pakaian kami juga telah siap. Aku berkostum ria sebagai drakula, ayah adalah seorang penggemar film Michael Myers, seseorang yang tinggi dengan topeng, berpakaian mirip pakaian seorang petugas kebersihan namun warna hitam dan membawa pisau, seperti di serial haloween. Dia berpakaian seperti itu.
Sementara Velma, sedang menyiapkan kami makan malam di dapur yang terletak di paling belakang dan berbelok ke kanan.
Sebagai catatan rumah kami cukup luas. Dari pintu luar akan di sambut ruang tamu,, dipisahkan oleh pintu geser kaca yang agak buram adalah ruang keluarga. Di ruang keluarga ini, sama seperti ruang tamu, hanya saja terdapat beberapa perbedaan pada prabotan di dalamnya. Terdapat Kursi sofa panjang sebanyak tiga buah dengan satu meja balok kokoh dengan televisi 64 inchi menempel di tembok, dilengkapi speaker yang berkualitas.
Biasanya kami di sini menghabiskan waktu untuk mengobrol atau nonton netflix bersama. Ruang keluarga ini sudah seperti andalan karena menghubungkan garasi yang pintu penghubungnya berada di sisi kanan, sementara tangga di sisi kiri. Karena kami sudah menyerupai bioskop pribadi, tentu ruangan ini dilapisi karpet.
Lalu pintu geser yang sama terbuat dari kaca buram penghubung dapur. Di dapur hanya ada tiga segmen, ruang makan, kamar mandi serta toilet, dan dapur. Penempatannya memang agak bodoh, tapi kami tak bisa berharap banyak semenjak rumah ini cukup murah. Dan catatan terakhir, kami tidur di lantai atas.
Kembali lagi ke Velma, dia sebenarnya mantan guru SMPku, lebih tepatnya guru wali. Karena ibu sudah meninggal sejak aku kecil, maka ayah yang selalu menerima rapotku selalu bertemu dengannya. Well, yang namanya cinta. Mau bagaimana lagi, kan? Lagipula ayah memenuhi kebutuhan uang sakuku? Kenapa aku tidak menyetujui kebutuhannya?
Velma kini menjelma menjadi penyihir., um.. lebih tepatnya penyihir menawan. Rencana sebenarnya adalah membuat dirinya seperti nenek - nenek namun karena kehabisan bedak make up, ayah berencana pergi ke toko swalayan terdekat 5 kilometer. Awalnya Velma menolak, tapi karena ternyata kami juga kekurangan kebutuhan lainnya termasuk dry ice, maka ayahku segera bergegas ke garasi dengan buru - buru setelah menerima daftar catatan kertas belanja.
Acara tetangga dimulai pukul 7.30, masih ada sekitar sejam lebih lima belas menit. Kini aku yang sudah sejak lama tinggal dengan ayah, ditambah Velma yang telah tinggal bersama kami selama 3 bulan, mulai tahu kebiasaan buruk ayahku.
"Georgie, bisa kau tutup semua pintu yang terbuka?" pintanya, sambil mengaduk dengan whisk sebuah adonan. Agak menyebalkan sih karena kau selalu stand-by di dekat Velma. Ayah berpesan kepadaku karena Velma, ibu baruku, hamil 3 bulan. Kalau bayinya lahir tidak baik, aku pasti dijadikan samsak olahraga tinju oleh ayahku
"Ya, ya, Velma..." balasku enggan, sambil menoopang Nintendo Switch. Aku masih di tengah perjalanan game RPGku.
"Georgie! Aku ini ibumu! Pakai 'Ibu' dong setidaknya!" alisnya naik, wajahnya mengencang dan matanya agak melotot ke arahku. Padahal dulu dia seperti sobat karibku. Well, dia memang sering menghukumku karena tidak mengerjakan PR biologi, tapi tidak jarang kalau Velma juga sering mentraktirku. Aku dan dia dulu mengobrol seperti saudara sepupu.
"Ya, ya, Ibu Velma yang bijaksana dan baik hati..."
"Tidak usah pakai 'bijaksana dan baik hati'. Oh... gunakan 'ya' sekali saja!"
"Oh, berarti kau ini memang tidak baik hati?"
"Georgie!" seketika Whisk itu diangkatnya, seketika pula aku menyadari itu alarm peringatan. Tidak ada yang lebih menakutkan dari wanita yang mengangkat alat dapur dengan murka, apalagi yang sedang hamil. Karena yang hamil memang perwujudan ratu.
Aku tidak bisa apa - apa selain menjalankan perintah Ratu Velma.
Kini aku segera melakukan cek pintu penghubung antara garasi dan ruang keluarga. Oops! Masih tertutup? berarti ayah tidak lewat situ. Lalu aku naik ke lantai atas. Oke, terbuka ternyata. Aku juga melihat topeng Myers di atas kasur.
Ayah memang punya kebiasaan buruk. Dia selalu lupa menutup kembali pintu. Well anehnya, dia tak pernah lupa menutup pintu depan garasi mobil kecuali bila mobilnya belum terparkir kembali. Ayah memang selalu fokus terhadap apa yang ia senangi, terutama mobil.
'Oh, pintu depan! ya ampun!' pikirku. Lalu aku segera turun. Saat tiba, itu memang terbuka. Sesaat aku mau menutup dari dalam, suara gadis tetangga memanggilku. Lebih tepatnya dia mendekat. Walau dia berdandan seperti boneka anabelle, Chrisy masih cantik kok. Jangan diberitahu siapa - siapa kalau aku naksir dia. Aku mengobrol sejenak dengannya sambil berkeliling ke halamanku.
Aku memencet nintendo switch ku untuk mengecek waktu. Ternyata Perbincangan itu sekitar 20 menit, dan aku mulai sadar satu hal.
'Velma!'
Segera aku berpamitan pada Chrisy.
Namun sesaat aku hendak menutup pintu, ayah datang dengan satu kresek cukup besar. Aku kaget, padahal acara belum dimulai dia sudah bergaya ala Michael Myer sepenuhnya, dari atas sampai bawah. Saat kutanya, ia hanya bilang bahwa yang namanya malam halloween, tidak aneh kalau berpakaian begitu. Well, memang terdengar seperti dirinya.
"Kau sudah beli permen?" tanya ayah padaku.
"Eh? kita kekurangan permen, Dad?" tanyaku heran. Kalau itu yang terjadi, itu gawat. Aku tidak mungkin menyerahkan tangan kosong ke Chrisy kan?
Ayah dengan segera memberikanku uang. "Pergilah, di dua gang depan ada toko kecil. Belilah di sana,"
Ayah segera masuk. Well, aku bergegas saja.
Dalam beberapa langkah, aku melihat garasiku terbuka. Dasar ayah pelupa, kalau garasi tidak ditutup kan bisa kemasukan tikus. Payah sekali.
ns 172.70.131.9da2