
Flashback Kepulangan Rania.
183Please respect copyright.PENANAkJVzXFnxjy
Jam 3 pagi. Aku berdiri di depan gerbang rumah yang sudah setahun kutinggalkan.
183Please respect copyright.PENANAcFtPenaEUc
“Rasanya seperti sudah sangat lama…”
Udara sejuk nan dingin langsung menyambutku. Aroma rumput basah dan dedaunan yang khas. Rumah besar bergaya kolonial ini terlihat lebih megah di bawah cahaya bulan. Aku menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan debar jantungku.
183Please respect copyright.PENANALcdhE34sSj
Pelan-pelan aku melangkah menyusuri jalan setapak. Setiap langkah seperti membangkitkan kenangan. Aku melirik ke kanan-kiri, berharap ketemu orang yang kukenal - mungkin pekerja kebun yang sedang ronda malam kalau lewat.
“Kalau ketemu aku, pasti mereka bakal kaget setengah mati.” Tapi sepi. Hanya suara jangkrik dan sesekali lolongan anjing jauh.
183Please respect copyright.PENANAcAE09mtcEl
Sedikit sedih sih. Aku tahu Ayah nggak ada di rumah. Dia telfon pas aku di bandara, bilang ada urusan bisnis penting di luar kota.
183Please respect copyright.PENANAGKzMHDs9In
"Nanti yang jemput Mang Joko ya Nak."
"Nggak usah, Yah. Aku mau nyelinap pulang. Pengin lihat ekspresi kakak-kakakku."
Aku tersenyum sendiri ingat percakapan tadi. Cuma Ayah yang tahu aku pulang hari ini. Sengaja aku sembunyi-sembunyi biar bisa bikin kejutan buat Kak Dania dan Nada.
183Please respect copyright.PENANA0lLtGikwhJ
Rumah ini sekarang cuma ditempati mereka berdua. Sejak orang tua cerai waktu kami masih kecil, kami bertiga jadi sangat dekat. Aku nggak pernah mau tahu alasan pastinya mereka berpisah. Dengar-dengar sih sama-sama selingkuh. Tapi urusan mereka lah.
183Please respect copyright.PENANAtHLMXy9Y6t
Ting!
Hape di saku bergetar. Aku meraihnya pelan-pelan. Begitu lihat layar, napasku langsung tersendat.
183Please respect copyright.PENANAwBAnOO4D0Z
Dia.
Satu-satunya orang yang paling kutunggu.
183Please respect copyright.PENANAlBLQ9HkMbf
Nama yang selalu ada di kepalaku sejak pesawat lepas landas dari London, jari-jariku gemetar membuka pesannya:
183Please respect copyright.PENANARbZiB1sAVQ
"Sampe rumah belum?"
Aku tersipuh. Kebetulan banget dia ngechat pas aku lagi mikirin dia. Atau... mungkin dia bisa merasakan aku udah dekat?
183Please respect copyright.PENANAltYPi58O57
Dengan langkah lebih cepat, aku bergegas menuju teras depan. Aku membuka pintu dengan kunci yang ku punya, ku buka pelan-pelan, berusaha tidak membuat suara.
Rumah gelap dan sunyi, juga aroma yang familiar.
183Please respect copyright.PENANAU1OMVcWTcU
“Home.” Ucapku pelan.
183Please respect copyright.PENANANn4AyPWcvd
“Non ini barangnya mau saya antar sampai kamar?” tanya Pak Joko.
“Gak usah Mang, taro sini aja.” Aku menunjuk kearah sudut bawah tangga.
183Please respect copyright.PENANAGnhdNtA7vc
“Mang, kalau misalkan nanti mamang papasan sama kak Dania pas jam nya dia olahraga, jangan bilang-bilang aku udah pulang ya. Biar jadi Rahasia..”
Aku masih mengingat jadwal rutin kakak ku itu, biasanya jam 5 pagi sudah bersiap-siap olahraga, meskipun…
183Please respect copyright.PENANAM5t75RiMBO
Tapi pikiranku langsung melayang ke kamar di lantai dua. Rasanya ingin segera rebahan dan menunggu matahari lebih tinggi.
Karena ada seseorang yang sedang tidak tidur pulas, menungguku(?)
183Please respect copyright.PENANAbsidFArx6p
Aku menghela napas.
“Aku kangen kamu…”
183Please respect copyright.PENANAlbWJIOMRJd
183Please respect copyright.PENANARDvqb6w8g8
183Please respect copyright.PENANAGFFTkR75o9
183Please respect copyright.PENANA6nsrLt1w7k
Baca versi lengkapnya lihat dari profile penulis.
ns216.73.216.192da2