Agnes tidak bisa lagi menjaga ketenangannya, dia menarik busur dan mengincar salah satu di sudut kananya, berharap dia bisa kabur untuk membuka jalan.
Namun anak panahnya berhasil di halau oleh goblin dengan perisai kayu yang tebal, meski itu akan sulit di gunakan untuk menghadapi musuh yang cepat, namun pertahanannya sangat sempurna hingga Agnes tidak bisa menemukan titik lemah dari musuhnya.
Teman Goblin penunggang babi yang lain adalah seekor Goblin pemanah, bususrnya terlihat sangat biasa namun pandangannya seolah dia adalah pemanah nomor satu di antara Goblin rasnya, meski begitu dia tidak bisa terlalu menargetkan musuh dari jarak jauh hingga mengharuskannya berjalan 10 meter mendekati Agnes.
Agnes yang melihat goblin mendekat berniat menembakan panah ke arahnya, namun goblin penunggang babi di depannya berlari mendekat dengan pisau yang di ayunkan seperti seorang knight.
Dengan menggeser sasarannya, Agnes hanya bisa menggores luka kecil di lengan goblin penunggang babi, tapi itu malah membuatnya semakin marah dan memacu babinya hingga memperpendek jarak mereka.
“Tch..” Agnes mundur dengan mengecoh goblin pemanah agar tidak membidiknya, namun usahanya sia-sia karena dari belakangnya goblin dengan perisai mulai menghunus pedang jagalnya dari punggung.
Kerugian pemanah adalah jarak, mereka tidak memiliki pertahanan untuk pertempuran jarak dekat sehingga membuat mereka selalu mengukur jarak. Sayangnya Agnes gagal dalam memperhatikan hal ini, dia tidak memikirkan aka nada goblin lain yang muncul dan mengelilinginya.
“Mungkin ini saatnya aku menggunakan skill pemanahku.” Gumamnya dengan wajah tegang.
Sebelumnya Agnes selalu mendengar bagaimana cara Ayah dan orang lainnya menggunakan Skill, namun Agnes masih ragu karena dia sama sekali belum mengetesnya dan mempelajarinya, dia juga takut jika skill yang di pelajarinya terlalu memakan banyak mananya(MP), tapi di sini dia menggenggam busur erat dan mengubat cara melihatnya, hidupnya lebih berharga dan jika dia mati setelah berjuang keras dia tidak akan menyesalinnya.
Goblin penunggang babi tiba di depannya, tanpa jeda dia langsung mengayunkan pisau berkaratnya membuat goresan di armor kulit rusa Agnes.
Agnes melompat mundur tapi punggungnya menabrak perisai kayu milik goblin lainnya, dengan sekuat tenaga goblin itu mencoba menikam Agnes dari belakang tapi Agnes segera melompat ke atas dengan bantuan menendang perisai kayu.
Di udara Agnes masih belum selamat Goblin pemanah di sisi lain menarik senarnya dan membawa anak panah menusuk bahu kiri Agnes.
Sudah jelas ini formasi tiga orang yang bagus jika mereka adalah manusia, namun siapa sangka para goblin berhasil menggunakan formasi ini dengan sangat terampil seolah mereka di latih seseorang.
“Vilbogi. Tidak cukup dia membunuh ibuku, sekarang dia berniat membunuh seluruh desa,” Agnes menggigit bibirnya, “aku tidak akan membiarkan hal ini terjadi.” Dengan marah, anak panah di tangannya memancarkan warna merah api yang terbakar, waktu pelepasan Skillnya adalah 10 detik, itulah kenapa dia tidak bisa membalas serangan daripara goblin sebelumnya.
Dalam waktu sepuluh detik mana(MP) mulai berkumpul di ujung panahnya, membawa tekanan dan kekuatan yang mengebu seolah ingin segera melompat namun masih di tahan oleh Agnes, dan ketika waktu telah terlewati Agnes melepas tangannya dan sebuah anak panah berwarna merah yang terlihat terbakar meluncur dengan cepat.
-BAAASSSSTTTTTT..!!!
Di udara panah tunggal itu mulai menggandakan diri, dari satu menjadi dua lalu tiga, yang lebih mengejutkan satu panah mulai melengkung ke sudut lain Goblin yang tidak masuk dalam jangkawan serangannya, dengan katalain anak panah itu menargetkan musuh mereka sendiri.
Agnes yang masih tercengang di udara merasa ngeri dengan Skill yang baru saja dia gunakan, dia tidak pernah berharap bisa mempelajari Skill yang unik yang sangat tidak mungkin untuk tercipta di dunia ini.
Tiga panah dengan cepat menembus jantung setiap goblin, dan hitungan detik kemudian api segera membakar tubuh mereka menjadi abu dan bau daging terbakar memenuhi udara.
Agnes jatuh dengan menekuk kaki langsingnya untuk mengurangi beban lututnya, namun dengan cepat dia berdiri dan menghampiri 3 goblin yang hangus terbakar oleh serangannya.
Ayahnya yang ada di Level 7 hanya memiliki 4 skill dan jika di bandingkan dengan skill yang barusan di gunakannya, skill pedang ayahnya malah terlihat seperti sebuah kombo tanpa energy mana.
Agnes gemetar tanpa memperdulikan luka di bahunya, lalu dia tersenyum manis seolah anugrah turun dari langin membuat hidupnya lebih bermakna, Agnes segera mengambil sebuah item aneh yang terlihat seperti biji buah berwarna coklat sebesar kepalan tangan, jika dugaanya benar ini adalah pesona monster seperti yang Jun ucapkan.
Setelah mengambil itu agnes berniat untuk pergi tapi suatu hal yang berkedip di antara debu-debu sisa pembakarn monster membuanya penasaran.
Agnes mendekati sisa abu goblin pemanah dan mengorek lalu mendapatkan sebuah batu talisman unik yang belum pernah di lihatnya, batu itu memancarkan warna coklat seperti tanah dan memiliki ukiran retakan seperti tanah di musim kemarau.
Karena Agnes menyukainya dia mengambil batu itu dan bergegas kembali ke tempat Jun menghadapi 2 Orc sendirian, dia berharap Jun bisa menahannya sampai dia kembali. Agnes tau Jun sangat kuat tapi, goblin dan Orc sangat berbeda, satu Orc biasanya memiliki kemapuan dan kekuatan yang setara dengan ayahnya atau Zgard, jadi dia sedikit khawatir memikirkannya.
ns 172.71.222.132da2