Jun pergi ke sekitaran pagar, karena dia tidak punya uang untuk makan di restoran jadi dia lebih memilih untuk berburu hewan liar di sekitaran desa.
“Ah..uhhh..” Suara seorang gadis seolah kebinggungan untuk mengajak bicara Jun atau tidak, membuat Jun menoleh kearahnya.
“Bagaimana dengan kerja paruh waktu mu?” Jun bertanya santai pada Agnes yang juga mengikutinya berjalan di sekitaran desa.
“Karena desa masih belum normal membuat pengunjungnya hanya beberapa.” Agnes berucap dengan malu.
Agnes sadar di satu-satunya Elf yang tinggal di desa ini, itu membuatnya harus selalu mengenakan tudung untuk menutupi telinganya, dia mengenakan baju berwarna hijau yang di tutup dengan kulit rusa, celan panjang yang biasa, dan sepatu kulit yang di ikat.
“Lalu?” Jun bertanya ambigu membuat Agnes semakin binggung.
“Lalu, emm.. aku pergi mencari herbal.”
“Jangan terlalu jauh dari desa, mungkin beberapa goblin masih bersembunyi di hutan.” Jun menginggatkan, lalu seketika dia terdiam dan matanya tertuju pada semak-semak di depannya dan mengambil kerikil di sekitarnya.
Agnes yang melihat sikap Jun segera menggengam busurnya bersiap untuk memanah.
-DAAZZZ..!!
Berbarengan dengan suara itu, efek udara yang melingkar di tangan Jun seolah menggambarkan seberapa cepat lemparan yang Jun lakukan barusan.
Agnes hanya bisa menatap kaget, dia tidak bisa melihat pergerakan tangan Jun, kecuali sebuah bayangan hitam yang terbang seperti lalat melewati matanya.
“Apa itu goblin?” Agnes bertanya.
“Sebuah kelinci liar.” Jun berucap dan segera berlari mendekatinya.
‘Kelinci? Bagaimana dia bisa melihat kelinci dari jarak sejauh ini?’ Agnes bertanya-tanya, sejak kemunculan Jun dia selalu menganggapnya orang aneh, bahkan lebih aneh dari dia yang juga merupakan Elf di desa.
Agnes yang juga penasaran berlari cepat kearah Jun dan menatap hasil buruannya.
“Ah.. bukanya ini kelinci terbang berbulu cokelat, aku kira hewan itu hanya ada dalam dongeng.” Agnes berseru menatap kelinci sebesar kucing dewasa itu tergeletak mati.
“Kelinci dalam legenda?” Jun berkata dengan nada bertanya.
“Mereka bilang kelinci itu bisa terbang, dagingnya sangat lembut dan sangat sulit untuk di temukan, karena mereka hanya beranak satu setiap sepuluh tahun sekali.” Agnes menerangkan.
‘PING..!!’
Notifikasi muncul menandakan Jun memiliki title baru seorang pemburu kelinci, tapi Jun segera mengabaikannya dan fokus menguliti kelinci lalu di bersiap untuk membakarnya.
“Kelinci ini hanya ada dalam legenda, pasti harganya sangat mahal, mungkin bisa sampai 10 juta col, jika kamu jual” Agnes berucap menahan Jun.
“Aku rasa orang di desa tidak aka nada yang mampu untuk membelinya.” Jun menatap Agnes, lalu membuka Item mall dari menunya dan mengambil beberapa botol kecap, saus dan penyedap rasa lalu menaburinya di atas potongan daging kelinci.
Agnes hanya menatapnya penasaran, di hadapan Jun dia terlihat seperti seorang bayi yang baru pertama kali melihat dunia, jadi dia tidak kaget lagi dengan apa yang Jun lakukan melainkan penasaran.
Melihat botol-botol kecap Agnes segera teringat bahwa dia telah di diselamatkan oleh Jun saat pertarungan di desa.
“Emm.. sebelumnya terimakasih karena sudah menyelamatkan ku.” Agnes berkata dengan canggung.
“Itu tidak masalah, kalian bahkan mengijinkan ku untuk tinggal di desa.” Jun membalas dan masih sibuk dengan kelinci yang di panggangnya bahkan sudah menebarkan harum-harum yang di rindukannya dari dunia nyata.
“Ayahku menyimpan separuh Potion merah yang kamu berikan padanya, dia bilang Potion itu sangat berguna untuk menyelamatkan nyawa seseorang yang berada di ambang kematian.” Agnes sangat ingin melihat Potion merah ajaib itu lagi, menurutnya meminum Potion itu satu banding satu juta orang yang bisa meminumnya.
“Aku senang dia menggunakannya dengan benar.” Jun berucap.
“Andai saja kamu bisa datang beberapa tahun sebelumnya.” Agnes bergumam dengan wajah sedih, dia berharap Jun bisa datang di tahun-tahun sebelumnya dan memberikan Potion merah kepada ibunya.
Jun telah mengerti apa yang di maksud Agnes, namun itu di luar kekuasaanya jadi dia hanya bisa menghiburnya.
“Makanlah.” Jun menyerahkan separuh daging kelinci panggang hasil buruangnnya kepada Agnes.
Agnes menyeka matanya dan tidak percaya Jun akan memberikan kelinci panggang padanya, Agnes menatap daging kelinci itu yang sudah di beri bumbu oleh Jun, dia tidak tau apa yang sudah di tuangkan Jun pada daging itu, tapi itu membuat aromanya sangat tajam dan terlihat semakin enak.
“Kesempatan yang langka untuk bisa memakan daging mewah.” Ucap Jun kemudian, lalu memakan daging kelinci bagiannya hingga dia bisa merasakan masakan duniawai lagi di tempatnya saat ini.
‘Mungkin jika kita punya kacang, kita bisa membuat sate kelinci.’ Jun berandai dalam hatinya sembari terus makan.
Agnes mengigit daging kelinci yang dengan lembut memenuhi mulutnya, tidak pernah dalam hidupnya dia merasakan makanan yang seenak ini, lalu dengan cepat dia mengigit lagi hingga tanpa sadar daging di tangannya telah habis.
Lalu dia menatap Jun yang di tanggannya masih tersisa daging, Jun menatapnya dengan tertegun dan sekarang dia merasa menjadi kambing yang di perhatikan oleh serigala.
“Aku tidak berjanji memberikan mu separuhnya.” Jun berkata santai.
“Emm..” Agnes tidak berkata apapun, dan hanya menurunkan bahunya seolah mengeluh.
“Aku ingat salah seorang goblin menyerangmu dengan sihir api, apa kamu juga memiliki sihir?” Jun bertanya.
Agnes mendengar Jun tapi hanya memalingkan wajah dan mengembangkan pipi merah mudanya.
“Aku akan memberikan mu sisanya jika kamu menjawabnya.” Jun segera memancing Agnes dengan daging di tangannya.
“Aku masih level satu, kemampuan memanahku di atas rata-rata karena aku memiliki darah separuh Elf.” Ucapnya segera.
“Kamu masih belum memiliki skill?” Jun kembali bertanya.
“Skill kemampuan harus di buat dari awal, jika kamu memiliki uang yang banyak kamu bisa membelinya dengan harga yang mahal.” Agnes berkata dengan tidak sabar.
“Bagaimana mereka menjual Skill dan menggunakannya?” Jun masih bertanya.
“Caranya mudah, berikan aku dagingnya dan akan ku beritahu sisanya.” Akhirnya Agnes kehabisan kesabaran dan segera meminta Jun menepati janjinya.
“Maafkan aku, aku sangat tertarik dengan ucapanmu.” Jun segera memberikan daging bakarnya pada Agnes, dan Agnes berbicara sembari mekan.
“Kamu bisa membeli Stone skill/Batu Skill yang mempermudahmu untuk memiliki Skill yang sudah di beli, atau membeli Book skill/Buku Skill yang berarti kamu harus memulainya dengan membaca dan memahaminya, tentu saja harga Book skill/Buku Skill lebih murah daripada Stone skill/Batu Skill.” Lanjut Agnes.
ns 172.68.245.4da2