Hari ini senja datang lagi, senja yang sebagai pembatas antara siang dan malam hari. Senja yang di jadikan pemisah antara keduanya, senja yang membawakan kedamaian, seakan kehadirannya adalah kata pinta agar mentari mengistirahatkan matanya dan meredup. Dan membiarkan awan - awan menjadi penguasa langit sementara, hingga mentari datang lagi. Akupun sudah siap menunggu hadirnya senja.
Suasana yang sama yang setiap hari, ku rasakan tidak berubah dan tidak bertambah saat ku rasakan senja. Kenangan yang perlahan-lahan datang dan menarik aku dalam kesedihan. Aku ingin lepas!!! benci aku dengan rasa yang seperti ini. Rasa murkaku kepada diriku sendiri. Penyesalan yang kadang datang terlambat, bisakah dia bersamaku lagi? menemani dan berbagi canda tawanya bersama. Hufttttt.... mungkin dia sudah nyaman dengan yang lainnya, pikiran lain yang masuk ke dalam benakku, yang seolah mencoba menyejukan hati.
Akupun mulai terjatuh dan terduduk, menatapi diriku di atas genangan air. Seolah ingin berkata AKU BENCI SENJA, AKU BENCI DIA! Senja yang selalu datang dan membawakan kegelapan dimana-mana. Senja itu menjemput malam, dimana hanya ada gelap dan kesunyian. Dan aku membenci itu... Jika boleh aku memilih fajar dan senja? aku akan memilih fajar. Sang fajar selalu menjemput sang mentari, dan sang mentari akan datang dengan anggun dan mulai menerangi langit yang gelap. Menghapuskan sisa-sisa embun yang tersisa, dan mengisyaratkan pada seluruh isi semesta untuk segera memulai cerita baru. Membuka lembaran baru, membuka hati dan kisah ku yang baru.
Terbitnya sang mentari pertanda di mulainya hari yang baru, canda tawa anak manusia dan mahkluk hidup lainnya tak akan tersembunyi di sana.. indahkan? Dan senja? hanya menginsyaratkan berakhirnya sebuah cerita, menyisahkan sunyi, dan tak ada cahaya yang begitu terang untuk menyinari bumi yang di sinarinya. Hanya warna jingga dan kenangan yang nusuk hati, yang membuka berkas-berkas kepedihan tentang dia.
Dan senja mulai membawakan malam, hanya kelipan-kelipan lampu kecil taman yang tak memiliki arti. Tetap saja sang kegelapan pemenangnya, hawa dingin dan rasa sepi yang datang dan menemani sang gelap. Dan mengharuskan kita mengakhiri cerita dan apapun itu harus kita simpan, entah kesenangan atau pun duka atau bisa jadi kenangan. Dan biarkan itu menjadi sebuah lagu tidur dan pengiring mimpi-mimpi. Hingga fajar menjemput mentari kembali, dan senja pun kembali datang.
574Please respect copyright.PENANAPbzp5loc8r
ns 172.68.245.32da2