***
[Karya milik @MirzaAli1. Hanya diperjualbelikan lewat Karyakarsa @mirzaali2, Novelkita, dan telegram @Mirzaali1 dengan harga 9rb/chapter. Beli lewat Gopay, Dana, Shopeepay, Ovo.]
***
Bu Laras baru saja selesai melipat mukenanya setelah ia selesai menunaikan shalat Ashar di masjid sekolah. Suara obrolan dan langkah kaki siswa yang keluar dari masjid terdengar oleh telinganya. Setelah memasukkan mukenanya ke tas kecil yang ia bawa, ia bangkit dan hendak pergi ke luar masjid.
Baru saja ia berjalan beberapa langkah, Bu Melan berjalan mendekatinya. Tangannya juga menggenggam sebuah tas kecil berisi mukena. “Bu Laras, jangan lupa lho cek kesehatan dulu di uks baru pulang.”
Bu Laras menjawab, “Iya Bu, aku ga lupa kok. Males aku tu Bu sebenernya, ngapain harus cek kesehatan segala.”
“Iya Bu sama,” ucap Bu Melan. “Kemarin yang ngecek juga aneh banget prosedurnya.”
“Aneh gimana Bu?” Bu Laras menaikkan alisnya ingin tahu.
“Banyak banget Bu keanehannya, ngga sesuai prosedur biasanya lah. Dari mul— aduh, ini blusku basah lagi!” Bu Melan panik melihat blusnya yang basah terkena air susunya. “Bu, aku ke mobil duluan ya, ambil tisu.”
Bu Laras memandangi punggung Bu Melan yang berlari tergesa-gesa menuju parkiran, perasaan heran masih menggelayuti benaknya. "Apa Bu Melan hamil ya?" gumamnya pelan. Dengan langkah yang sedikit ragu, ia melanjutkan perjalanannya menuju UKS.
Koridor sekolah mulai sepi, hanya terdengar beberapa suara siswa yang bercakap-cakap di kejauhan. Bu Laras melangkah perlahan, pikirannya masih terfokus pada percakapan tadi. "Apa yang aneh dari prosedur cek kesehatan di UKS?" batinnya bertanya-tanya.
“Pasti ada hubungannya sama pegawai biarawati itu,” gumam Bu Laras. Dirinya memang tak suka dengan orang-orang non-muslim yang ada di sekolahan ini. Entah itu murid atau pegawai sama saja, di mata Bu Laras mereka pasti berbuat onar dan tidak bisa dipercaya. Apalagi ada hadist yang mengatakan bahwa seorang muslim tidak boleh menjadikan orang kafir jadi teman dekat karena mereka tidak bisa dipercayai.
Menurutnya, Bu Melan itu terlalu lembut dan tidak tegas terhadap orang-orang kafir di sekolahan ini. Kalau dirinya yang menjadi Kepala Sekolah, ia pasti sudah dari lama mengeluarkan Jono dan kawan-kawannya, serta petugas biarawati itu. Persetan dengan nilai akreditasi atau protes dari dinas kesehatan, lebih baik nilai sekolahnya buruk daripada siswa-siswi muslim di sekolah ini perilakunya tercemar bergaul dengan orang-orang kafir itu.
Sesampainya di depan pintu UKS, Bu Laras mengetuk pintu perlahan. Suara dari dalam mengizinkannya masuk, dan ia pun membuka pintu tersebut. Di dalam, ia melihat Bu Erni sedang merapikan peralatan medis.
Selamat sore, Bu. Silakan masuk," sambut Bu Erni.
"Sore, Bu. Ini jadwal saya untuk cek kesehatan ya? " jawab Bu Laras. Mukanya datar, tak ada senyum sedikitpun yang tersungging di wajahnya. Pandangannya sinis terhadap Biarawati di depannya itu. Di sekolahan ini harusnya ia memakai seragam normal saja, kenapa harus memakai pakaian biarawati? Apalagi ia melihat Biarawati itu membuka kancing pakaiannya sehingga toketnya kelihatan setengah. Pasti dia ingin menggoda siswa-siswi muslim di sekolah ini. Kalau bukan karena pemeriksaan ini wajib dari dinas kesehatan, ia pasti sudah melaporkan Biarawati mesum satu ini ke Bu Melan dan memintanya untuk memecat Bu Erni.
"Baiklah, Bu. Silahkan duduk dulu, saya akan siapkan peralatannya," kata Bu Erni sambil menunjuk kursi di dekat meja pemeriksaan.
Bu Laras duduk dan memperhatikan sekeliling ruangan. Sekilas memang tak ada yang terlihat aneh di ruangan ini, tetapi ada bau wangi aneh yang tercium oleh hidungnya. Ia teringat kata-kata Bu Melan tentang prosedur yang aneh itu dan segera menutup hidungnya. Mungkin ini adalah salah satu hal licik yang Biarawati itu rencanakan.
“Bu, ini kok baunya aneh gini ya?” tanya Bu Laras.
“Aku namanya Bu Erni, Ibu Laras kan?” Bu Erni bertanya balik. Bu Erni menyentuh lembut tangan Bu Laras lalu menurunkan tangan guru BP itu yang menutupi hidungnya. “Jangan ditutup Bu, ini aroma terapi. Dihirup aja sebanyak-banyak biar rileks.”
“I-iya,” jawab Bu Laras. Ia menuruti perintah Biarawati itu dan menghirup aroma aneh di ruangan ini. Bau wangi menyengat itu langsung masuk ke dalam hidungnya membuat perutnya terasa hangat dan bergetar-getar aneh. “Baunya menyengat banget Bu..” protesnya. Ia lalu ingin menutup hidungnya kembali tapi Bu Erni menahan tangannya dengan kuat.
Bu Laras berusaha menaikkan tangannya untuk menutup hidungnya kembali tetapi cengkraman tangan Bu Erni terlalu kuat dan semakin banyak ia menghirup aroma wangi ruangan ini, keinginannya untuk menutup hidungnya perlahan menghilang.Setelah menghirup aroma itu banyak-banyak, tubuhnya menjadi rileks hingga ia memilih menyandarkan punggungnya di sandaran kursi yang empuk.
“Nah, lebih rileks kan Bu?” Bu Erni tersenyum sambil memijat-mijat pundak Bu Laras dengan lembut.
“I-iya…” jawab Bu Laras.
Bu Erni terus memijat-mijat pundak Bu Laras, “Bu Laras umurnya berapa?”
“37 tahun Bu,” ucap Bu Laras.
Bu Erni mengangguk-angguk, ia melepas tangannya dari pundak Bu Laras. “Ukur tinggi badan dulu ya Bu.”
“Iya,” ucap Bu Laras seraya bangkit meninggalkan bantalan kursi yang kempes tertimpa bokong montoknya itu. Bokong Bu Laras memang lebih montok dan bulat daripada milik Bu Melan.
Bu Erni lalu menyuruh Bu Laras untuk berdiri di dinding kemudian setelah itu berdiri di atas timbangan. Tinggi badan 169 cm, berat badan 59 kg dan umur 37 tahun, begitu Bu Erni menulis di buku kecilnya. Bu Erni lalu mempersilahkan Bu Laras untuk duduk di kursinya kembali sementara ia duduk di depan Bu Laras. Kedua wanita bertoket besar itu dipisahkan oleh meja.
“Bu Laras punya keinginan buat hamil?” tanya Bu Erni. “Ada keinginan buat tambah anak?”
“Engga,” jawab Bu Laras, alisnya mendelik mendengar pertanyaan aneh dari Biarawati di depannya.
Bu Erni mengangguk-angguk sambil mencatat di buku kecilnya, “Bu Laras masa kesuburannya tanggal berapa?”
“Maksudnya Bu?” tanya Bu Laras, suaranya mulai meninggi. Dirinya yang tadi mulai rileks jadi kembali sadar.
Bu Erni tanpa ragu melanjutkan, “Maksudku, kapan terakhir kali Bu Laras ngentot sama suaminya? ini penting buat data kami Bu.”
Bu Laras merasa darahnya mulai mendidih. “Maaf, Bu Erni, tapi itu bukan urusan Anda,” katanya tegas. Ia tak percaya seorang Biarawati seperti Bu Erni ini menggunakan kata tak senonoh seperti itu, Biarawati satu ini ternyata benar-benar Biarawati mesum.
Bu Erni masih dengan santai menulis sesuatu di bukunya. “Oh, tentu saja itu penting, Bu. Detail pribadi seperti ini perlu dicatat untuk memastikan kesehatan semua orang disini.”
Kemarahan Bu Laras tak lagi tertahankan. “Ini keterlaluan! Anda tidak berhak menanyakan hal seperti itu kepada saya!” serunya, ia bangkit dari kursi.
Bu Erni memandangnya dengan tatapan tenang yang membuat Bu Laras semakin marah. “Bu, ini prosedur standar. Kemarin Bu Melan juga begini santai aja kok.”
“Ngga sopan ya ngga sopan! Tau ngga!” mata Bu Laras berkilat penuh kemarahan. “Saya laporin anda ke Bu Melan dan Dinas Kesehatan biar anda dipecat ya!”
Tanpa menunggu jawaban, Bu Laras berbalik dan berjalan cepat keluar dari ruang UKS, meninggalkan Bu Erni yang masih duduk tenang dengan buku catatannya. “Silahkan saja Bu kalau bisa.”
Bu Laras berjalan cepat menuju pintu, nafasnya tersengal-sengal karena marah. Tangannya meraih gagang pintu dan membukanya dengan keras. Dia melangkah keluar, namun belum sempat ia menghela napas lega, Bu Erni tiba-tiba menariknya kuat-kuat dari belakang.
“Apa-apaan ini!” teriak Bu Laras, terhuyung ke belakang, berusaha melepaskan cengkraman Bu Erni.
Bu Erni mencengkram tubuh Bu Laras dengan erat dan menariknya ke belakang. Bu Laras terjatuh dengan keras di lantai, namun ia dengan cepat bangkit dan mencoba melawan. Mereka bergumul dengan sengit, Bu Laras memukul-mukul dan menendang-nendang tetapi semua itu percuma karena tenaga Bu Erni lebih kuat.
Dalam hitungan detik, Bu Erni berhasil memiting tangan Bu Laras hingga dia tidak bisa bergerak. “Lepaskan saya!” jerit Bu Laras, berusaha melepaskan diri, tetapi cengkeraman Bu Erni terlalu kuat.
Tiba-tiba, Jono lewat di depan ruang uks yang pintunya terbuka. Ia berhenti di depan pintu ruang uks.
“Jono?! Jon, bantu Ibu nak! tolongg!” teriak Bu Laras dengan penuh harap, wajahnya memelas. Ia benar-benar pasrah hingga harus meminta ke seorang murid yang ia benci dan selalu marahi.
Namun, alih-alih membantu, Jono malah tersenyum samar. Dia melangkah masuk ke ruang UKS, dan dengan tenang mengunci pintu di belakangnya.
“Jon?! kamu ngapain, bantu Ibu Jon!” Bu Laras berteriak, matanya penuh kebingungan dan ketakutan.
Jono tak menggubris perkataan Bu Laras, ia hanya menatap Bu Laras dengan tatapan dingin.
Bu Erni tersenyum puas, masih memegang erat tangan Bu Laras. “Kau lihat, Bu Laras? Tidak ada gunanya melawan. Semua ini sudah direncanakan dengan baik.”
Tubuh Bu Laras gemetar, bukan hanya karena rasa sakit di tangannya yang dipiting, tetapi juga karena ketakutan yang semakin mencekam. Dia sadar bahwa dirinya terjebak dan tidak ada jalan keluar yang mudah dari situasi ini.
“Jon, kamu pegang gurumu ini, Mami mau ambil suntik,” ucap Bu Erni.
“Iya Mi,” Jono kemudian menggantikan Bu Erni memiting tangan Bu Laras, dirinya juga sekalian menduduki tubuh gurunya itu agar tak lari. Bu Erni kemudian berdiri dan mengambil jarum suntik di meja.
“Mami?!” Bu Laras bertanya heran. “Biarawati ini siapamu Jon?! kamu bersekongkol ya? saya laporin ke Bu Me—”
“Ssttt diem deh Bu Guru lonte,” ucap Jono sembari menyumpalkan kaos kakinya ke dalam mulut Bu Laras.
Setelah memasukkan cairan yang sama yang digunakan untuk membinalkan Bu Melan kemarin ke dalam suntik, Bu Erni berjongkok di samping bokongnya Bu Laras. Ia menyingkap rok dan juga celana dalam guru muslimah itu lalu mengarahkan suntiknya di sisi kanan bongkahan pantat Bu Laras.
“Emmm! Erghhhh!” Bu Laras meronta-ronta berusaha melepaskan dirinya. Ia tak tau cairan aneh apa yang akan disuntikkan oleh Bu Erni ke dalam tubuhnya itu.
“Ini nanti sakit sedikit ya Bu, tapi habis itu rasanya enak kok hihi,” Bu Erni tertawa kecil selagi ia mulai menusukkan jarum suntik ke dalam pantat Bu Laras.
“Erghhhh!!” Bu Laras berteriak kesakitan. Rasa panas langsung menjalar dari bokong montoknya itu ke seluruh tubuhnya.
Bu Erni menarik keluar jarum suntiknya dari bokong Bu Laras. Ia kemudian menyuruh Jono untuk melepas kaos kaki yang berada di mulut Bu Laras.
Begitu kaos kaki di mulutnya terlepas, Bu Laras langsung memak-maki kedua orang yang menjebaknya itu, “Orang kafir bajingan! Bangsat kalian berdua, ini dosa besar! kalian pasti masuk neraka! Saya laporin kalian ke dinas kesehatan!” Bu Laras ingin terus memaki-maki Jono dan Bu Erni tetapi kepalanya terasa begitu pusing dan tubuhnya melemah.
“Enak kan Bu rasanya? jadi santai gitu kan? Bu Laras gausah marah-marah terus hihihi, nanti cepet keriput lho,” Bu Erni tertawa, ia mengisyaratkan kepada Jono untuk bangkit dan tidak menduduki Bu Laras lagi.
Bu Erni berdiri di depan tubuh Bu Laras yang kesusahan untuk sekedar bangkit, Jono ikut berdiri di sampingnya, “Kenalin Bu Laras, ini Jono anak kandungku hihihi,” Bu Erni mengelus-elus kepala Jono, sementara Jononya sendiri tersenyum licik.
Bu Laras membelalakkan matanya, “Ternyata bener kalian berdua bersekongkol! Orang kafir seperti kalian memang ga bisa dipercaya! Kamu memang seharusnya dikeluarin dari sekolah dari dulu Jon!” Bu Laras mencoba bangkit sekali lagi tetapi ia terjatuh, tubuhnya tak punya tenaga sama sekali.
Bu Erni berjongkok disamping Bu Laras,“Udah deh Bu percuma mau berdiri, tetep gabisa. Ini efek serumnya lebih keras daripada yang aku suntikkin ke Bu Melan kemarin. Tuh liat, toketmu udah ngeluarin asi kan? hihihi.”
Bu Laras melihat toketnya, “K-kok bisa keluar asi? aku kan ga hamil?! kamu apain aku Bu! Bu Melan kamu apain juga kemarin?!” Bu Laras berteriak histeris, matanya berkaca-kaca hendak menangis. Ia ketakutan, dirinya dikepung oleh dua orang kafir yang entah hendak mengapakan dirinya.
“Jon, udah ngaceng kan? tuh gurumu kamu apain bebas dah,” ucap Bu Erni.
“Iya Mi hehehe,” Jono tertawa sembari melepaskan celananya. Kontol berkulupnya yang sebesar pergelangan tangan orang dewasa itu terpampang jelas di depan mata Bu Laras.
“J-Jon, Jono kamu mau ngapain? jangan Jon, please Ibu minta tolong Jon..” Bu Laras berteriak panik ketika melihat Jono berpindah ke belakang tubuhnya. Muridnya itu merobek paksa blus yang ia kenakan dan meremas-remas toketnya.
“Lebih kecil dari punyanya Bu Melan,” ucap Jono menaksir ukuran toket Bu Laras. Satu tangannya masih meremas-remas toket Bu Laras sementara tangannya yang lain mengarahkan kontolnya ke bibir memek gurunya.
“Iya sih, gedean punya Mami juga deh kayaknya,” sahut Bu Erni.
“Allah melaknat kalian! Allah pasti membalas perbuatan keji kalian ini!” Bu Laras berteriak. Ia sudah tidak mencoba lagi untuk meronta-ronta atau bangkit berdiri. Percuma, karena efek suntikkan itu sudah benar-benar terasa di tubuhnya yang terasa makin lemas.
“Kok becek bu memeknya? Bu Laras sange ya?” Jono menggesek-gesekkan kontolnya di bibir memek Bu Laras yang makin lama makin becek itu.
“Engga, engga! Ini pasti gara-gara suntikkan obat itu.”
Bu Erni duduk di samping kepalanya Bu Laras. Ia menurunkan atasan yang ia pakai hingga toketnya keluar. “Jon, kamu posisiin Bu Laras doggy biar gampang dientot.”
“Iya Mi,” Jono menuruti perintah Maminya dengan menarik tubuh Bu Laras keatas hingga ia berada dalam posisi doggy.
Bu Erni kemudian menjambak jilbab Bu Laras dan mendekatkan mulut guru BP itu ke toketnya, “Bu Laras jadwalnya minum susu dulu ya hihihi.”
“Ergghh,” Bu Laras menolak. Ia menutup mulutnya rapar-rapat.
Plak!
Bu Erni menampar pipi Bu Laras, “Buka mulutnya Bu!”
Bu Laras masih kukuh menutup mulutnya rapat. Ia tidak akan terpedaya oleh kedua orang kafir ini.
Plak!
Plak!
Tak hanya Bu Erni yang menampar Bu Laras, Jono juga ikutan menampar bokong montok guru BP itu.
“Ahh!” Bu Laras melenguh kesakitan. Bersamaan dengan itulah Bu Erni mendekatkan toketnya ke mulut Bu Laras lalu memerah asinya. Air susu milik Bu Erni bukanlah air susu biasa, warnanya coklat dan memiliki efek dimana tiap wanita yang meminumnya akan menjadi binal. Air susu Bu Erni langsung masuk ke mulut Bu Laras yang terbuka. Bu Laras terkejut dan hendak menutup mulutnya lagi tapi ia telat, air susu biarawati itu sudah ia minum.
“Bu Laras nyusu dulu ya,” Bu Erni tersenyum sambil mendekatkan kepala Bu Laras ke toketnya. Efek air susu yang Bu Laras minum itu langsung terasa, walaupun guru muslimah itu masih tak mau mengeyot pentil Bu Erni tetapi ia tidak menolak untuk meminumnya. Semakin banyak air susu yang Bu Laras minum, ia akan semakin kecanduan asi dan dirinya akan menjadi semakin binal.
“Enak kan Bu susuku?” tanya Bu Erni, tangannya terus-menerus mengelus pipi lembut Bu Laras.
“I-iya Bu enakhh…” jawab Bu Laras jujur. Dirinya sebenarnya ingin menolak tapi mulutnya tak mau berhenti menyusu.
Kini Bu Erni bahkan tak perlu lagi memerah asinya dengan tangannya sendiri karena Bu Laras sudah menyedot air susunya itu dengan semangat. Jono yang melihat Bu Laras sudah terpengaruh oleh asi maminya itu kemudian mulai kembali merangsang memek Bu Laras yang sekarang sangat sensitif. Ia menggesek-gesekkan kepala kontolnya di bibir memek Bu Laras.
“Uhh,” Bu Laras mendesah. Memeknya itu banjir akibat gesekan kontol Jono.
“Kuentot ya memek muslimahnya Bu Laras pake kontol kafirku,” ucap Jono.
“J-Jangann..” Bu Laras berkata lirih. Mendengar Jono yang hendak memperkosanya itu membuat Bu Laras sadar dan ia mencopot mulutnya dari pentil Bu Erni.
Bu Erni cukup terkejut melihat Bu Laras yang masih bisa sadar walaupun sudah meminum banyak asinya. Keimanan Bu Laras memang tinggi sekali sepertinya, “Memeknya Bu Laras dicukur bersih itu perintah suamimu Bu?” tanya Bu Erni mengalihkan perhatian Bu Laras.
“I-iya,” jawab Bu Laras. Ia bingung kenapa Bu Erni tiba-tiba bertanya seperti itu.
“Nah bagus itu Bu. Dalam katolik menaati perintah suami itu wajib. Kalau dalam islam juga wajib terus pahalanya banyak kan Bu?” tanya Bu Erni lagi. Tangannya perlahan kembali mendekatkan kepala Bu Laras ke toketnya, dielus-elusnya pipi mulus guru sholihah itu agar ia makin nyaman ketika nyusu.
“Iya besar pahalanya Bu,” jawab Bu Laras.
“Amalan ibadah yang pahalanya banyak bukan cuma menaati suami aja lho Bu, kalo seorang muslimah membuat orang kafir masuk islam pahalanya pasti banyak juga. Bayangin kalau Jono ngentot memekmu terus nanti dia tertarik masuk islam, Bu Laras dapet pahala yang banyak kan?”
“E-engga Bu, ngentot kan zinaa,” ucap Bu Laras. “Ga boleh, dosa itu, ouhh, mhhh.”
Sialan. Bu Erni menyumpah dalam hatinya. Bu Laras ini berbeda dengan Bu Melan kemarin yang begitu disuntik serum langsung lupa diri, kebencian Bu Laras terhadap orang kafir membuatnya tak mempan terhadap sugesti yang memintanya untuk mengemis-ngemis kontol kafir. Kalau begitu guru sok suci satu ini harus diperkosa langsung.
Bu Erni kembali mendekatkan kepala Bu Laras ke toketnya. Dielus-elusnya pipi Bu Laras, dibuatnya nyaman guru BP satu itu hingga ia kembali menyusu. Bu Erni lalu menurunkan tangannya dan meremas-remas toket Bu Laras hingga air susu berwarna putih keluar dari pentilnya. “Kupijetin ya Bu toketnya biar enak.”
“J-jangan Bu…” Bu Laras menolak tetapi tak digubris oleh Bu Erni yang tetap meremas-remas toketnya.
Jono juga ikut merangsang Bu Laras dengan kembali mengelus-eluskan kontolnya di bibir memek Bu Laras.
“Mhhh, uhhhh,” Bu Laras mendesah menikmati rangsangan ibu dan anak itu.
“Enak kan Bu kontolnya Jono? kontolnya dia ga disunat lho Bu, jadi ada kulupnya, lebih tebel, lebih enak,” Bu Erni berbisik menggoda Bu Laras. “Kalo memeknya Ibu dicoblos pake kontolnya Jono nanti pasti penuh, mentok sampe rahim. Kontolnya suaminya Ibu ga segede itu kan?”
Mata Bu Laras sudah merem melek, entah karena keenakan memeknya digesek-gesek kontol berkulupnya Jono atau membayangkan keenakan dientot kontol berkulup seperti ucapan Bu Erni itu. Jono yang bosa hanya menggesek-gesek bibir memeknya Bu Laras kemudian memasukkan kepala kontolnya yang berkulup ke memek guru sholihah itu lalu ia cabut lagi.
“Ouhhh,” Bu Laras mendesah keras.
“Enak kan Bu? padahal baru kepala kontolnya doang lho,” Bu Erni menggoda Bu Laras.
Bu Laras menggeleng-geleng tetapi tubuhnya tidak bisa berbohong. Dirinya terus-menerus menyusu pada toket Bu Erni, pinggangnya melenting keenakan serta memeknya makin becek ketika Jono memasukkan kepala kontolnya.
Sleb, sleb, sleb.
Jono mengentot Bu Laras hanya dengan kepala kontolnya yang berkulup itu saja tapi itu sudah cukup membuat Bu Laras kelabakan.
“Mmhhhh, nghhhh, ouhhh,”
Sleb, sleb, sleb.
“Nghhhh, shhhh, ouhhh, ahhhh,”
Sleb, sleb, sleb.
Makin lama Jono ‘mengentot’ memek Bu Laras dengan seperempat bagian kontolnya itu Bu Laras makin hilang akal. Hilang semua sifat alim dan malunya seorang wanita muslimah dalam dirinya, mulutnya mendesah panjang, air liur keluar di ujung bibirnya dan matanya mendelik ke atas penuh nikmat.
Jono memasukkan kontolnya lebih dalam sedikit membuat Bu Laras mendesah lebih keras. “Bu Laras mau kuzinahi ga Bu?”
“I-iya, iya mau..” Bu Laras menyerah. Memeknya yang gatal itu butuh digaruk kontol kafir sekarang juga.
“Kalau begitu Bu Laras nunggingnya lebih tinggi dong,” suruh Jono.
Bu Laras menuruti perintah Jono. Ia menghancurkan harga dirinya sebagai seorang muslimah dengan menyajikan bokongnya tinggi-tinggi bagi orang kafir yang ia benci. “Ayo Jon masukin…”
“Bu Laras mohon-mohon dulu yang baik, Ibu minta dientot sama kontol ini,” ucap Jono sembari menunjuk kontolnya yang ngaceng.
“Please Jon, masukin kontolmu ke memeknya Ibuuu, pleasee.”
“Kurang Bu, masa guru lacur kayak Ibu cuma minta kayak gitu,” protes Jono.
Bu Laras yang makin tersiksa oleh gatal di memeknya itu menuruti perintah Jono yang sangat menghinakan dirinya, “Jonnn, maafin Ibu udah ngatain kamu sama Ibumu orang kafirr. Bu Laras ini ternyata guru lacur memeknya gatelll butuh digaruk kontol kafir punyamuuu, pleasee Jonn, memek muslimah ini belum pernah ngerasain enaknya kontol kafirrr.”
“Nah begitu dong,” ucap Jono puas. Ia lalu mulai mengarahkan kontolnya ke bokong Bu Laras.
“E-eh, Jon kamu ngapain, itu lubangnya salah-OUHHH!”
Sleb!
Jono memaksa kontolnya masuk ke dalam lubang anus perawan Bu Laras. Ia harus menekan dengan tenaga lebih untuk memasukkan kontolnya yang besar itu ke dalam lubang sempit milik Bu Laras.
“Ahhhhh, ahhhh, Jon sakitttt!” Bu Laras berteriak kesakitan. Anusnya serasa dirobek oleh kontol berkulup Jono yang besar.
“Diem lonte, ini hukuman buat lu yang selalu benci orang kafir kayak kita!” ucap Jono, ia tanpa belas kasih sedikitpun langsung menyodok-nyodok kontolnya keluar masuk anus Bu Laras yang sempit itu.
Plok! Plok! Plok!
Bu Erni pun tak tinggal diam dalam menyiksa Bu Laras, ia mencopot pakaian biarawatinya dan berjongkok di depan guru BP itu. “Jilatin memekku!” perintah Bu Erni.
“Ahh! Ahh!” Bu Laras masih berteriak kesakitan akibat sodokan Jono yang begitu cepat dan brutal di anusnya. Ia tak menggubris perintah Bu Erni sama sekali.
Plak!
Bu Erni menampar wajah Bu Laras kemudian menjambak jilbabnya, “Cepet jilatin memekku atau kutampar lagi mau?”
“I-iya,” Bu Laras yang sudah ditampar berulang kali itu mau tak mau menaati perintah Bu Erni. Pipinya sudah memerah akibat tamparan Biarawati itu. Ia mendekatkan wajahnya ke memek kafir Bu Erni.
“Ayo cepet!” perintah Bu Erni melihat Bu Laras yang masih ragu-ragu.
“Iya…” Bu Laras dengan terpaksa menjilati memek Bu Erni. Awalnya ia menjilati dengan pelan dan ada rasa jijik pada dirinya tetapi Bu Erni mencengkram kepala Bu Laras dan memaksanya untuk menjilati lebih cepat atau ia akan diberi hukuman tambahan.
Sluurp, sluurp, sluuurp.
Plok! Plok! Plok!
Dari belakang anus Bu Laras disodok-sodok oleh kontol kafir berkulup sementara di depan ia menjilati memek kafir. Semua itu ia lakukan bukan karena terpaksa lagi, ia malah menikmati perzinahan dengan ibu-anak ini.
“Nghhhh, shhhhh, jilatanmu enak bangetthh Buuu,” desah Bu Erni. Ia tak menyangka seorang muslimah alim seperti Bu Laras pandai menjilati memek.
Sluurp, sluurp, sluuurp.
Plok! Plok! Plok!
Bu Laras menderita di tengah-tengah Bu Erni dan Jono yang menikmati gerakan lidah dan sempitnya anusnya. Air mata membasahi pipinya saking pedihnya rasa sakit yang membara diperkosa oleh kontol Jono. Ia bertanya-tanya dosa apa yang ia perbuat hingga Allah menakdirkan bahwa dirinya harus dihukum oleh kedua orang kafir ini.
“Bu Laras mainin pentil sama remes-remes toketnya sendiri biar ga ngerasain sakit,” ucap Bu Erni.
Bu Laras yang sudah tak kuat menahan rasa sakit di tubuhnya itu lalu melakukan perintah Bu Erni. Ia meremas-remas toketnya dan mencubit pentilnya sendiri.
“Rasa sakitnya berkurang kan Bu?” tanya Bu Erni yang menyadari ekspresi wajah Bu Laras yang tak menunjukkan kesakitan lagi.
Bu Laras tak menjawab tetapi dalam hatinya ia mengakui bahwa memelintir pentil dan meremas-remas toketnya itu membuat rasa sakit yang ia rasakan berkurang. Bahkan semakin kesini ia merasakan rasa sakit di anusnya yang disodok-sodok oleh Jono tak terasa dan berganti dengan kenikmatan.
Jono pun juga menyadari bahwa Bu Laras mulai menikmati sodokan kontolnya. Ia lalu mengambil posisi lebih tinggi sedikit agar kontolnya bisa menusuk lebih dalam.
Plok! Plok! Plok!
“Enak kan Bu kontolku? Tiap hari nanti anus Bu Laras gw perkosa sampe ketagihan dianal,” ucap Jono sembari mempercepat sodokannya.
Bu Laras menjawab dengan memundurkan bokongnya agar kontol Jono makin mentok. Apa yang dikatakan Jono benar, anusnya ini adalah anus binal, anus pelacur. Beberapa menit lalu ia mengerang kesakitan ketika anusnya diperawani oleh kontol sebesar tangan orang dewasa tetapi kini ia sudah ketagihan disodok-sodok anusnya hingga mentok.
Semakin cepat Jono menyodok-nyodok anus Bu Laras, sang guru yang terkenal galak itu juga makin cepat menjilati memek Bu Erni, bahkan sesekali menyedot dan menggigit itilnya. Kedua wanita bertubuh seksi itu mendesah kencang.
“Ouhhhhhh, sshhhhh, ahhhhh,” Bu Laras mendesah disela-sela ia menjilati memek Bu Erni.
“Tahann Buu, nghhhh, ouhhhh, aku juga mau orgasmeee!” Bu Erni menjambak jilbab Bu Laras dan menariknya mendekati memeknya. “Jilat terus Bu sampe aku crot!”
Bu Laras yang sudah tenggelam oleh nafsu setan itu menuruti perintah Bu Erni. Ia menjilati memek Bu Erni layaknya orang yang kehausan, tiap cairan yang keluar dari memek Bu Erni itu ia sedot dan minum.
“OuuuOHHHHHH, AHHHHHHHH, AHHHHHHHH—” Bu Laras dan Bu Erni mendesah bersamaan. Memek Bu Erni crot hingga membasahi wajah Bu Laras sementara Bu Laras sendiri juga orgasme membasahi lantai uks.
“Hhhhh, nghhh,” Bu Erni kehabisan nafas setelah orgasme tadi. Ternyata lidah seorang muslimah tak hanya pandai digunakan untuk membaca Qur’an tetapi juga untuk memuaskan memek kafir.
Plak! Plak!
Jono menampar bokong Bu Laras, “Memek lacur emang gini ya? Ngga gw sodok pake kontol udah crot duluan.”
Ia kemudian mencabut kontolnya dan berbaring di lantai lalu menyuruh guru lonte itu untuk mengulek-ulek kontol kafirnya. “Bu Laras baru boleh pulang habis bikin gw crot ya.”
“Saya capek Jon…” Bu Laras berkata pelan.
Jono tak mau menerima alasan apapun dari Bu Laras, “Gw ga peduli bangsat! Mau gw tampar lagi?”
Bu Erni tersenyum melihat anaknya yang memperlakukan Bu Laras dengan kasar. Muslimah jaman sekarang memang harus diingatkan kembali bahwa derajat mereka itu lebih rendah dari lelaki. Akhirnya karena takut akan dianianya oleh Jono, Bu Laras dengan gontai mendekati kontol Jono dan mulai berjongkok diatasnya, ia menempatkan anusnya diatas kontol Jono kemudian dengan perlahan ia menurunkan anusnya.
Sleebb!
Kali ini kontol Jono lebih mudah masuk ke dalam anus peret Bu Laras.
Sleb… Sleb…. Sleb…
Bu Laras dengan lemah naik-turun kontol kafir milik Jono. Tenaganya sudah benar-benar habis.
Bu Erni yang melihat hal itu kemudian menyarankan Bu Laras untuk menjilati asinya sendiri, “Air susu yang keluar dari toketmu itu ada khasiat obat kuatnya lho Bu, efek spesial dari serum yang kusuntik ke bokongmu tadi.”
Yang diucapkan Bu Erni memang benar, serum yang ia suntikkan ke Bu Melan dan Bu Laras adalah serum spesial yang memiliki efek khusus. Pada Bu Laras serum itu membuat toketnya mengeluarkan asi berwarna putih dan membuat wanita yang meminumnya jadi kuat ngentot berjam-jam.
Bu Laras kemudian meremas toketnya sendiri dan mulai menyedot air susu dari toketnya. Efek obat kuat yang dikatakan oleh Bu Erni ternyata benar adanya. Semakin banyak Bu Laras meminum susunya, tenaganya seakan kembali dan ia jadi lebih kuat untuk mengulek-ulek kontol kafir berkulupnya Jono.
Bu Laras bergantian menyedot pentil kanan dan kirinya. Ternyata ia tak hanya ketagihan asinya Bu Erni saja, asinya sendiri pun ia sedot terus. Tenaga baru yang ia dapatkan itu membuatnya menggoyangkan bokongnya diatas kontol Jono dengan semangat. Mulutnya yang biasa digunakan untuk memarahi murid-murid kafir itu sekarang sedang mendesah karena anusnya keenakan disodok-sodok kontol kafir. Guru lacur itu sampai tidak sadar bahwa Bu Erni memasang hp di meja uks untuk merekam aksi perzinahan mereka.
“Enak kan Bu kontol kafir yang ga disunat?” Tanya Bu Erni seusai memastikan angle kamera hp itu merekam dengan jelas wajah Bu Laras.
“E-enakkh Bu, mmghhh, ouhhhh, saya baru tau kalo kontol kafir seenak iniihh,” Bu Laras mengaku.
“Nah bagus Bu, seorang muslimah itu harus jujur,” puji Bu Erni. Dirinya lalu berjongkok di samping Bu Laras. “Ibu mau yang enak-enak lagi ga?”
“A-apa Bu? mhhhh, nghhhh,” tanya Bu Laras.
Bu Erni tak menjawab pertanyaan Bu Laras. Ia langsung mencaplok bibir guru lacur itu. Bu Laras awalnya kaget tetapi Bu Erni memegang kepala Bu Laras dan memaksanya untuk berpagutan bibir. Akhirnya, Bu Laras menyerah dan ikut menikmati ciuman lesbian itu.
“Gimana? enak kan Bu? hihihi,” ucap Bu Erni.
Bu Laras mengangguk. Selagi ciuman ia tetap menggoyangkan pinggangnya, mengulek-ulek kontol kafir yang membuat memeknya itu berkedut-kedut. Kontol kafir berkulup itu telah membutakan imannya.
“Bu Laras julurin lidahnya coba,” ucap Bu Erni. Ketika muslimah lacur itu menjulurkan lidahnya, Bu Erni langsung memagut lidah alimnya. Bu Erni dengan lahap menciumi lidah yang baru saja digunakan untuk menjilati memeknya.
“Sayang banget kalo lidah Bu Laras ini cuma digunain buat baca Quran aja. Lidah seorang muslimah kayak Bu Laras ini lebih pantes buat jilatin kontol sama memek kafir Bu,” ucap Bu Erni. Ia lalu kembali menyosor lidah Bu Laras. Bu Laras kali ini tak kaget, ia sudah siap dan juga ikut berciuman serta bermain lidah dengan biarawati kafir yang sempat ia benci itu.
Sleb! Sleb! Sleb!
Semakin intens ciuman antara Biarawati dan Muslimah itu, semakin intens juga pinggul Bu Laras bergoyang mengulek-ulek kontol kafir berkulup itu. Jono sendiri juga mulai menggoyangkan pinggulnya menyodok-nyodok anus Bu Laras.
“Gw mau crotttt di anus luu guru lacurrr!” teriak Jono sembari mengencangkan sodokannya. Bu Laras ternyata juga mempercepat gerakan pinggulnya. Bukan hanya Jono yang ingin memuncratkan sperma di anusnya, Bu Laras sendiri juga ingin merasakan kehangatan peju di lubang yang terlarang dalam agamanya itu. Aroma ruangan uks, suntikkan serum, ditambah sugesti dari Bu Erni berhasil mengeluarkan sisi binal yang terpendam dalam diri tiap muslimah.
Plok! Plok! Plok!
Sleb! Sleb! Sleb!
Jono menyodokkan kontolnya hingga mentok sebelum ia mengeluarkan pejunya di dalam anus Bu Laras.
Crot! Crot! Crot!
Cairan peju hangat yang masuk ke dalam anusnya membuat memek Bu Laras yang gatal berkedut-kedut. “Mmhhhhhh, nghhhhhhh, NGHHHHHHHH.”
Currr!
Dirinya orgasme hebat hingga tubuhnya bergetar-getar. Kontol kafir berkulup memang ajaib, memeknya Bu Laras berhasil orgasme hingga dua kali padahal memeknya sama sekali tidak disentuh oleh kontol itu. Tubuh Bu Laras lunglai kemudian jatuh ke pelukan Bu Erni.
“Lebih enak kontol kafir daripada kontol suaminya Ibu kan?” tanya Bu Erni sambil mengelus-elus punggung Bu Laras.
Bu Laras tak menjawab, ia hanya diam saja. Bu Erni pun tak butuh jawaban dari Bu Laras, ia tahu pikiran guru berjibab itu sedang campur aduk antara ingin menolak atau menerima kenyataan enaknya kontol kafir. Namun ia tahu bahwa alam bawah sadarnya Bu Laras telah menerima penuh bahwa kontol kafir berkulup adalah pujaan memeknya.
Pelukan antara Bu Laras dan Bu Erni itu tak berlangsung lama. Jono mendorong tubuh Bu Laras hingga jatuh kebelakang, lalu pemuda itu bangkit dan menyuruh Bu Laras untuk membersihkan kontolnya yang berlumur cairan peju. “Bersihin kontol gw.”
Bu Laras menggeleng-geleng. Ia merasa jijik. Masa kontol yang baru mendiami anusnya tadi ia disuruh menjilatinya?
Namun Jono dan Bu Erni tidak suka lonte yang membantah perintah. Bu Erni menarik kepala Bu Laras dan langsung menyodokkan mulut guru lacur itu ke kontol anaknya.
Glogkh! Glokgh! Glokgh!
Glogkh! Glokgh! Glokgh!
Bu Erni memaju-mundurkan kepala Bu Laras, ia memastikan kontol anaknya itu mentok hingga masuk ke tenggorokan guru sholihah itu. Setelah semenit digitukan, Bu Erni melepaskan tangannya. Bu Laras bukannya berhenti malah memaju-mundurkan kepalanya sendiri,
“Nah enak kan Bu nyepong kontol kafir?” tanya Bu Erni.
Bu Laras mengangguk-angguk. Ia makin giat menyepong dan menjilati kontol Jono dari zakar sampai ke kulupnya. Ia tak tau bagaimana bisa asi dan suntikkan serum membuatnya sebinal ini. Rasa asin gurih dari peju yang menempel di kontol Jono itu terasa sangat enak.
Sluuurp, sluuurp, sluuurp.
Sekitar lima menit Bu Laras habiskan untuk membersihkan kontol Jono dari cairan peju yang mendiami anusnya itu. Setelah kontolnya bersih, Jono mendorong Bu Laras hingga ia jatuh ke lantai lagi. Jono kemudian memasukkan kontolnya ke dalam celananya lagi.
“Bu Laras habis ini bantuin kita buat bikin Bu Melan jadi budak kafir ya,” ucap Bu Erni.
“Engga mau Bu,” Bu Laras menolak. Cukup dirinya saja yang kotor oleh dosa perzinahan ini, ia tidak mau melibatkan orang lain apalagi Bu Melan.
Jono mengambil hp yang tadi digunakan untuk merekam aksi perzinahan mereka, lalu menunjukkannya ke Bu Laras. Bu Laras membelalak kaget. Saking fokusnya ia berzina, ia sampai tidak sadar kalo kedua orang kafir itu merekam aksi perzinahan mereka bertiga.
“Gimana Bu? mau nurut sama kita ga?” tanya Bu Erni, senyum licik menyungging di wajahnya.
“I-iya..” Bu Laras menjawab pelan. Ia tahu konsekuensi yang akan terjadi jika dirinya tidak menuruti perintah kedua orang itu.
“Hahahaha, bagus deh. Akhirnya lu paham kalo derajat muslimah lacur kayak lu itu dimana,” ucap Jono.
“Allah ga dateng nolong Ibu yang diperkosa kan?” tanya Bu Erni.
Bu Laras menjawab lirih, “En-engga..”
“Itu karena Allah mau Bu Laras jadi budak orang-orang kafir kayak kita, Allah mau Bu Laras diperkosa sama kontol kafir. ” ucap Bu Erni. Dirinya dan Jono kemudian pergi keluar dari ruang uks. Mereka berdua meninggalkan Bu Laras yang terduduk lemah di lantai dikelilingi oleh seragamnya yang compang camping dan cairan peju serta orgasmenya di lantai.
***
Bu Laras hanya diam saja selagi menyetir mobilnya dalam perjalanan pulang. Begitu tiba di depan rumahnya ia tak langsung keluar dari mobil. Matanya memandang ke arah rumahnya, di dalam ada suaminya dan anaknya. Bagaimana bisa aku menampakkan wajahku di hadapan mereka? Ia baru saja dipekorsa namun bukannya memberontak ia malah menikmati kontol kafir dan melakukan aksi lesbian yang keji di sekolah tadi.
Bu Laras melihat blusnya yang basah oleh air susu yang mulai keluar kembali, dirabanya juga memeknya yang becek juga. Efek dari serum yang disuntikkan di bokongnya masih ada. Pasti sifat binal dalam dirinya itu adalah efek dari serum dan asi milik Bu Erni dan bukan sifat asli dirinya yang adalah seorang muslimah sholihah.
Benar. Dirinya yang asli adalah seorang guru dan istri muslimah sholihah yang taat kepada suaminya. Serum dan asi dari Bu Erni lah yang membuat dirinya menjadi guru binal, muslimah lacur, akhwat pecinta kontol kafir, suka diperkosa, dianali oleh kontol berkulup yang tebal.
“Mmhhhhh…”
Memikirkan hal itu malah membuatnya jadi sange lagi. Tanpa sadar Bu Laras menyelipkan jari-jarinya ke sebalik roknya dan mulai mengobel memeknya.
Clep, clep, clep.
“Ouhhhh, ouuuhhh,”
Desahan mulai keluar dari mulut muslimah itu lagi. Ia berlindung di balik alasan serum yang membuatnya binal padahal
“Maafin aku pahh…” ucapnya selagi ia bermasturbasi di mobil membayangkan dirinya diperkosa lagi oleh kontol kafir milik Jono.
***
[Karya ini milik @MirzaAli1. Dijual hanya melalui Karyakarsa @mirzaali2, Novelkita, dan Telegram @MirzaAli1 dengan harga 9rb per chapter. Pembayaran tersedia melalui Gopay, Dana, Shopeepay, dan Ovo.]
208Please respect copyright.PENANA1ONknexuwD