PREVIEW 1
510Please respect copyright.PENANAUBtaKjoYZI
510Please respect copyright.PENANA44HljZOk6n
510Please respect copyright.PENANAU9aZWl8OTE
Pak Supardi kemudian mengantar ustad Hamdan ke lantai 2 menuju kamar tempat istrinya berada, sementara Zarrina yg ditinggal di ruang tamu beranjak keluar dan berkililing area rumah Pak Supardi untuk memeriksa situasi seperti yg diperintahkan oleh ustad Hamdan tadi. Setelah sampai di depan kamar, pak Supardi kemudian membuka pintu untuk kemudian mempersilakan ustad Hamdan masuk ke dalam kamar. Terlihat istri pak Supardi yg tengah tertidur dibalik selimut dan masih mengenakan mukenah yg sama seperti dalam video yg diperlihatkan oleh Zarrina ketika diperjalanan tadi. Wajah yg terlihat pucat serta kedua tangan dan kaki yg terikat ke ujung tiang ranjang tempatnya terbaring saat itu menjadi pemandangan yg cukup mengiris hati bagi siapapun yg melihatnya. Sementara ustad Hamdan dan Pak Supardi hanya berdiri disamping tempat tidur, dengan ekspresi yg begitu sedih pak Supardi berbicara pada ustad Hamdan.
Pak Supardi: "Sudah hampir seminggu lebih kondisinya seperti ini ustad, saya sudah nggak tau lagi harus minta tolong ke siapa untuk bisa nyembuhin istri saya ini... tolongin saya ustad..." ucap pak Supardi sambil sedikit menitikan air matanya.
Ustad Hamdan: "Bapak yg sabar ya Pak, saya akan coba bantu semampunya, Insha Allah istri bapak masih bisa tertolong..." hibur ustad Hamdan ke pak Supardi.
Ustad Hamdan: "maaf pak, selama proses pengobatannya nanti apa bapak nggak keberatan kalau saya minta tolong untuk bapak tunggu diluar dulu?" Tanya ustad Hamdan.
Pak Supardi: "apa memang harus begitu ustad?" Jawab pak Supardi yg bertanya balik.
Ustad Hamdan: "bapak tenang saja, kalau bapak merasa nggak percaya sama saya, bapak boleh simpan handphone bapak di sini untuk merekam kegiatan yg akan saya lakukan nanti, juga kunci kamar ini silakan bapak pegang, jadi kalau ada apa-apa bapak bisa langsung masuk ke sini." Jawab ustad Hamdan mencoba menenangkan.
Ternyata kalimat yg disampaikan ustad Hamdan barusan berhasil meluluhkan hati pak Supardi, meski keberatan akhirnya pak Supardi menyetujui permintaan dari ustad Hamdan dan menunggunya di luar kamar. Ustad Hamdan pun kemudian memulai proses pengobatannya. Iya menggigit kecil ibu jari tangan kanannya lalu mengoleskan sedikit darah yg keluar ke dahi istri pak Supardi. Setelah itu ustad Hamdan duduk bersila di atas sajadah yg sudah dibawanya tadi, sambil menggenggam tasbih di tangan kanannya, ustad Hamdan kemudian memejamkan matanya dan mulai membaca doa. Perlahan-lahan tubuh istri pak Supardi bergetar, semakin lama semakin kencang dan membuatnya jadi terlempar ke kanan dan kiri tempat tidurnya saat itu. Sesaat kemudian matanya mulai terbuka dan kepalanya mendongak ke atas dengan mulut yg menganga.
510Please respect copyright.PENANASJltqTNFzn
510Please respect copyright.PENANAmfl4UYCi6z
510Please respect copyright.PENANAEWrugHLG0e
PREVIEW 2
510Please respect copyright.PENANAwQrplBOSXs
Zarrina: "saya tau kamu udah sering ngintipin saya sama ustad Hamdan waktu kami lagi Jima', makannya sekarang terpaksa saya harus hapus ingatan kamu..." ucap Zarrina berbisik di telinga mba Ipah.
Mba Ipah: "hah? Mmm... ma.. maksudnya teh? Sss... saya mau dibikin jadi insomni... eh... amnesia gitu?" Jawab mba Ipah dengan nada gemetar dan ketakutan.
Zarrina yg tidak menjawab lalu tiba-tiba mengangkat kaki kirinya dan meletakkannya di pundak kanan mba Ipah, yg membuat roknya jadi tersingkap dan dengan jelas memperlihatkan vaginanya.
Mba Ipah: "eeeh eh eh eh eh teh teh jangan teh, ampu..."
Sebelum sempat menyelesaikan kalimatnya Zarrina langsung membekap mulut mba Ipah dengan vaginanya menggunakan tangan kanannya sementara kepalanya mendongak ke atas sambil membaca suatu doa. Mba Ipah yg terlihat meronta-ronta tak mampu berbuat apapun menerima perlakuan dari Zarrina sampai beberapa saat kemudian dirinya terkulai lemas dan tak sadarkan diri. Setelah Ipah kehilangan kesadarannya Zarrina kemudian menurunkan kakinya lalu beranjak pergi meninggalkan Ipah yg tengah terduduk pingsan di atas kursi kerja milik ustad Hamdan. Dengan membawa piring berisi durian yg tadi dibawa oleh mba Ipah Zarrina pergi menuju dapur dan menaruh piring yg dibawanya di atas meja makan.
Pak Udin: "geuning teteh nu mawa durenna? Si Ipah na kamana?" (Kok mba yg bawa durennya? Si Ipahnya kemana?)
Zarrina: "tah sare, na korsi gawena ustad di jero ruang kerja, hudangkeun geura..." (tuh tidur di kursi kerjanya ustad di dalam ruang kerja, bangunin gih)
Pak Udin: "heeee budak teu baleg, di titahan naon kalakah molor..." (heee dasar anak nggak bener, disuruhnya apa malah tidur) ucap pak Udin dengan nada yg meninggi lalu berjalan meninggalkan Zarrina menuju ruang kerja ustad Hamdan. Sementara Zarrina yg melihat ekspresi pak Udin hanya tersenyum usil sambil memakan durian yg dibawanya tadi.
510Please respect copyright.PENANAY29D30d1h9
510Please respect copyright.PENANAwh8KukzMxl
510Please respect copyright.PENANA4qDXmsoysF