24 mei 2019 adalah awal dari semua yang terjadi sampai di 1 maret 2020
Kau lambaikan tangan mu sebagai isyarat untuk membuka sebuah percakapan yang manis. Kemudian dilanjutkan dengan temu dan berbagi cerita menarik. Kemudian masuk kedalam fase cerita serius, yang nyatanya kita tidak sependapat, katamu harus begini, kataku harus begitu. Sampai pada akhirnya keluar sebuah kata “ bukan jarak yang membuat kita jauh, tapi perbedaan prinsip” setelah itu tidak ada lagi cerita lucu dan menarik, semuanya dingin, kita seperti hilang rasa. Diam dan tak lagi saling menyapa.
Kemudian rindu mulai mencari cela pikiranku, dengan tanpa rasa malu, kusapa kembali dirimu yang sudah hampir tak pernah bersua lagi, kukatakan dengan sedikit rasa gengsi bahwa aku merindukan mu. Tapi balas mu “ rindumu mau kita apakan?” Jelas itu membuat ku sedikit merasa tersinggung bahwa sebenarnya kau tak sedikit pun merindukan ku. Ataukah dalam hati mu, temu pun percuma jika sebenarnya kita pun tidak pernah sepemikiran. Rasamu percuma jika pertemuan yang akan kita lakukan hanya akan membuat kita semakin tidak sependapat. Tapi jika benar seperti itu pikiran mu, harus kah kau tanyakan rinduku ini mau kita apakan, sebab sebetulnya kau pun tau temu yang aku inginkan.
Sampai pada akhirnya, rindu yang ada padamu pun tidak bisa kau bendung lagi, tapi kau malu mengakuinya, terlihat dari beberapa balasan pesan yang kukirim padamu bahwa sebelumnya kukatakan kembali bahwa aku ingin bertemu. Saat itu kau tak lagi mengatakan untuk apa, tapi kau balas dengan kata “baiklah kita bertemu”
1 maret 2020 pertemuan kita yang ke 3 setelah beberapa bulan kau berada di negara lain. Jujur saat melihat mu kembali, rindu yang mengganggu pikiran ku beberapa hari sebelumnya seolah diam dan berteriak “ itu adalah tuanku”
Kemudian kembali kita berada dalam sebuah perbincangan, tertawa dan tersenyum, kemudian diam dan saling menatap lalu mendekat seolah saat itu kita sepemikiran akan ada yang hal baru yang terjadi. Dan memang benar terjadi, seperti dua insan yang dimabuk asmara, saat itu untuk pertama kalinya bagiku bibir yang tak pernah sekata dengan mu bisa dengan lembut beradu dalam sebuah ciuman hangat namun penuh nafsu. Lalu kataku sudah cukup, dan kau pun berhenti. Terimakasih kataku, lalu kau antar aku pulang, dengan ciuman ditangan kananku.
Lanjutan
Pulangku dengan membawa sejuta perasaan bahagia, aku seperti anak SMA labil yang baru saja merasakan indah nya jatuh cinta walau sudah sering aku merasakan nya. Pikirku dalam hati, ini akan menjadi awal untuk kita dapat kembali berada dalam percakapan yang hangat. Aku berharap betul kau kembali memberi perhatian seperti dulu. Tapi nyatanya tidak, kau masih saja diam dan bungkam. Kau masih dengan pendirian mu yang apatis, kau tidak peduli sama sekali dengan apa yang telah terjadi. Mungkin bagimu itu adalah hal biasa antara pria dan wanita, tapi bagiku itu cukup berarti.
Pada akhirnya kembali kita diam tanpa saling menyapa, seolah sebelumnya tidak terjadi apa-apa.
Disepertiga malam pada minggu ke tiga, kembali kurenungi kebodohan yang kulakukan, telah menitipkan hatiku pada seorang pria berhati dingin sepertimu. Entah apa sebenarnya yang ada dipikiran mu, kau sulit sekali ditebak, kau misterius, tak seorang pun dapat memahami mu termasuk aku atau bahkan iblis sekali pun, kau masih saja diam tak bersuara. Ada begitu banyak pertanyaan dalam hatiku, apa sebenar nya mau mu, kau seperti tak mengingini ku, tapi kau juga seolah tidak rela aku dengan yang lain, lalu apa maumu. Tapi jika kutanyakan kau selalu akan menjawab dengan kata-kata yang sama “ berbeda beda prinsip”. kutanyakan berkali kali prinsip berbeda seperti apa yang membuat kita jauh, tapi kau tak memberi jawaban, kau katakan bahwa nanti aku akan paham dan mengerti dengan sendirinya. Entah aku yang terlalu bodoh,sampai saat ini aku benar2 belum paham apa maksudmu. Atau kah itu cara mu untuk mulai menjauhi ku? Mengatakan kita berbeda lalu kau diam dan membisu.
Tapi apa yang dapat aku lakukan sekarang, selain tetap tenggelam dalam kebodohan yang telah ku mulai ini.
hati dan pikiran ku seperti sebuah magnet dengan kutub senama.
Keinginan hati serta hasrat ku untuk bersamamu telah melumpuhkan egoku. Hatiku tetap pada pendiriannya untuk bertahan, sementara pikiran ku berbalik menyerang aku, menyuruhku untuk berhenti dan melupakan yang telah terjadi.
581Please respect copyright.PENANAKl7ulQWA9c
Tapi sekali lagi apa yang dapat aku lakukan dengan hati selemah ini?
Bersambung...581Please respect copyright.PENANA4hjRzpVIpv
581Please respect copyright.PENANARzlQXY9bfu