×

Penana
search
Loginarrow_drop_down
Registerarrow_drop_down
Please use Chrome or Firefox for better user experience!
IF WE'RE NOT MEANT TO BE
G
2.0K
0
0
288
0

-That's Not What I Want-


"JUNO!!! Lu ngapain di sini?!" Lily berteriak sembari menarik selimut tebal itu hingga menutupi seluruh tubuhnya dan menyisakan area wajahnya. 


"Ly, jangan teriak-teriak. Gue juga ngga tau, gue baru bangun." Juno menjawab dengan suara pelan nyaris berbisik, seolah mengisyaratkan agar Lily lebih mengecilkan volume suaranya.


"Jun, lo ngapain gue, Jun? Bajingan lo, ya!"


"Gue udah bilang, gue juga ga tau! Gue ga sadar!"


"Juno, lo brengsek!"


***


Lily melemparkan benda kecil itu ke atas meja yang berada di tengah-tengah sofa, dimana Juno, Bobby, dan juga Yoyo sedang asik duduk di sana sembari bermain PS. Kedatangan Lily yang secara tiba-tiba itu berhasil membuat tiga pria itu terdiam. Mereka bertiga kompak memandang ke arah yang sama, yaitu benda yang baru saja dijatuhkan Lily di atas meja.


"Ini apa, Ly?" Tanya Yoyo lalu mengambil benda itu.


"Gue positif," jawab Lily singkat dengan raut wajahnya yang tak bisa dideskripsikan, namun kemarahan seolah mendominasi di sana. 


"HAH?! Ly, lo serius? Terus kenapa lo ke sini?" Tanya Bobby menambahi.


"Ya terus gue harus kemana? Ini salah lo semua!"


"Harus lo isolasi mandiri dulu, atau lo swab pcr dulu." Uhar Bobby lagi.


"Hah? Apa sih, Bob?"


"Lo kena Covid, kan? Kata lo positif." Bobby berucap dengan polosnya.


"Gue hamil, bodoh!" Lily tak lagi bisa menahan emosinya pada Bobby.


Mendadak semua menjadi hening, tak ada yang bersuara. Bobby dan Yoyo saling bertatapan, sebelum akhirnya tatapan mereka berakhir pada Juno, sosok yang sejak tadi hanya berdiam diri.


"Selamat ya, Jun, lo mau jadi bapak." Yoyo menarik pelan tangan Juno lalu menjabatnya, seolah ingin memberikan selamat. Meski raut wajah Yoyo tak bisa dipungkiri bahwa ia pun ikutan panik.


"Kalo aja malam itu kalian ga maksa buat minum sampe mabok parah, ini ga bakal kejadian!"


"Tenang, Ly. Kita bisa omongin ini baik-baik," ujar Bobby berusaha menenangkan.


"Baik-baik biji mata lo! Gue hamil, anak Juno! Kalian tau gue ga pernah akur sama si brengsek ini. Gimana bisa gue tenang?!"


"Ly... Sabar... Jangan marah-marah. Kasian dedeknya," ujar Yoyo berusaha menenangkan.


"Ikut gue." Juno beranjak dari duduknya lalu menarik tangan Lily agar mengikutinya.


"Bob, gue syok anjir!" Seru Yoyo dengan suara pelan.


"Gue juga, yo. Gue pikir mereka cuma bercumbu mesra karena pengaruh alkohol. Ternyata gol beneran."


"Elu sih!" Yoyo menggeplak kepala Bobby.


"Dih, kok gue sih? Lo semua pada mau minum-minum kok."


"Tapi Lily kan engga. Lo yang maksa. Kalo aja waktu itu kita biarin dia balik sama Shilla, pasti ga bakal kejadian gini." 


"Eh, lo juga salah ya, Yo. Kalo aja lo ga ninggalin Juno sendirian di ruang tamu, dia ga bakalan salah masuk ke kamarnya Lily."


"Kalo gitu, salah Lily, kenapa pintunya ga dikunci." Ucap Yoyo.


"Kalo Lily sampe denger lo ngomong gitu, bisa abis lo dijadiin perkedel, Bob. Orang mabok udah ga mikir mau kunci pintu bego. Salah Juno tuh, main myerobot aja jadi bocah. Dia pikir Lily itu Nasya kali."


"Anjirlaa gue baru kepikiran Nasya juga, kalo dia sampe tau gimana? Kacau kacau."


***


Niat awal Bobby mengadakan birthday party di Villa milik keluarganya tiga bulan yang lalu tentu saja untuk bersenang-senang. Tapi sayang sekali, setelah beberapa tamu undangannya pulang, nyatanya Bobby, Yoyo, dan Juno masih melanjutkan acara minum-minum mereka. Lily yang kebetulan sudah mulai tipsy dan tidak ada tumpangan yang seraha, karena Shilla sahabatnya pulang duluan setelah mendapat kabar neneknya masuk rumah sakitpun akhirnya memutuskan untuk mengikuti saran Bobby agar menginap di Villa itu. Akan sangat berbahaya kalau membiarkan Lily menyetir sendirian dengan keadaan kurang sadar seperti itu.


Alih-alih bersenang-senang, yang terjadi malahan hal yang tak pernah diduga oleh mereka semua. Juno salah masuk kamar setelah ditinggal Yoyo yang saat itu mengantuk berat, menyusul Bobby yang sudah lebih dulu masuk ke dalam kamar karena Bobby pun sudah tidak kuat menahan pengaruh alkohol. Bukannya masuk ke kamar yang sama dengan Bobby dan Yoyo, Juno malah masuk ke kamar yang ditempati Lily. 



Dan yang terjadi malam itu adalah sesuatu yang berada di luar kendali dua anak muda lawan jenis yang sedang berada di bawah pengaruh alkohol. Padahal sudah bertahun-tahun sejak mereka semua saling mengenal, Lily tidak pernah akur dengan Juno. Lebih twpatnya, Lily tidak suka melihat Juno, sedangkan Juno lebih ke arah cuek dan tidak peduli dengan sikap tak baik yang ditunjukkan Lily kepadanya. Lily memang membenci Juno, karena bagi Lily, Juno hanyalah lelaki brengsek yang memanfaatkan tampang dan hartanya untuk mempermainkan perempuan. Salah satunya teman baik Lily saat masih kuliah dulu. Juno tebar pesona hampir ke semua perempuan yang ia temui, setelah perempuannya luluh, Juno lalu meninggalkan mereka begitu saja dengan alasan bosan. Sejak saat itu Lily semakin membenci Juno. Katanya sih Juno sudah tobat sejak berpacaran dengan Nasya. Tobat apanya? Malahan sekarang ia sudah menghamili perempuan lain. Lily. 


***


"Bulan depan kalian menikah." Ayah Juno berucap dengan suara rendah namun terkesan tegas.


Juno dan Lily serentak mengangkat kepala mereka, menoleh ke arah si pemilik suara itu. 


"Om, saya ga minta dinikahin kok, om. Saya memang tidak mau aborsi, tapi saya sendiri yang akan merawat anak ini. Ga perlu menikah sama, Juno." Ucap Lily.


"Ga bisa, Ly. Ga bisa begitu. Juno juga harus ikut bertanggung jawab. Ini kesalahan yang kalian buat berdua. Jadi harus sama-sama tanggung jawab." Sahut wanita yang sejak tadi tampak begitu sabar menghadapi kelakuan anak sulungnya itu.


"Tante... Saya beneran ga apa-apa kok. Saya bisa nyusul orang tua saya di Kanada dan hidup di sana, supaya orang-orang ga tau kalau saya mengandung anak, Juno."


"Ga, Ly. Ga bisa seperti itu, itu hanya akan semakin menyakiti hati orang tua kamu. Tante dan om ga mau kalo orang tua kamu menganggap anak kami tidak bertanggung jawab. Menikah adalah pilihan terbaik."


"Ma, Juno masih ada Nasya," ucap Juno.


"Putusin Nasya, dan menikah sama Lily. Kamu sudah dewasa, harus tau bertanggung jawab. Jangan bikin malu keluarga." Ayah Juno kembali bersuara dengan tegas. Setelah itu ia bangkit dari sofa, meninggalkan anggota keluarganya yang masih diam mematung pada posisi mereka masing-masing.


Nyatanya keputusan orang gua Juno tak lagi dapat dibantah ketika keputusan itu mendapatkan dukungan penuh dari kedua orang tua Lily. Dua anak manusia yang tak saling mencintai itu akhirnya resmi diikat dalam pernikahan. 



favorite
0 likes
Be the first to like this issue!

X