seperti biasa risa terbangun di pagi hari, mematikan alarm dan menyiapkan segala perlengkapan untuk pergi ke kantor. tidak ada yang berbeda, cenderung sama. Sama yang begitu membosankan dan menyisakan penat yang teramat dalam.
Hampir 1 tahun dia pergi ke Daruss meninggalkan kota kelahirannya Aran. Hampir 1 tahun pula dia merasa seperti burung yang terpatahkan sayapnya.
Apel menyambut awal tahun baru di iringi hembusan angin sepoi dan langit yang menampakka sendunya, semakin membuat hati risa muram. Ntah kenapa dia harus memikirkan baik-baik alasan dia sangat tidak menikmati keputusannya.