×

Penana
search
Loginarrow_drop_down
Registerarrow_drop_down
Please use Chrome or Firefox for better user experience!
  • Writer
    AGA
    AGA
    i want be a writer but also a reader at the sime time. I hope i can find my dream here.
    See more
COUNTLESS
PG-13
0
0
0
121
0

swap_vert

Begenning

Namaku Alicia Yordania. Aku hanya detektiv perempuan muda biasa di negara besar Amerika. Nggak ada yang spesial dari hidupku sampai, ah.... tunggu. Sepertinya ini terlalu biasa. Maaf, aku tidak terbiasa membuat pembukaan yang sangat menarik.

Ini semua berawal ketika aku di tugaskan menjadi penyelidik di sebuah kasus pembunuhan barantai di pseudo Jakarta, mengantikan seniorku yang bernama William karna harus menghadiri upacara pemakaman di San Fransisco tempat kelahirannya selama 2-3 minggu. Jika oleh mengakui aku cukup seram dengan cara pembunuh yang di juluki 'Sǐshén' itu.

Pada awalnya Sǐshén akan menyiksanya, seperti mencabuti kuku atau gigi, kemudian memangkas rambutnya secara asal (hingga merobek kulit kepala), memukulnya korbannya dengan benda tumpul seperti tongkat bisbol, menyuntikkan Epinephrine dalam jumlah banyak, dan setelah melakukan penyiksaan maka Sǐshén akan memenggal kepalanya dalam sekali tebas dengan senjata yang masih kami duga adalah kapak.

Aku dan rekanku Brandon, Ryan, dan Lisa masuk kedalam TKP yang sudah dilingkari garis kuning polisi. TKP kali ini adalah sebuah rumah potong yang sedang tidak beroperasi. Lantainya penuh dengan darah yang hampir mengering, saking banyaknya darah Lisa bahkan mengira bahwa itu adalah warna asli dari keramik yang sebenarnya berwarna cream.

Di tengah ruangan terdapat kursi yang biasa digunakan oleh dokter gigi untuk memeriksa pasiennya. Tubuh korban yang kepalanya sudah berada di lantai tertidur bersama setelan jas putih yang hampir tidak lagi putih.

"Licia, menurut kamu siapa pelakukanya?" Brandon bertanya saat ia berjongkok di depan kepala si korban yang sudah di edintifikasi sebagai seorang produser bernama Harianto Kurnia berumur 32 tahun.

Aku terdian, mataku meneliti setiap sudut ruangan. Kursi, mayat, barang bukti yang sudah di tandai, serta flash dari kamera. "we can't conclude without proof, Mr. Abraham"







favorite
0 likes
Be the first to like this issue!
swap_vert

X