×

Penana
search
Loginarrow_drop_down
Registerarrow_drop_down
Please use Chrome or Firefox for better user experience!
  • Time Remaining
    Submission Closed
My Healer
G
0
0
0
257
0

My Healer

Jam sudah menunjukkan jam 22.35 di kota Seoul. Jane sedang berjalan dengan membawa belanjaan yang ia beli di minimart yang bukan 24 jam sehari. Hampir setip hari jane selalu membeli makanan di minimart dekat rumahnya sejak ia pindah satu minggu yang lalu. Jane baru datang ke Seoul selama satu minggu bukan dengan alasan, hanya saja Jane menginginkannya. Sebelum ini Jane tinggal di New York bersama walinya. Kedua orang tua Jane sudah meninggal saat Jane baru akan masuk SMP. Jane melewati gang yang hari itu sedang gelap karna hari itu lampu jalan disana sedang mati dan penerangan satu saatunya hanyalah cahaya bulan yang sedang purnama.

SSSRRRKKK…

Jane berhenti dan mengalihkan pandangan ke sumber suara.

SSRRKK..

Suara itu terdengar lagi, jiwa Jane yang selalu memiliki rasa penasaran yang sangat besar mendorong Jane untuk menghampiri sumber suara itu. Dengan perlahan Jane berjalan menuju sumber suara itu. Semakin dekat dan lebih dekat lagi terlihat samar di dalam kegelapan ada sepasang kaki yang tubuhnya berada di balik tong besar. Jane berlari menghampiri orang itu yang sudah berlumuran darah di bagian perutnya dan tangan orang itu juga.

“HEY..HEY..” jane mencoba membangunkan orang itu, menamparna, menggoyangkan tubuhnya dan berusaha menekan sumber pendarahannya dengan tangan pria itu. Jane merasakan nafasnya masih ada, syukurlah. Jane melihat lukanya yang terlihat sangat parah.

“oh iya, 911, tapi ini Korea, berapa nomor darurat untuk di korea?” Jane mencoba memanggil nomor darurat tapi ia sadar kalau ini adalah Korea lalu kemudian mencoba mencarinya di internet. “ketemu!” seru Jane. Saat hendak melakukan panggilan Jane dikagetkan dengan seseorang yang menghempaskan ponselnya yang tidak lain adalah orang yang sedang terluka itu. Jane hendak mengambil ponselnya lagi yang terlempar cukup jauh tapi dihentikan oleh pria itu.

“kau terluka! Kalau kau mati bagaimana?!!” Jane meninggikan suaranya berteriak khawatir kepada pria yang sedang sekarat di depannya itu. Jane beruhasa baangun untuk mengambil ponselnya lagi tapi masih ditahan oleh pria itu. “YAA!!!” teriak Jane kepada pria itu lagi “ kau harus diobati segera” teriak Jane lagi tapi tidak ada yang mendengar karena kondisi jalan yang berada di gang kecil yang sepi dan jarang dilewati orang.

“jaangaan… tidak apa-apa” dengan suara parau pria itu melarang Jane. Jane yang mendengarnya berbicara tidak percaya bahwa pria itu menolak untuk ditolong. Tentu dalam keadaan seperti ini Jane tidak bisa menerimanya, Jane merasa pria itu harus segera diobati dan harus selamat. Ketiga kalinya Jane berusaha meraih ponselnya tapi pria itu menarik Jane kepelukannya dan bibir mereka saling bersentuhan dan pria itu meluamt bibir Jane dengan lambut, tangan kirinya melingkar di pinggang Jane dan merapatkan tubuh Jane kepada pria itu lebih rapat dan lebih rapat lagi dan tangan kanannya yang dipakai menahan pendarahan tadi  memegang tengkuk Jane, menahannya agar tidak melepaskan ciuman mereka. Jane berusaha melepaskan diri tapi pria itu terlalu kuat meski sedang dalam keadaan terluka parah, Jane yang merasa usanya untuk melepaskan diri selalu sia sia maka tidak ada jalan lain selain pasrah pada perlakuan pria yang baru ia temui ini dan menutup matanya, Jane berfikir mungkin ini keinginan terakhirnya untuk mencium seseorang sebelum ia meninggal meski normalnya mereka yang hendak meninggal seharusnya mencium orang yang dicintai kan.?. meski begitu Jantung Jane berdebar dengan kencang sejak tadi, ini adalah ciuman pertamanya selama 22 tahun kehidupannya. Malangnya nasib Jane yang harus memberikan ciuman peramanya kepada orang yang akan meninggal, semoga setelah ini ia tidak dihantui oleh arwahnya. Setidaknya itu lah yang ada di fikiran Jane saat ini.

Ciuman terus berlanjut dan pelukan pria itu masih sangat erat. Pria itu melumat bibir Jane dengan perlahan tapi pasti dan Jane melakukan hal yang sama sambil masih memejamkan matanya. Menyadari ciumannya dibalas oleh Jane, pria itu membuka matanya dan meliaht wajah Jane yang begitu dekat terpapar oleh sinar bulan yang sudah sampai menerangi mereka berdua dan kamudia perlahan melepaskan pegangannya di tengkuk Jane dan beralih memeluk Jane dengan lebih erat.

Beberapa saat kemudian pria itu melepas ciuman mereka dan menapat Jane dengan wajah datar. Jane yang masih memejamkan mata perlahan membuka matanya dan melihat ke wajah pria itu, dengan sedikit kaget karna wajah pria itu terlihat dengan jelas Jane segera memejamkan matanya lagi sambil bergumam ketakutan “apa dia mati sambil membuka matanya, bagaimana iniii”. Pria itu tersengum tipis mendengan perkataan Jane yang mengira dia sudah mati. Jane memberanikan diri membuka matanya lagi dan menscan setiap sudut wajah pria itu dan mencoba membuat mata pria itu untuk terpejam sambil mengatakan “beristirahatlah dengan tenang” tapi pria itu tidak memejamkan matanya. Jane merasa ketakutan sekali karna ia fikir sekarang ini dia sedang bersama tubuh yang sudah tidak bernyawa sendirian. Saat Jane berusaha melepaskan diri dari pelukan pria yang Jane kira sudah meninggal itu, pria itu berbicara pada Jane “aku belum mati” sontak saja Jane kaget dan memperhatikan ulang wajahnya yang tidak terlihat pucat sama sekali, menurut Jane wajahnya memang tidak pucat seperti kebanyakan orang meninggal yang pernah Jane lihat. Jane memastikannya dengan meraba leher pria itu dan benar saja suhu tubuhnya masih hangat. Jane lege mengetahui bahwa pria itu masih hidup tapi dia ingat bahwa pria itu sedang terluka dan segera membutuhkan pengobatan.

“lepas, aku harus segera menelpon ambulan, kau terluka sangat parah” Jane berusaha mencoba melepaskan diri dari pelukan pria itu tapi tetap gagal karna pria itu tidak mau melepas Jane “Kalau kau benar benar mati bagaimana?” Jane meninggikan suaranya lagi kepada pria itu.

“tidak akan” jawab pria itu sambil menatap Jane dengan tatapannya yang datar. Jane tidak habis fikir dengan orang aneh ini yang tidak mau diobati tapi malah bilang dia tidak akan mati. Jane baru sadar bahwa suaranya tidak parau seperti saat ia datang kemudian Jane memperhatikan wajah pria itu sekali lagi dan benar saja wajahnya tidak terlihat seperti orang kesakitan lagi atau bahkan hampir mati.

“kenapa” menyadari dirinya diamati oleh Jane pria itu mengalihkan tatapannya pada Jane yang terlihat kebingungan.

“kau benar benar terluka kan?” Tanya Jane kepada pria itu untuk meyakinkan diri

“kau tadi lihat sendiri kan” jawab pria itu

Jane melihat kearah tangan kirinya yang digunakan untuk menahan pendarahan dan perlahan melepaskannya, ada sebuah peluru ditangannya yang Jane yakini itu tadi tidak ada. Jane merasa bingung dengan situasi ini, untuk memastikannya lagi Jane membuka sebagian baju yang menutupi lukanya dan disana masih ada luka yang memang seperti bekas luka yang ditimbulkan oleh peluru itu dan lukanya terlihat cukup dalam. Pria itu hanya diam dengan yang dilakukan Jane dan tetap memegangin pinggang Jane. Jane melihat peluru itu dan beralih menatap pria itu dan pria itu juga menatap Jane dan mengambil peluru itu dan memasukkannya ke kantong pakaiannya.

“kau…tidak mau kerumah sakit? Kalau begitu aku akan mengantarmu pulang” meski masih tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi dan meski memikirkannya pun akan hanya membuat sakit kepala saja, Jane merasa setidaknya harus memindahkan pria itu ke tempat yang lebih baik, tidak di tempat yang kotor seperti ini.

“rumahku jauh dari sini”

“kalau begitu kerumahku, jaraknya tidak jauh dari sini, mau tidak mau kau harus mau, kalu tidak mau kau harus kerumah sakit” Jane memapah pria itu untuk menuju kerumahnya, pria itu tidak melakukan penolakan sama sekali dan menuruti Jane.

Sesampainya dirumah Jane. Jane mendudukkan pria itu di sofa dan meninggalkannya kemudian kembali lagi dengan membawa baju bersih yang ditujukan untuk pria itu. “ganti bajumu dengan ini, aku mau masak, katakana padaku kalau sudah selesai” Jane memberikan baju itu dan meninggalkannya kedapur. Pria itu mengganti pakaiannya dengan pakaian yang diberikan Jane, kemudian Jane datang dengan membawa sebaskom air hangat dan handuk dan meletakkannya di meja. “angkat bajumu” Jane meminta pria itu mengangkat pakaiannya, Jane membasuh handuk dengan air hangat yang ia bawa dan membasuhkannya ke tubuh pria itu yang kotor oleh darahnya sendiri.

“kenapa kau menolongku?” Tanya pria itu kepada Jane.

“karna kau butuh pertolongan” jawab Jane “apa yang harus kulakukan dengan lukanya, aku tidak punya peralatan medis” seru Jane dengan khawatir. Jane selesai mebasuh tubuh pria itu dan berniat untuk membeli peralatan medis yang dibutuhkan.

“kau bahkan tidak tahu namaku”

“siapa namamu?”

“Kris”

“sekarang aku tahu namamu”

“kau tunggu disini, aku mau ke apotek dulu” Jane hendak bangun dan pergi tapi Kris memengang tangannya dan tidak mengizinkan pergi lagi. “kalau lukamu tidak diobati, tidak akan cepat sembuh!!”

“ini akan sembuh besok” Kris tetap teguh pada pendiriannya tidak mau diobati. Meski Kris mengatakan lukanya akan sembuh dalam satu jam pun menurut Jane jika tidak diobati seperti yang seharusnya maka luka itu tidak akan sembuh dalam waktu cepat bahakan meski sudah diobati.

“aku ingin lukamu segera sembuh, jadi harus diobati!!!” Jane juga tetap teguh pada pendiriannya untuk mengobati luka Kris. Jane yang hampir habis kesabarannya berusaha melepaskan tangannya dari genggalam pria itu. Tapi kemudian Kris menarik tubuh Jane kepelukannya dan menciumnya lagi. Jane berusaha menolak dan melepaskan diri dari Kris tapi usahanya gagal karena Kris cukup kuat. Kris melepaskan ciumannya dan menatap Jane yang memasang raut wajah marah. “lepas” piinta Jane dengan masih merasa marah.

“kau bilang ingin lukaku segera sembuh, aku akan memberimu pilihan, kau ingin lukaku sembuh dalam sepuluh menit, tengah malam ini atau besok pagi?” ucap Kris kepada Jane dengan bebisik langsung ke depan telinga Jane.

Merasa dipermainkan dengan perkataan Kris barusan, Jane merasa sangat kesal dan marah dan menjawab tanpa berfikir panjang “aku ingin luka itu sembuh dalam sepuluh menit, mungkinkah? Aku rasa tidak”

Kris menempatkan tubuh Jane dibawahnya dan melumat bibirnya dengan lembut, Jane yang shock dengan perlakuan Kris berusaha untuk mepaskan diri tapi seperti usahanya yang sebelum sebelumnya, usaha itu gagal dan Kris masih tetap melumat bibir Jane dengan lembut. Jane yang tadi memaksa untuk lepas dari Kris perlahan mulai tenang dan pasrah. Setelah Jane tenang, Kris melepaskan lumatannya dan menatap mata Jane dalam-dalam. “sudah tenang?” Tanya Kris, Jane menjawab dengan anggukkan. “dimana kamarnya?” Tanya Kris lagi. Jane beranjak dan berjalan menuju kamarnya sementara Kris mengikuti dibelakang. Setelah memasuki kamar yang dituju Jane terlihat ada satu tempat tidur single. Jane mengeluarkan selimut dari lemari dan membawanya keluar kamar. Dan kembali lagi menghampiri Kris yang masih berdiri memberhatikan gerak gerik Jane.

“kau tidur dikamar, aku  tidur di sana” ucap Jane

Kris menarik tangan Jane dan menghempaskan Jane ke ranjang kemudian Kris berbaring di samping Jane sambil memluknya dengan erat. Jane berusaha melepaskan diri lagi dan lagi tapi tetap saja Jane tidak bisa lepas dari Kris. “what are u doin Kris? huuhh?? Aku lelah, aku mau tidur, aku sama sekali tidak mengerti apa maumu, kau tidak mau diobati dan malah terus mengatakan lukanya akan sembuh besok dan sekarang kau mempermainkan ku?” Jane meronta dan ingin melepaskan diri.

“aarghhh”

Jane berhenti meronta menyadari kesalahnnya. “kau tidak apa-apa?”

“menurutmu? Arrghh” kata Kris dengan masih kesakitan

“maaf”

“umurmu berapa?” –Kris

“apa itu penting sekarang? Kau bilang ingin tidur kan?” –Jane

“umurmu berapa?” Kris mengulangi pertanyaannya lagi, Jane menoleh ke arang Kris yang ada dibelakanganya “umurmu berapa?” ketiga kalinya Kris melontarkan peertanyaan yang sama.

“23” Jane menjawab sambil mengatur posisi tubuh seperti semula. Lama mereka terdiam, Jane menolehkan pandangannya lagi kepada Kris yang masih memeluknya dari belakang dan ternyata masih terjaga. Jane membalikan tubuhnya untuk menghadap Kris sepenuhnya lalu menatap Kris dengan penuh pertanyaan di kepalanya.

“kenapa belum tidur?” Tanya Kris

“kau sendiri kenapa belum tidur?” Jane balik bertanya

“sebentar lagi tidur, kau kenapa menatapku seperti itu?”

“jujur saja, dari awal bertemu denganmu tadi sampai sekarang aku masih tidak mengerti apa yang sebenarnya kau lakukan dan apa yang kau inginkan. Kau terluka tapi tidak mau kerumah sakit dan bahkan tidak mau diobati. Kau tiba-tiba menciumku yang bahkan belum sampai 10 menit saat kita bertemu dan sekarang kau ingin tidur denganku. Tidak ada satupun hal yang kau lakukan yang berhubungan dengan mengobati lukamu itu tapi kau terus bilang lukanya akan sembuh besok. Saat aku mulai kesalpun kau malah memberiku pilihan yang tidak masuk akal. Aku sama sekali tidak mengerti” jelas Jane dengan panjang lebar. Tapi Kris memperhatikan setiap kata yang keluar dari mulut Jane dan terus memandang wajah Jane yang sedang menjelaskan keluh kesahnya.

“untuk sekarang, tidur saja” –Kris

Jane yang sudah hilang kesabaran mendengar respon Kris berteriak “WHAT DA FAK!!!” sambil mendorong kris sampai terjatuh dari ranjang dan Jane meninggalkannya untuk tidur di luar kamar. Kris hanya memandang Jane yang berjalan meninggalkannya.

“harusnya aku tinggalkan saja dia disana” gumam Jane

Di pagi hari

Jane terbangun dan menyadari ada orang yang menggenggam tangannya, orang itu masih tertidur di samping Jane dan separuh badannya berada di lantai. Jane melepas genggamannya perlahan agar Kris tidak terbangun lalu menyelimutinya. Saat hendak menyelimutinya Jane meliahat perut Kris yang sedikit terlihat dan Jane ingat itu daerah tempat luka Kris semalam tapi saat ini tidak ada luka sedikitpun, untuk memastikan Jane mengangkat sedikit lagi baju Kris tapi Jane tidak menemukan goresan sedikitpun, kulitnya mulus tanpa luka bahkan segores pun tidak ada.

“IT’S GONE!!!” reflex Jane berteriak dan membangunkan Kris yang masih tidur

“what!! What!! Why?!!” –Kris langsung terbangun dan menatap Jane

“lukamu hilang, benar-benar hilang” seru Jane dengan perasaan senang tapi juga bingung

“huuhh… kirain apaan” –Kris

“bagaimana bisa, jelaskan sekarang juga!!!”

Kris terdiam, Jane tidak mengalihkan pandangannya sedikitpun dari Kris

“mmhh bau gosong apa ini?” Kris merusaha mengalihkan pembicaraan

“aku bahkan belum beranjak dari sini, makhluk apa kau sebenarnya?” –Jane

Pertahanan Kris hancur oleh Jane yang sangat gigih untuk mencari jawaban atas rasa ingintahunya dan juga atas kejadian yang tidak masuk akal yang baru saja ia alami ini.

“baiklah, pertama aku adalah manusia tapi aku dari klan yang berbeda dari kalian, klan kami disebut dengan Gifted karena masing masing dari anggota klan kami memiliki keistimewaan. Keseharian kami sama seperti orang-orang. Kami bisa terluka dan sakit, dan cara kami menyembuhkan diri adalah dengan melakukan kontak fisik dengan orang lain yang UnGifted. Semakin intim kontak fisiknya maka waktu penyembuhannya semakin cepat. Kau paham sekarang?” Jelas Kris

“aku rasa aku mengerti, dan soal pilihan itu 10 menit = ciuman, 1-2 jam = pelukan, semalaman = berpegangan tangan, begitukan?” –Jane

“bukan! Ingat, lebih intim maka lebih cepat” –Kris

“kalau bukan begitu berartiii… DAMN!!!”*you know what I mean ’10 menit = sex, 1-2 jam = kissing, semalaman = berpelukan dan berpegangan tangan’* Jane melirik Kris yang tersenyum nakal sambil menatap Jane, Jane langsung memukuli Kris dengan bantal sambil berteriak “KAU GILA YA!! KENAPA MEMBERIKAN PILIHAN YANG TIDAK JELAS BEGITU HAAHH!!! KITA BAHAKAN BARU BERTEMU KURANG DARI DUA JAM!!” Jane terus memukul Kris dengan bantal lalu setelah mendengar ocehan Jane, Kris kabur ke kamar sebuah ruangan kecil yang merupakan kamar mandi di rumah itu. Jane terus menggedor pintunya sampai ia merasa lelah, beruntung Jane belum sarapan jadi ia cepat lelah dan mengurungkan niatnya memburu Kris lalu pergi ke dapur untuk menyiapkan makanan.

Merasa sudah tidak terancam, Kris keluar kamar mandi dan menghampiri Jane perlahan dan waspada dengan Jane. Saat ini Jane tidak ada tenaga lagi untuk melakukan hal lain selain memasak untuk sarapan jadi Kris bisa bernafas lega.

“harusnya aku lakukan saja saat dia memintanya” gumam Kris

“APA?!!” –jane

“eohh.. boleh aku pinjam ponselmu, aku menghilangkan milikku” –Kris

“disana, 1-9-4-5” –Jane menunjuk ke kursi dekat tempat ia tidur semalam

Kris mengambil ponsel Jane lalu menghubungi seseorang yang tidak Jane tau lalu masuk ke toilet. Jane melanjutkan kegiatannya menggoreng enam butir telur dan beberapa sosis. Saat makanan sudah siap datang seseorang wanita yang Jane kenal dengan nama Ramsey memasuki tempat Jane dan duduk di depan meja tempat Jane meletakkan makanan mereka. *tikoro lempeng iye jalma the*

“Jane, what are u wearing? Biasa juga cuman pakai panties dan t-shirt aja” seru Ramsey

Jane membulatkan matanya takut perkataan Ramsey terdengar oleh Kris yang masih di toilet

“hahaha… aku juga berpakaian seperti ini saat tidur” –Jane

“mungkin iya, saat aku sedang tidak bersamamu, berarti sekitar lima kali dalam lima tahun ini” –Ramsey

“hahaha.. just eat this” Jane memberikan sepiring makanan kepada Ramsey

“kenapa ada tiga piring?”

“temanku datang” –Jane

“temanmu yang mana?”

Kris keluar dari toilet dan mengembalikan ponsel Jane yang ia pinjam lalu duduk bergabung dengan Jane dan Ramsey.

“Hi, namaku Kris”

“Ramsey. Sejak kapan kalian berteman?”

“Sembilan..” –Jane

“oohh.. Sembilan tahun yang lalu”

“Sembilan Jam yang lalu” –Kris

“iyap, dan aku punya alasan” –Jane

Ramsey mebulatkan matanya dan terliaht agak shock mengetahui Jane bisa membawa pulang pria yang baru dia kenal semalam.

“I know you must had a reason. Jadi kita bahas nanti saja, sekarang aku akan memberitahukan bahwa Roman dan Tej menemukan rumah yang cukup bagus untuk kita ditinggali di Bangkok”

“benarkah?” Jane sangat antusias dengan informasi ini

“ya.. dan kita bisa pindah dalam dua hari” lanjut Ramsey

“ohoo… bagus sekali, aku harus mulai mengepack barang” –Jane

“aku rasa kau hanya akan mengepak sedikit, kau bahakan hampir tidak mengeluarkan barang-barangmu disini” –Ramsey

“hahaha.. kau benar”-Jane

Kris hanya menghabiskan makanannya sambil mendengarkan pembicaraan Jane dan Ramsey. Setelah selesai makan, Kris pamit untuk pergi meninggalkan Jane dan Ramsey.


Seperginya Kris, Jane mulai membereskan barang bawaannya yang akan ia bawa untuk pindah ke Bangkok, memang tidak terlalu banyak yang ahrus di berekan karena Jane bahkan tidak mengeluarkan sebagian besar barang-barangnya saat pindah ke tempat ini. Meski begitu Jane tetap ingin bersiap lebih awal. Tidak sampai sehari semuanya sudah selesai di packing dan siap untuk dibawa pergi.


Dimalam harinya Jane seperti biasa pergi ke minimart di ujung jalan rumahnya dan membeli beberapa makanan ringan dan minuman. Di perjalanan pulang Jane melewati tempat ia bertemu dengan Kris, hari ini tempat itu sudah terang karna lampunya sudah diganti dengan yang baru. Jane menghentikan langkahnya dan melihat kearah tempat Kris yang sekarat dengan tatapan datar, tidak tahu apa yang difikirkan Jane saat melihat tempat itu. Dia melakukannya selama 5 menit dan kembali melanjutkan perjalanannya untuk pulang.


Sesampainya dirumah pintu terbuka dari dalam


"Jane, we need to go now, Dom needs us!!!"


Mendengar penytaan Ramsey, Jane bergegas untuk pergi dengannya, barang-barang Jane sudah di pack oleh Ramsey dan segera dimasukkan ke mobil kemudian mereka pergi entah kemana.


***


Beberapa hari setelah kepergian Jane.


*untuk selanjutnya adalah berita dari mancanegara, tepatnaya  adalah dari Rusia sekelompok orang menjadi boronan negara Rusia karena berhasil menghancurkan laboratoriom nasional dan mencuri salah satu alat yang merupakan penemuan terbaik para ilmuan Rusia, tidak diketahui alat macam apa yang telah dicuri Namun yang pasti adalah keseluruhan anggota tim yang belum tertangkap telah masuk pada Top10 orang paling dicari di seluruh negara. Diakhir acara akan di tampilkan siapa saja kesepuluh orang-orang ini. Demikian berita yang kami sampaikan. Selamat siang dan sampai jumpa* [BERITA]


"ini dokumen yang anda minta pak" -sek Zhou


Kris yang sedang asyik menonton berita mengalihkan pandangannya dan membaca sebuah dokumen pemberian sekertarisnya itu.


"kau pulang duluan saja, aku ada acara lain setelah ini dan akan menyetir mobil sendiri" -Kris

"Baiklah kalau begitu, saya permisi" sek Zhou pergi meninggalkan ruangan Kris.


Kris kembali mengalihkan perhatiannya pada televisi, seketika matanya membulat dan terpaku dengan yang ditampilkan di televisi adalah gambar seseorang yang ia kenal dan gambar berikutnya juga seseorang yang pernah ia temui bersamaan dengan orang sebelumnya. Kris mematikan televisinya dan menelpol sekertarisnya tadi.

"Halo"

"..."

"aku ingin kau mencari tahu tentang seseorang, aku akan mengirimkan fotonya"

"..."

"baik, terima kasih"

Kris merasa tidak percaya dengan apa yang telah ia lihat otaknya penuh dengan nama Jane. Tapi kenapa juga dia harus peduli, mereka bahakan hanya bertemu semalam tapi perasaannya terus mengkhawatirkan Jane. Kris memikirkan setiap kemungkinan yang menimpa Jane dan kemungkinan itu selalu berakhir buruk.


Jane, seorang wanita yang ditemui Kris selama kurang dari 12 jam tapi sudah membuat fikiran pria ini kacau karna melihat wanitanya mengalami masalah.


Keesokan harinya 17.00 pm


Sekertaris Zhou memasuki ruangan Kris


"ini adalah riwayat hidup dari Nona Jane, Lahir dan tumbuh di Jepang, pindah ke US karna kedua orangtuanya dan kakaknya meningal dunia, reputasinya selama ini lumayan, di kalangan teman-temannya di Tokyo dia dijuluki 'Queen' karna bisa seimbang melawan DK" jelas sek Zhou

"Queen? DK? apa yang mereka lakukan?" -Kris

"balap mobil" sek Zhou

"balap mobil.?!" -Kris

"iya, dan orang orang yang dia sebut keluarga adalah kriminal yang menjadi buronan Rusia saat ini, setidaknya itu yang tercantum di akunn sosial medianya" se Zhou menunjukka postingan gambar Jane dan keluarganya dengan caption 'my beloved family' dan beberapa postingan kebersamaan keluarga Jane lainnya. "sekitar dua minggu lalu dia datang ke Korea selataan untuk mwndemonstrasikan salah satu metode perang di pangkalan militer negara itu" sek Zhou melanjutkan penjelasan terakhirnya. “mungkin dia juga seorang gifted”

“bukan” kris dengan sigap menyanggah pernyataan sek Zhou sementara

sek Zhou merasa bingung, berdasrkan data yang ia dapatkan Jane adalah orang yang jenius dan mempunyau reputasi yang bagus di lingkungannya dan hampir sempurna sebagai seorang manusia. “kenapa menurut anda begitu”

“aku bertemu dengannya do Seoul kemarin, dia bisa mebuat lukaku sembuh” –Kris

“apa? Anda terluka? Kenapa anda tidak member tahu saya? Siapa yang melukai anda?” –sek Zhou

“bukan masalah besar, hanya seseorang pencuri, menurutmu apa yang akan terjadi kepada mereka?” –Kris

“pencuri itu harus segera ditangkap, kalau tidak dia akan melukai orang lain juga” –sek Zhou

“maksudku masalah Jane” –Kris

“oohhh… aku tidak yakin, ini bukan masalah yang dapat kita jangkau, sebaiknya kita menuggu saja berita selanjutnya, daaann… hari malam ini anda ada jadwal makan malam dengan Nona Luo” –sek Zhou

Kris menghembuskan nafas berat dengan kalimat terakhir yang dikatakan sek Zhou. Pertemuannya mala mini dalah rencana dari kedua orang tua mereka yang berniat menjodohkan Kris dan Luo Xi Yi. Karena ini permintaan kedua orang tuanya, Kris mau tidak mau harus mau hadir. Kris tahu betul apa yang akan dibicarakan wanita yang akan ia temui ini karna beberapa kali mereka diatur untuk bertemu dan setiap pertemuan pasti topic yang dibicarakan adalah soal bagaimana wanita ini dapat meraih kesuksesan sebagai designer dan wanita ini sealu menyombongkan dirinya sendiri. Dan benar saja, persis seperti yang Kris duga wanita itu melakukannya, Kris merasa kepalanya akan pecah mendengar setiap ocehan wanita itu, Kris mencari alasan untuk mengakhiri penderitaan ini dan beruntung cara yang dia lakukan berhasil. Kris pun pergi meninggalkan wanita itu pulang.


Dua bulan kemudian

Kris sedang berjalan di sekitaran Shi Lin Night Market, disepanjang jalan banyak yang menjual makanan enak dan menggiurkan. Kris membeli beberapa jenis makanan untuk camilan malamnya di Hotel. Merasa makanan yang dia beli sudah cukup, Kris bergegas kembali ke Hotel tempat ia menginap. Di gerbang pasar ada seseorang yang menghentikan langkah kris dengan memegang tangannya, kris membalikkan badannya dan mendapati orang yang menghentikan langkahnya adalah orang yang ia kenal. Dengan senyuman termasis yang ia miliki Jane menatap Kris yang terkejut dengan siapa yang dia lihat.

“boleh aku minta nomor mu?” Jane dengan masih memasang senyuman manisnya

“Jane?” Kris memastikan dengan penglihatannya bahwa dia adalah orang yang Kris kenal.

Kris mengajak Jane ke tempat dia menginap selama di Taipei, selama diperjalanan Jane menanyakan banyak hal.

“kenapa ke Hotel?” –jane

“aku tinggal disini” –Kris

“kapan kau pulang ke Korea?” –Jane

“mungkin nanti kalau ada pekerjaan lagi” -Kris

“jadi rumahmu bukan di Korea? Trus dimana?” –Jane

“kau itu memang selalu banyak bertanya ya?” –Kris

“Jawab saja!” –Jane

“baiklah, rumahku sebenarnya di Beijing” - Kris

Meski agak malas, Kris tetap menjawab setiap pertanyaan Jane.

“kau bilang ada yang ingin dibicarakan?” –Kris

“nanti saja kalau sudah sampai” –Jane

Pintu lift terbuka tept di lantai 15, Jane dan Kris berjlana melewati dua pintu kamar dan sampa di pintu ke tiga Kris menghentikan langkahnya dan mengeluarkan Kunci. Pintu pun terbuka, ketika hendak masuk Jane dan Kris dikagetkan dengan seseorang yang sepertinya memanggil Kris.

“Boss!!”

Kris menoleh kea rah sumber suara

“apa?” –Kris

“eeoh?!!” Orang itu menunjuk ke arah Jane dengan ekspresi kaget “Boss!! Dia kan..”

“iya” belum sempat Zhou menyelesaikan kalimatnya Kris langsung menjawab seolah tahu apa yang ditanyakan tapi kenyataanya Kris memang sudah tahu karna Kris merupakan salah saku Klan Gifted yang bisa membaca fikiran orang, tapi kemampuannya ini tidak berfungsi sama sekali kepada Jane.

“Jane, aku beri tahu ya dia ini sebenarny….mmm” lagi lagi Memotong pembicaraan dengan menyumpal mulut Zhou dengan bapao yang dia beli tadi

“makan ini dan kembali ke kamar!”

Tentu saja Zhou menuruti perkataan Kris, selain bosnya Kris juga adalah sahabatnya sejak kecil. Dia faham kalau sekarang Kris tidak ingin diganggu dan pergi ke kamarnya sendiri dan menikmati makanan yang diberikan Zhou.

Jane sedikit bingung dengan perkataan Zhou tadi.

“bagaimana dia tahu namaku?” Tanya Jane keheranan

“kau… kau itu ada di berita di seluruh stasiun televise dua bulan lalu” –Kris

“oohh” dengan santai tanpa dosa Jane merespon pernyataan Kris

“bagaimana kau bisa menjadi buronan sebuah Negara dan dlaam waktu singkat membuat mereka membebaskan kalian?” Tanya Kris

“hmmm…bisa dibilang kami sudah menyelamatkan dunia, hahaha” –Jane

Tidak percaya dengan pernyataan Jane, Kris menatap Jane dengan ekspresi datar.

Menyadari tidak ada respon dari Kris, Jane menghentikan tawanya dan suasana menjadi hening

“kau bilang ada yang ingin dibucarakan”-Kris

“eohh.. iya” Jane sedikit tersentak lalu secara reflex menghabiskan segelas air dengan sekali teguk

Jane merasa sangat gugup, ditambah Kris yang memasang ekspresi datar yang Jane tidak tahu kenapa.

“a..aku.. aku sudah lama memikirkanya, dan aku rasa aku harus mengatakannya segera saat bertemu denganmu aku takut jika menundanya maka akan sulit untukku mengatakannya” Jane menatap mata Kris “aku menyukaimu, aku menyukaimu Kris, aku tidak tahu kenapa jadi jangan Tanya, yang aku tahu hanya aku menyukaimu”

Hening

Kris tidak mengalihkan pandangannya dari Jane. Jane yang merasa tidak sanggup lagi menatap Kris kini menundukkan kepalanya.

“aku mau ke Toilet, dimana toiletnya?”  -Jane

Kris menunjuk kearah toilet dan Jane pun bergegas ke toilet

Jane membasuh wajahnya dengan air dingin untuk menyegarkan diri karna saking gugupnya.

“bagaimana kalau dia monalakku, aahh tapi setidaknya aku sudah mengatakan apa yang ingin aku katakana dan aku tidak ingin menyesal karna tidak mengatakan apapu kaan…” gumam Jane dalam hatinya sambil terus membasuh wajahnya.

Jane mengeringkan wajahnya dengan handuk bersih yang ada disana, saat sedang menutupi wajahnya dengan handuk tiba tiba ada yang masuk dan dan orang itu memeluk Jane dari belakang. Jane melepas handuk diwajahnya dan melihat dari cermin orang yang memeluknya adalah Kris. Kris menenggelamkan wajahnya di pundak Jane, hembusan nafasnya Jane rasakan begitu hangat. Jantung Jane berdegup sangat kencang sampai Jane berfikir mungkin mendengarnya.

“Kris? Apa yang kau lakukan?”

“kau sekarang milikku!” seru Kris dengan suara rendah

“kau juga menyukaiku?” –Jane

“hmm…ayo kita menikah saja!”

Jane mengembangkan senyumnya karna mendengar pernyataan Kris

“baiklah, ayo kita menikah, hehehe” Seru Jane bahagia

“aku akan membuatmu kelelahan malam ini” –Kris

Jane melepas pelukan Kris dan sedikit menjaga jarak

“wohoo..what do you mean?” –Jane

“you know what I mean” –Kris

“NO!! NAH!! NOT TODAY!!!” –Jane

“aku tidak bisa menunggu sampai kita menikah!” –Kris

“NO!!!” Jane perlahan mundur meninggalkan Kris dan berusaha untuk kabur tapi gagal karna Kris langsung menarik tangan Jane mendekat kembali dan menggendongnya ke tempat tidur lalu dilemparlah si Jane ke kasur dan Kris berada di atas Jane.

“GOD DAMN!!! I SAID NOT NOW!!!”

“tetaplah disini malam ini, aku rindu” –Kris

“kalau hanya tidur aku tidak keberatan” –Jane

Kris mengubah posisinya menjadi di samping Jane lalu menarik Jane kepelukannya.


Kris dan Jane melangsungkan pernikahan di Beijing dengan dihadiri seluruh anggota keluarga tan teman-teman Kris dan Jane. Tentu sebelum mereka menikah Kris sudah membatalkan perjodohannya dengan Luo Xi Yi dan dia tidak keberatan karena ternyata Luo Xi Yi juga sebenarnya mempunyai Pacar.


~SELESAI~

My Healer

Jam sudah menunjukkan jam 22.35 di kota Seoul. Jane sedang berjalan dengan membawa belanjaan yang ia beli di minimart yang bukan 24 jam sehari. Hampir setip hari jane selalu membeli makanan di minimart dekat rumahnya sejak ia pindah satu minggu yang lalu. Jane baru datang ke Seoul selama satu minggu bukan dengan alasan, hanya saja Jane menginginkannya. Sebelum ini Jane tinggal di New York bersama walinya. Kedua orang tua Jane sudah meninggal saat Jane baru akan masuk SMP. Jane melewati gang yang hari itu sedang gelap karna hari itu lampu jalan disana sedang mati dan penerangan satu saatunya hanyalah cahaya bulan yang sedang purnama.

SSSRRRKKK…

Jane berhenti dan mengalihkan pandangan ke sumber suara.

SSRRKK..

Suara itu terdengar lagi, jiwa Jane yang selalu memiliki rasa penasaran yang sangat besar mendorong Jane untuk menghampiri sumber suara itu. Dengan perlahan Jane berjalan menuju sumber suara itu. Semakin dekat dan lebih dekat lagi terlihat samar di dalam kegelapan ada sepasang kaki yang tubuhnya berada di balik tong besar. Jane berlari menghampiri orang itu yang sudah berlumuran darah di bagian perutnya dan tangan orang itu juga.

“HEY..HEY..” jane mencoba membangunkan orang itu, menamparna, menggoyangkan tubuhnya dan berusaha menekan sumber pendarahannya dengan tangan pria itu. Jane merasakan nafasnya masih ada, syukurlah. Jane melihat lukanya yang terlihat sangat parah.

“oh iya, 911, tapi ini Korea, berapa nomor darurat untuk di korea?” Jane mencoba memanggil nomor darurat tapi ia sadar kalau ini adalah Korea lalu kemudian mencoba mencarinya di internet. “ketemu!” seru Jane. Saat hendak melakukan panggilan Jane dikagetkan dengan seseorang yang menghempaskan ponselnya yang tidak lain adalah orang yang sedang terluka itu. Jane hendak mengambil ponselnya lagi yang terlempar cukup jauh tapi dihentikan oleh pria itu.

“kau terluka! Kalau kau mati bagaimana?!!” Jane meninggikan suaranya berteriak khawatir kepada pria yang sedang sekarat di depannya itu. Jane beruhasa baangun untuk mengambil ponselnya lagi tapi masih ditahan oleh pria itu. “YAA!!!” teriak Jane kepada pria itu lagi “ kau harus diobati segera” teriak Jane lagi tapi tidak ada yang mendengar karena kondisi jalan yang berada di gang kecil yang sepi dan jarang dilewati orang.

“jaangaan… tidak apa-apa” dengan suara parau pria itu melarang Jane. Jane yang mendengarnya berbicara tidak percaya bahwa pria itu menolak untuk ditolong. Tentu dalam keadaan seperti ini Jane tidak bisa menerimanya, Jane merasa pria itu harus segera diobati dan harus selamat. Ketiga kalinya Jane berusaha meraih ponselnya tapi pria itu menarik Jane kepelukannya dan bibir mereka saling bersentuhan dan pria itu meluamt bibir Jane dengan lambut, tangan kirinya melingkar di pinggang Jane dan merapatkan tubuh Jane kepada pria itu lebih rapat dan lebih rapat lagi dan tangan kanannya yang dipakai menahan pendarahan tadi  memegang tengkuk Jane, menahannya agar tidak melepaskan ciuman mereka. Jane berusaha melepaskan diri tapi pria itu terlalu kuat meski sedang dalam keadaan terluka parah, Jane yang merasa usanya untuk melepaskan diri selalu sia sia maka tidak ada jalan lain selain pasrah pada perlakuan pria yang baru ia temui ini dan menutup matanya, Jane berfikir mungkin ini keinginan terakhirnya untuk mencium seseorang sebelum ia meninggal meski normalnya mereka yang hendak meninggal seharusnya mencium orang yang dicintai kan.?. meski begitu Jantung Jane berdebar dengan kencang sejak tadi, ini adalah ciuman pertamanya selama 22 tahun kehidupannya. Malangnya nasib Jane yang harus memberikan ciuman peramanya kepada orang yang akan meninggal, semoga setelah ini ia tidak dihantui oleh arwahnya. Setidaknya itu lah yang ada di fikiran Jane saat ini.

Ciuman terus berlanjut dan pelukan pria itu masih sangat erat. Pria itu melumat bibir Jane dengan perlahan tapi pasti dan Jane melakukan hal yang sama sambil masih memejamkan matanya. Menyadari ciumannya dibalas oleh Jane, pria itu membuka matanya dan meliaht wajah Jane yang begitu dekat terpapar oleh sinar bulan yang sudah sampai menerangi mereka berdua dan kamudia perlahan melepaskan pegangannya di tengkuk Jane dan beralih memeluk Jane dengan lebih erat.

Beberapa saat kemudian pria itu melepas ciuman mereka dan menapat Jane dengan wajah datar. Jane yang masih memejamkan mata perlahan membuka matanya dan melihat ke wajah pria itu, dengan sedikit kaget karna wajah pria itu terlihat dengan jelas Jane segera memejamkan matanya lagi sambil bergumam ketakutan “apa dia mati sambil membuka matanya, bagaimana iniii”. Pria itu tersengum tipis mendengan perkataan Jane yang mengira dia sudah mati. Jane memberanikan diri membuka matanya lagi dan menscan setiap sudut wajah pria itu dan mencoba membuat mata pria itu untuk terpejam sambil mengatakan “beristirahatlah dengan tenang” tapi pria itu tidak memejamkan matanya. Jane merasa ketakutan sekali karna ia fikir sekarang ini dia sedang bersama tubuh yang sudah tidak bernyawa sendirian. Saat Jane berusaha melepaskan diri dari pelukan pria yang Jane kira sudah meninggal itu, pria itu berbicara pada Jane “aku belum mati” sontak saja Jane kaget dan memperhatikan ulang wajahnya yang tidak terlihat pucat sama sekali, menurut Jane wajahnya memang tidak pucat seperti kebanyakan orang meninggal yang pernah Jane lihat. Jane memastikannya dengan meraba leher pria itu dan benar saja suhu tubuhnya masih hangat. Jane lege mengetahui bahwa pria itu masih hidup tapi dia ingat bahwa pria itu sedang terluka dan segera membutuhkan pengobatan.

“lepas, aku harus segera menelpon ambulan, kau terluka sangat parah” Jane berusaha mencoba melepaskan diri dari pelukan pria itu tapi tetap gagal karna pria itu tidak mau melepas Jane “Kalau kau benar benar mati bagaimana?” Jane meninggikan suaranya lagi kepada pria itu.

“tidak akan” jawab pria itu sambil menatap Jane dengan tatapannya yang datar. Jane tidak habis fikir dengan orang aneh ini yang tidak mau diobati tapi malah bilang dia tidak akan mati. Jane baru sadar bahwa suaranya tidak parau seperti saat ia datang kemudian Jane memperhatikan wajah pria itu sekali lagi dan benar saja wajahnya tidak terlihat seperti orang kesakitan lagi atau bahkan hampir mati.

“kenapa” menyadari dirinya diamati oleh Jane pria itu mengalihkan tatapannya pada Jane yang terlihat kebingungan.

“kau benar benar terluka kan?” Tanya Jane kepada pria itu untuk meyakinkan diri

“kau tadi lihat sendiri kan” jawab pria itu

Jane melihat kearah tangan kirinya yang digunakan untuk menahan pendarahan dan perlahan melepaskannya, ada sebuah peluru ditangannya yang Jane yakini itu tadi tidak ada. Jane merasa bingung dengan situasi ini, untuk memastikannya lagi Jane membuka sebagian baju yang menutupi lukanya dan disana masih ada luka yang memang seperti bekas luka yang ditimbulkan oleh peluru itu dan lukanya terlihat cukup dalam. Pria itu hanya diam dengan yang dilakukan Jane dan tetap memegangin pinggang Jane. Jane melihat peluru itu dan beralih menatap pria itu dan pria itu juga menatap Jane dan mengambil peluru itu dan memasukkannya ke kantong pakaiannya.

“kau…tidak mau kerumah sakit? Kalau begitu aku akan mengantarmu pulang” meski masih tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi dan meski memikirkannya pun akan hanya membuat sakit kepala saja, Jane merasa setidaknya harus memindahkan pria itu ke tempat yang lebih baik, tidak di tempat yang kotor seperti ini.

“rumahku jauh dari sini”

“kalau begitu kerumahku, jaraknya tidak jauh dari sini, mau tidak mau kau harus mau, kalu tidak mau kau harus kerumah sakit” Jane memapah pria itu untuk menuju kerumahnya, pria itu tidak melakukan penolakan sama sekali dan menuruti Jane.

Sesampainya dirumah Jane. Jane mendudukkan pria itu di sofa dan meninggalkannya kemudian kembali lagi dengan membawa baju bersih yang ditujukan untuk pria itu. “ganti bajumu dengan ini, aku mau masak, katakana padaku kalau sudah selesai” Jane memberikan baju itu dan meninggalkannya kedapur. Pria itu mengganti pakaiannya dengan pakaian yang diberikan Jane, kemudian Jane datang dengan membawa sebaskom air hangat dan handuk dan meletakkannya di meja. “angkat bajumu” Jane meminta pria itu mengangkat pakaiannya, Jane membasuh handuk dengan air hangat yang ia bawa dan membasuhkannya ke tubuh pria itu yang kotor oleh darahnya sendiri.

“kenapa kau menolongku?” Tanya pria itu kepada Jane.

“karna kau butuh pertolongan” jawab Jane “apa yang harus kulakukan dengan lukanya, aku tidak punya peralatan medis” seru Jane dengan khawatir. Jane selesai mebasuh tubuh pria itu dan berniat untuk membeli peralatan medis yang dibutuhkan.

“kau bahkan tidak tahu namaku”

“siapa namamu?”

“Kris”

“sekarang aku tahu namamu”

“kau tunggu disini, aku mau ke apotek dulu” Jane hendak bangun dan pergi tapi Kris memengang tangannya dan tidak mengizinkan pergi lagi. “kalau lukamu tidak diobati, tidak akan cepat sembuh!!”

“ini akan sembuh besok” Kris tetap teguh pada pendiriannya tidak mau diobati. Meski Kris mengatakan lukanya akan sembuh dalam satu jam pun menurut Jane jika tidak diobati seperti yang seharusnya maka luka itu tidak akan sembuh dalam waktu cepat bahakan meski sudah diobati.

“aku ingin lukamu segera sembuh, jadi harus diobati!!!” Jane juga tetap teguh pada pendiriannya untuk mengobati luka Kris. Jane yang hampir habis kesabarannya berusaha melepaskan tangannya dari genggalam pria itu. Tapi kemudian Kris menarik tubuh Jane kepelukannya dan menciumnya lagi. Jane berusaha menolak dan melepaskan diri dari Kris tapi usahanya gagal karena Kris cukup kuat. Kris melepaskan ciumannya dan menatap Jane yang memasang raut wajah marah. “lepas” piinta Jane dengan masih merasa marah.

“kau bilang ingin lukaku segera sembuh, aku akan memberimu pilihan, kau ingin lukaku sembuh dalam sepuluh menit, tengah malam ini atau besok pagi?” ucap Kris kepada Jane dengan bebisik langsung ke depan telinga Jane.

Merasa dipermainkan dengan perkataan Kris barusan, Jane merasa sangat kesal dan marah dan menjawab tanpa berfikir panjang “aku ingin luka itu sembuh dalam sepuluh menit, mungkinkah? Aku rasa tidak”

Kris menempatkan tubuh Jane dibawahnya dan melumat bibirnya dengan lembut, Jane yang shock dengan perlakuan Kris berusaha untuk mepaskan diri tapi seperti usahanya yang sebelum sebelumnya, usaha itu gagal dan Kris masih tetap melumat bibir Jane dengan lembut. Jane yang tadi memaksa untuk lepas dari Kris perlahan mulai tenang dan pasrah. Setelah Jane tenang, Kris melepaskan lumatannya dan menatap mata Jane dalam-dalam. “sudah tenang?” Tanya Kris, Jane menjawab dengan anggukkan. “dimana kamarnya?” Tanya Kris lagi. Jane beranjak dan berjalan menuju kamarnya sementara Kris mengikuti dibelakang. Setelah memasuki kamar yang dituju Jane terlihat ada satu tempat tidur single. Jane mengeluarkan selimut dari lemari dan membawanya keluar kamar. Dan kembali lagi menghampiri Kris yang masih berdiri memberhatikan gerak gerik Jane.

“kau tidur dikamar, aku  tidur di sana” ucap Jane

Kris menarik tangan Jane dan menghempaskan Jane ke ranjang kemudian Kris berbaring di samping Jane sambil memluknya dengan erat. Jane berusaha melepaskan diri lagi dan lagi tapi tetap saja Jane tidak bisa lepas dari Kris. “what are u doin Kris? huuhh?? Aku lelah, aku mau tidur, aku sama sekali tidak mengerti apa maumu, kau tidak mau diobati dan malah terus mengatakan lukanya akan sembuh besok dan sekarang kau mempermainkan ku?” Jane meronta dan ingin melepaskan diri.

“aarghhh”

Jane berhenti meronta menyadari kesalahnnya. “kau tidak apa-apa?”

“menurutmu? Arrghh” kata Kris dengan masih kesakitan

“maaf”

“umurmu berapa?” –Kris

“apa itu penting sekarang? Kau bilang ingin tidur kan?” –Jane

“umurmu berapa?” Kris mengulangi pertanyaannya lagi, Jane menoleh ke arang Kris yang ada dibelakanganya “umurmu berapa?” ketiga kalinya Kris melontarkan peertanyaan yang sama.

“23” Jane menjawab sambil mengatur posisi tubuh seperti semula. Lama mereka terdiam, Jane menolehkan pandangannya lagi kepada Kris yang masih memeluknya dari belakang dan ternyata masih terjaga. Jane membalikan tubuhnya untuk menghadap Kris sepenuhnya lalu menatap Kris dengan penuh pertanyaan di kepalanya.

“kenapa belum tidur?” Tanya Kris

“kau sendiri kenapa belum tidur?” Jane balik bertanya

“sebentar lagi tidur, kau kenapa menatapku seperti itu?”

“jujur saja, dari awal bertemu denganmu tadi sampai sekarang aku masih tidak mengerti apa yang sebenarnya kau lakukan dan apa yang kau inginkan. Kau terluka tapi tidak mau kerumah sakit dan bahkan tidak mau diobati. Kau tiba-tiba menciumku yang bahkan belum sampai 10 menit saat kita bertemu dan sekarang kau ingin tidur denganku. Tidak ada satupun hal yang kau lakukan yang berhubungan dengan mengobati lukamu itu tapi kau terus bilang lukanya akan sembuh besok. Saat aku mulai kesalpun kau malah memberiku pilihan yang tidak masuk akal. Aku sama sekali tidak mengerti” jelas Jane dengan panjang lebar. Tapi Kris memperhatikan setiap kata yang keluar dari mulut Jane dan terus memandang wajah Jane yang sedang menjelaskan keluh kesahnya.

“untuk sekarang, tidur saja” –Kris

Jane yang sudah hilang kesabaran mendengar respon Kris berteriak “WHAT DA FAK!!!” sambil mendorong kris sampai terjatuh dari ranjang dan Jane meninggalkannya untuk tidur di luar kamar. Kris hanya memandang Jane yang berjalan meninggalkannya.

“harusnya aku tinggalkan saja dia disana” gumam Jane

Di pagi hari

Jane terbangun dan menyadari ada orang yang menggenggam tangannya, orang itu masih tertidur di samping Jane dan separuh badannya berada di lantai. Jane melepas genggamannya perlahan agar Kris tidak terbangun lalu menyelimutinya. Saat hendak menyelimutinya Jane meliahat perut Kris yang sedikit terlihat dan Jane ingat itu daerah tempat luka Kris semalam tapi saat ini tidak ada luka sedikitpun, untuk memastikan Jane mengangkat sedikit lagi baju Kris tapi Jane tidak menemukan goresan sedikitpun, kulitnya mulus tanpa luka bahkan segores pun tidak ada.

“IT’S GONE!!!” reflex Jane berteriak dan membangunkan Kris yang masih tidur

“what!! What!! Why?!!” –Kris langsung terbangun dan menatap Jane

“lukamu hilang, benar-benar hilang” seru Jane dengan perasaan senang tapi juga bingung

“huuhh… kirain apaan” –Kris

“bagaimana bisa, jelaskan sekarang juga!!!”

Kris terdiam, Jane tidak mengalihkan pandangannya sedikitpun dari Kris

“mmhh bau gosong apa ini?” Kris merusaha mengalihkan pembicaraan

“aku bahkan belum beranjak dari sini, makhluk apa kau sebenarnya?” –Jane

Pertahanan Kris hancur oleh Jane yang sangat gigih untuk mencari jawaban atas rasa ingintahunya dan juga atas kejadian yang tidak masuk akal yang baru saja ia alami ini.

“baiklah, pertama aku adalah manusia tapi aku dari klan yang berbeda dari kalian, klan kami disebut dengan Gifted karena masing masing dari anggota klan kami memiliki keistimewaan. Keseharian kami sama seperti orang-orang. Kami bisa terluka dan sakit, dan cara kami menyembuhkan diri adalah dengan melakukan kontak fisik dengan orang lain yang UnGifted. Semakin intim kontak fisiknya maka waktu penyembuhannya semakin cepat. Kau paham sekarang?” Jelas Kris

“aku rasa aku mengerti, dan soal pilihan itu 10 menit = ciuman, 1-2 jam = pelukan, semalaman = berpegangan tangan, begitukan?” –Jane

“bukan! Ingat, lebih intim maka lebih cepat” –Kris

“kalau bukan begitu berartiii… DAMN!!!”*you know what I mean ’10 menit = sex, 1-2 jam = kissing, semalaman = berpelukan dan berpegangan tangan’* Jane melirik Kris yang tersenyum nakal sambil menatap Jane, Jane langsung memukuli Kris dengan bantal sambil berteriak “KAU GILA YA!! KENAPA MEMBERIKAN PILIHAN YANG TIDAK JELAS BEGITU HAAHH!!! KITA BAHAKAN BARU BERTEMU KURANG DARI DUA JAM!!” Jane terus memukul Kris dengan bantal lalu setelah mendengar ocehan Jane, Kris kabur ke kamar sebuah ruangan kecil yang merupakan kamar mandi di rumah itu. Jane terus menggedor pintunya sampai ia merasa lelah, beruntung Jane belum sarapan jadi ia cepat lelah dan mengurungkan niatnya memburu Kris lalu pergi ke dapur untuk menyiapkan makanan.

Merasa sudah tidak terancam, Kris keluar kamar mandi dan menghampiri Jane perlahan dan waspada dengan Jane. Saat ini Jane tidak ada tenaga lagi untuk melakukan hal lain selain memasak untuk sarapan jadi Kris bisa bernafas lega.

“harusnya aku lakukan saja saat dia memintanya” gumam Kris

“APA?!!” –jane

“eohh.. boleh aku pinjam ponselmu, aku menghilangkan milikku” –Kris

“disana, 1-9-4-5” –Jane menunjuk ke kursi dekat tempat ia tidur semalam

Kris mengambil ponsel Jane lalu menghubungi seseorang yang tidak Jane tau lalu masuk ke toilet. Jane melanjutkan kegiatannya menggoreng enam butir telur dan beberapa sosis. Saat makanan sudah siap datang seseorang wanita yang Jane kenal dengan nama Ramsey memasuki tempat Jane dan duduk di depan meja tempat Jane meletakkan makanan mereka. *tikoro lempeng iye jalma the*

“Jane, what are u wearing? Biasa juga cuman pakai panties dan t-shirt aja” seru Ramsey

Jane membulatkan matanya takut perkataan Ramsey terdengar oleh Kris yang masih di toilet

“hahaha… aku juga berpakaian seperti ini saat tidur” –Jane

“mungkin iya, saat aku sedang tidak bersamamu, berarti sekitar lima kali dalam lima tahun ini” –Ramsey

“hahaha.. just eat this” Jane memberikan sepiring makanan kepada Ramsey

“kenapa ada tiga piring?”

“temanku datang” –Jane

“temanmu yang mana?”

Kris keluar dari toilet dan mengembalikan ponsel Jane yang ia pinjam lalu duduk bergabung dengan Jane dan Ramsey.

“Hi, namaku Kris”

“Ramsey. Sejak kapan kalian berteman?”

“Sembilan..” –Jane

“oohh.. Sembilan tahun yang lalu”

“Sembilan Jam yang lalu” –Kris

“iyap, dan aku punya alasan” –Jane

Ramsey mebulatkan matanya dan terliaht agak shock mengetahui Jane bisa membawa pulang pria yang baru dia kenal semalam.

“I know you must had a reason. Jadi kita bahas nanti saja, sekarang aku akan memberitahukan bahwa Roman dan Tej menemukan rumah yang cukup bagus untuk kita ditinggali di Bangkok”

“benarkah?” Jane sangat antusias dengan informasi ini

“ya.. dan kita bisa pindah dalam dua hari” lanjut Ramsey

“ohoo… bagus sekali, aku harus mulai mengepack barang” –Jane

“aku rasa kau hanya akan mengepak sedikit, kau bahakan hampir tidak mengeluarkan barang-barangmu disini” –Ramsey

“hahaha.. kau benar”-Jane

Kris hanya menghabiskan makanannya sambil mendengarkan pembicaraan Jane dan Ramsey. Setelah selesai makan, Kris pamit untuk pergi meninggalkan Jane dan Ramsey.


Seperginya Kris, Jane mulai membereskan barang bawaannya yang akan ia bawa untuk pindah ke Bangkok, memang tidak terlalu banyak yang ahrus di berekan karena Jane bahkan tidak mengeluarkan sebagian besar barang-barangnya saat pindah ke tempat ini. Meski begitu Jane tetap ingin bersiap lebih awal. Tidak sampai sehari semuanya sudah selesai di packing dan siap untuk dibawa pergi.


Dimalam harinya Jane seperti biasa pergi ke minimart di ujung jalan rumahnya dan membeli beberapa makanan ringan dan minuman. Di perjalanan pulang Jane melewati tempat ia bertemu dengan Kris, hari ini tempat itu sudah terang karna lampunya sudah diganti dengan yang baru. Jane menghentikan langkahnya dan melihat kearah tempat Kris yang sekarat dengan tatapan datar, tidak tahu apa yang difikirkan Jane saat melihat tempat itu. Dia melakukannya selama 5 menit dan kembali melanjutkan perjalanannya untuk pulang.


Sesampainya dirumah pintu terbuka dari dalam


"Jane, we need to go now, Dom needs us!!!"


Mendengar penytaan Ramsey, Jane bergegas untuk pergi dengannya, barang-barang Jane sudah di pack oleh Ramsey dan segera dimasukkan ke mobil kemudian mereka pergi entah kemana.


***


Beberapa hari setelah kepergian Jane.


*untuk selanjutnya adalah berita dari mancanegara, tepatnaya  adalah dari Rusia sekelompok orang menjadi boronan negara Rusia karena berhasil menghancurkan laboratoriom nasional dan mencuri salah satu alat yang merupakan penemuan terbaik para ilmuan Rusia, tidak diketahui alat macam apa yang telah dicuri Namun yang pasti adalah keseluruhan anggota tim yang belum tertangkap telah masuk pada Top10 orang paling dicari di seluruh negara. Diakhir acara akan di tampilkan siapa saja kesepuluh orang-orang ini. Demikian berita yang kami sampaikan. Selamat siang dan sampai jumpa* [BERITA]


"ini dokumen yang anda minta pak" -sek Zhou


Kris yang sedang asyik menonton berita mengalihkan pandangannya dan membaca sebuah dokumen pemberian sekertarisnya itu.


"kau pulang duluan saja, aku ada acara lain setelah ini dan akan menyetir mobil sendiri" -Kris

"Baiklah kalau begitu, saya permisi" sek Zhou pergi meninggalkan ruangan Kris.


Kris kembali mengalihkan perhatiannya pada televisi, seketika matanya membulat dan terpaku dengan yang ditampilkan di televisi adalah gambar seseorang yang ia kenal dan gambar berikutnya juga seseorang yang pernah ia temui bersamaan dengan orang sebelumnya. Kris mematikan televisinya dan menelpol sekertarisnya tadi.

"Halo"

"..."

"aku ingin kau mencari tahu tentang seseorang, aku akan mengirimkan fotonya"

"..."

"baik, terima kasih"

Kris merasa tidak percaya dengan apa yang telah ia lihat otaknya penuh dengan nama Jane. Tapi kenapa juga dia harus peduli, mereka bahakan hanya bertemu semalam tapi perasaannya terus mengkhawatirkan Jane. Kris memikirkan setiap kemungkinan yang menimpa Jane dan kemungkinan itu selalu berakhir buruk.


Jane, seorang wanita yang ditemui Kris selama kurang dari 12 jam tapi sudah membuat fikiran pria ini kacau karna melihat wanitanya mengalami masalah.


Keesokan harinya 17.00 pm


Sekertaris Zhou memasuki ruangan Kris


"ini adalah riwayat hidup dari Nona Jane, Lahir dan tumbuh di Jepang, pindah ke US karna kedua orangtuanya dan kakaknya meningal dunia, reputasinya selama ini lumayan, di kalangan teman-temannya di Tokyo dia dijuluki 'Queen' karna bisa seimbang melawan DK" jelas sek Zhou

"Queen? DK? apa yang mereka lakukan?" -Kris

"balap mobil" sek Zhou

"balap mobil.?!" -Kris

"iya, dan orang orang yang dia sebut keluarga adalah kriminal yang menjadi buronan Rusia saat ini, setidaknya itu yang tercantum di akunn sosial medianya" se Zhou menunjukka postingan gambar Jane dan keluarganya dengan caption 'my beloved family' dan beberapa postingan kebersamaan keluarga Jane lainnya. "sekitar dua minggu lalu dia datang ke Korea selataan untuk mwndemonstrasikan salah satu metode perang di pangkalan militer negara itu" sek Zhou melanjutkan penjelasan terakhirnya. “mungkin dia juga seorang gifted”

“bukan” kris dengan sigap menyanggah pernyataan sek Zhou sementara

sek Zhou merasa bingung, berdasrkan data yang ia dapatkan Jane adalah orang yang jenius dan mempunyau reputasi yang bagus di lingkungannya dan hampir sempurna sebagai seorang manusia. “kenapa menurut anda begitu”

“aku bertemu dengannya do Seoul kemarin, dia bisa mebuat lukaku sembuh” –Kris

“apa? Anda terluka? Kenapa anda tidak member tahu saya? Siapa yang melukai anda?” –sek Zhou

“bukan masalah besar, hanya seseorang pencuri, menurutmu apa yang akan terjadi kepada mereka?” –Kris

“pencuri itu harus segera ditangkap, kalau tidak dia akan melukai orang lain juga” –sek Zhou

“maksudku masalah Jane” –Kris

“oohhh… aku tidak yakin, ini bukan masalah yang dapat kita jangkau, sebaiknya kita menuggu saja berita selanjutnya, daaann… hari malam ini anda ada jadwal makan malam dengan Nona Luo” –sek Zhou

Kris menghembuskan nafas berat dengan kalimat terakhir yang dikatakan sek Zhou. Pertemuannya mala mini dalah rencana dari kedua orang tua mereka yang berniat menjodohkan Kris dan Luo Xi Yi. Karena ini permintaan kedua orang tuanya, Kris mau tidak mau harus mau hadir. Kris tahu betul apa yang akan dibicarakan wanita yang akan ia temui ini karna beberapa kali mereka diatur untuk bertemu dan setiap pertemuan pasti topic yang dibicarakan adalah soal bagaimana wanita ini dapat meraih kesuksesan sebagai designer dan wanita ini sealu menyombongkan dirinya sendiri. Dan benar saja, persis seperti yang Kris duga wanita itu melakukannya, Kris merasa kepalanya akan pecah mendengar setiap ocehan wanita itu, Kris mencari alasan untuk mengakhiri penderitaan ini dan beruntung cara yang dia lakukan berhasil. Kris pun pergi meninggalkan wanita itu pulang.


Dua bulan kemudian

Kris sedang berjalan di sekitaran Shi Lin Night Market, disepanjang jalan banyak yang menjual makanan enak dan menggiurkan. Kris membeli beberapa jenis makanan untuk camilan malamnya di Hotel. Merasa makanan yang dia beli sudah cukup, Kris bergegas kembali ke Hotel tempat ia menginap. Di gerbang pasar ada seseorang yang menghentikan langkah kris dengan memegang tangannya, kris membalikkan badannya dan mendapati orang yang menghentikan langkahnya adalah orang yang ia kenal. Dengan senyuman termasis yang ia miliki Jane menatap Kris yang terkejut dengan siapa yang dia lihat.

“boleh aku minta nomor mu?” Jane dengan masih memasang senyuman manisnya

“Jane?” Kris memastikan dengan penglihatannya bahwa dia adalah orang yang Kris kenal.

Kris mengajak Jane ke tempat dia menginap selama di Taipei, selama diperjalanan Jane menanyakan banyak hal.

“kenapa ke Hotel?” –jane

“aku tinggal disini” –Kris

“kapan kau pulang ke Korea?” –Jane

“mungkin nanti kalau ada pekerjaan lagi” -Kris

“jadi rumahmu bukan di Korea? Trus dimana?” –Jane

“kau itu memang selalu banyak bertanya ya?” –Kris

“Jawab saja!” –Jane

“baiklah, rumahku sebenarnya di Beijing” - Kris

Meski agak malas, Kris tetap menjawab setiap pertanyaan Jane.

“kau bilang ada yang ingin dibicarakan?” –Kris

“nanti saja kalau sudah sampai” –Jane

Pintu lift terbuka tept di lantai 15, Jane dan Kris berjlana melewati dua pintu kamar dan sampa di pintu ke tiga Kris menghentikan langkahnya dan mengeluarkan Kunci. Pintu pun terbuka, ketika hendak masuk Jane dan Kris dikagetkan dengan seseorang yang sepertinya memanggil Kris.

“Boss!!”

Kris menoleh kea rah sumber suara

“apa?” –Kris

“eeoh?!!” Orang itu menunjuk ke arah Jane dengan ekspresi kaget “Boss!! Dia kan..”

“iya” belum sempat Zhou menyelesaikan kalimatnya Kris langsung menjawab seolah tahu apa yang ditanyakan tapi kenyataanya Kris memang sudah tahu karna Kris merupakan salah saku Klan Gifted yang bisa membaca fikiran orang, tapi kemampuannya ini tidak berfungsi sama sekali kepada Jane.

“Jane, aku beri tahu ya dia ini sebenarny….mmm” lagi lagi Memotong pembicaraan dengan menyumpal mulut Zhou dengan bapao yang dia beli tadi

“makan ini dan kembali ke kamar!”

Tentu saja Zhou menuruti perkataan Kris, selain bosnya Kris juga adalah sahabatnya sejak kecil. Dia faham kalau sekarang Kris tidak ingin diganggu dan pergi ke kamarnya sendiri dan menikmati makanan yang diberikan Zhou.

Jane sedikit bingung dengan perkataan Zhou tadi.

“bagaimana dia tahu namaku?” Tanya Jane keheranan

“kau… kau itu ada di berita di seluruh stasiun televise dua bulan lalu” –Kris

“oohh” dengan santai tanpa dosa Jane merespon pernyataan Kris

“bagaimana kau bisa menjadi buronan sebuah Negara dan dlaam waktu singkat membuat mereka membebaskan kalian?” Tanya Kris

“hmmm…bisa dibilang kami sudah menyelamatkan dunia, hahaha” –Jane

Tidak percaya dengan pernyataan Jane, Kris menatap Jane dengan ekspresi datar.

Menyadari tidak ada respon dari Kris, Jane menghentikan tawanya dan suasana menjadi hening

“kau bilang ada yang ingin dibucarakan”-Kris

“eohh.. iya” Jane sedikit tersentak lalu secara reflex menghabiskan segelas air dengan sekali teguk

Jane merasa sangat gugup, ditambah Kris yang memasang ekspresi datar yang Jane tidak tahu kenapa.

“a..aku.. aku sudah lama memikirkanya, dan aku rasa aku harus mengatakannya segera saat bertemu denganmu aku takut jika menundanya maka akan sulit untukku mengatakannya” Jane menatap mata Kris “aku menyukaimu, aku menyukaimu Kris, aku tidak tahu kenapa jadi jangan Tanya, yang aku tahu hanya aku menyukaimu”

Hening

Kris tidak mengalihkan pandangannya dari Jane. Jane yang merasa tidak sanggup lagi menatap Kris kini menundukkan kepalanya.

“aku mau ke Toilet, dimana toiletnya?”  -Jane

Kris menunjuk kearah toilet dan Jane pun bergegas ke toilet

Jane membasuh wajahnya dengan air dingin untuk menyegarkan diri karna saking gugupnya.

“bagaimana kalau dia monalakku, aahh tapi setidaknya aku sudah mengatakan apa yang ingin aku katakana dan aku tidak ingin menyesal karna tidak mengatakan apapu kaan…” gumam Jane dalam hatinya sambil terus membasuh wajahnya.

Jane mengeringkan wajahnya dengan handuk bersih yang ada disana, saat sedang menutupi wajahnya dengan handuk tiba tiba ada yang masuk dan dan orang itu memeluk Jane dari belakang. Jane melepas handuk diwajahnya dan melihat dari cermin orang yang memeluknya adalah Kris. Kris menenggelamkan wajahnya di pundak Jane, hembusan nafasnya Jane rasakan begitu hangat. Jantung Jane berdegup sangat kencang sampai Jane berfikir mungkin mendengarnya.

“Kris? Apa yang kau lakukan?”

“kau sekarang milikku!” seru Kris dengan suara rendah

“kau juga menyukaiku?” –Jane

“hmm…ayo kita menikah saja!”

Jane mengembangkan senyumnya karna mendengar pernyataan Kris

“baiklah, ayo kita menikah, hehehe” Seru Jane bahagia

“aku akan membuatmu kelelahan malam ini” –Kris

Jane melepas pelukan Kris dan sedikit menjaga jarak

“wohoo..what do you mean?” –Jane

“you know what I mean” –Kris

“NO!! NAH!! NOT TODAY!!!” –Jane

“aku tidak bisa menunggu sampai kita menikah!” –Kris

“NO!!!” Jane perlahan mundur meninggalkan Kris dan berusaha untuk kabur tapi gagal karna Kris langsung menarik tangan Jane mendekat kembali dan menggendongnya ke tempat tidur lalu dilemparlah si Jane ke kasur dan Kris berada di atas Jane.

“GOD DAMN!!! I SAID NOT NOW!!!”

“tetaplah disini malam ini, aku rindu” –Kris

“kalau hanya tidur aku tidak keberatan” –Jane

Kris mengubah posisinya menjadi di samping Jane lalu menarik Jane kepelukannya.


Kris dan Jane melangsungkan pernikahan di Beijing dengan dihadiri seluruh anggota keluarga tan teman-teman Kris dan Jane. Tentu sebelum mereka menikah Kris sudah membatalkan perjodohannya dengan Luo Xi Yi dan dia tidak keberatan karena ternyata Luo Xi Yi juga sebenarnya mempunyai Pacar.


~SELESAI~

favorite
coins
0 likes
Be the first to like this issue!
swap_vert

X