×

Penana
search
Loginarrow_drop_down
Registerarrow_drop_down
Please use Chrome or Firefox for better user experience!
My First Love
R
0
0
0
158
0

swap_vert

Hallo. Namaku Ardika Nugraha, teman-temanku biasa memanggilku Dika. Ini adalah kisah cintaku yang berawal dari persahabatanku.

Ceritaku ini berawal dari saat aku duduk di bangku SMP kelas tiga. Aku mempunyai sahabat yang terdiri dari empat orang. Ada dua laki-laki dan dua perempuan. Diantaranya ada salah satu cewe yang bernama Annisa, yang biasa dipanggil Nisa. Dia adalah satu-satunya perempuan yang paling dekat denganku.

Awalnya aku hanya beranggapan bahwa Nisa itu sahabat yang paling dekat sama aku, karena dia selalu menemaniku disaat ku suka maupun duka. Tetapi, lama-kelamaan aku merasakan adanya rasa suka dan pada saat dia tidak ada di sampingku aku merasakan kesepian, juga ketika dia bersama orang lain hatiku merasa kesal. Tetapi aku bingung kata teman-temanku dia sudah mempunyai pacar.

Suatu ketika, dia berkata kepadaku, “Dika, sebagai sahabat yang baik, aku tidak akan pernah menjauh darimu atau dari siapapun. Kecuali ada yang...”. Tiba- tiba pembicaraan kita terputus karena dia dipanggil oleh seorang guru. Sebenernya aku bingung, apa kelanjtan pembicaraanya itu.

Dan beberapa hari kemudian aku melihan Nisa berduaan dengan Kevin. Kevin adalah sahabatku juga. “Tetapi mengapa mereka hanya berdua, tidak ada sahabatku yang lain, ada hubungan apa mereka berdua?” aku berbicara dalam hatiku. Aku bingung ditambah lagi hatiku marah dan kesal sekali. Keesekan harinya aku langsung menemui Kevin, dan menanyai tentang kejadian kemarin yang ia berduaan bersama Nisa.

“Vin. Kamu kemarin ngapain berduaan sama Nisa? Kamu mau nembak Nisa ya. Apa maksudmu? Jangan sampai ya persahabatan kita rusak cuman gara-gara kamu pacaran sama Nisa.”

“Kamu kenapa sih Dika? Aku tuh tidak pacaran sama Nisa. Kenapa kamu?” kata kevin.

Aku menjawab, ”Tidak. Aku sih tidak seperti yang kamu bayangkan.”

Setelah itu aku langsung lari menjauhi Kevin. Seminggu telah berlalu, kecurigaanku mulai terungkap, dan ternyata memang semua itu terjadi. Aku segera menceritakannya pada sahabatku yang lain. Dan mereka semua setuju untuk tidak akang menganggap Kevin dan Nisa sebagai shabat mereka lagi.

Ternyata dibalik itu semua, Nisa mengakui bahwa dia sebenernya tidak mencintai Kevin. Hanya saja selama ini Nisa merasa diberi perhatian lebih oleh Kevin. Kevin melakukan itu semua karena Kevin tau kelemahan Nisa itu dengan uang. Nisa menceritakan pengalaman sedihnya itu kepadaku, karena aku yang lebih tahu keadaan hati Nisa. Nisa berkata kepadaku,

“Aku hanya mencintai seseorang yang jujur apa adanya.”

Tiba-tiba saja aku ingi berubah menjadi orang yang dikatakan Nisa kepadaku. Aku benar-benar bingung dengan sikapku terhadap Nisa. Ya Allah apa yang sedang aku alami ini. Aku terus berdoa sambil meminta bantuan dari Allah untuk mengetahui rasa apa yang aku alami.

Beberapa hari kemudian, sifatku yang biasanya mencoba untuk menjadi lebih dewasa, kini menjadi seseorang yang jujur apa adanya seperti apa yang dikatakan Nisa. Kevin menyadari perubahanku ini. Dan dia berkata kepadaku,

“Dik, kamu cintakan sama Nisa?”

“Tidak.” Kataku.

“Jujur saja deh sama aku.”

Aku menjawab, “Aku bilang tidak ya tidak!”

“Sebenarnya aku sudah tahu meskipun kamu bilang tidak. Kamu sukakan sama Nisa. Ngaku saja deh.”

“Vin. Sebenarnya aku memang suka sama Nisa. Tetapi aku tidak ingin memilikinya, karena aku tahu kalau Nisa mencintaimu dan juga aku tidak ingin kalau persahabatan kita hancur gara-gara kita memperebutkan Nisa. Aku hanya ingin menjadi seseorang yang baik dan juga menyenangkan buat Nisa.”

“Oke, jadi sekarang kamu mau menjadi seorang sahabat yang memiliki rasa cinta kepada sahabatmu sendiri.”

Kevin berbicara kepadaku sambil mendorongku. Kemudian, tiba-tiba Nisa datang dan langsung menolongku yang terjatuh karena aku tidak siap untuk menerima dorongan dari Kevin. Annisa langsung memarahi kevin.

“Kevin! Aku tidak suka kamu yang bertingkah laku kasar kepada Dika.”

Kemudian Nisa mengajakku ke UKS. Disitu Nisa berkata kepadaku,

“Dika, maaf ya sebelumnya. Kalau aku tidak bisa balas cintamu itu. Aku tidak suka sama orang yang kekanak-kanakan. Tapi disatu sisi aku juga suka sama kamu yang orangnya apa adanya. Walau kamu kekanak-kanakan, aku hanya menganggapmu sebagai sahabat terbaikku saja, tidak lebih.”

Setelah Nisa berkata seperti itu kepadaku dia langsung lari keluar dari ruang UKS.

Malampun tiba, malah itu aku ingi sekali menelpon Maya. Dia sahabatku juga. Karena telponku tidak diangkat olehnya. Akhirnya aku ke rumah Maya. Sesampainya di sana, aku tidak sengaja mendengar pembicaraan antara Maya dengan Nisa. Dan Nisa berkata pada Maya,

“May, sebenarnya aku tuh suka sama Dika. Tetapi tidak ada alasan untukku untuk tidak mencintai Kevin karena dia sudah memberi aku segalanya. Walaupun itu sebenarnya hasil jerih payah dari orang tuangnya. Tetapi dia pernah menyelamatkan ku!”

Tiba-tiba ia berhenti sejenak. Segera aku masuk ke kamar Maya.

“Nisa, Kevin sudah melakukan apa?”

“Dika, dia sudah menyelamatkan aku.”

“Menyelamatkan apa?”

Setelah itu aku langsung meninggalkan rumah Maya dan langsung menuju ke rumah Nisa untuk mencurahkan isi hatiku kepada Arif adiknya Nisa.

“Gimana nih Rif, aku tuh sebenrnya suka sama kakakmu, tetapi aku tidak mungkin bilang itu semua ke kakakmu. Aku tidak mau persahabatanku berantakan Rif.”

“Kalau begitu kakak tidak usah suka sama kakaku sajah.” Kata Arif.

“Ya tidak bisa begitu dong Rif.”

Tiba- tiba Ayu datang.

“Arif, Dika, kalian sedang ngapain?”

“Tidak Yu, aku sedang ngobrol tentang game sama Arif.”

“Tidak ka Ayu. Tadi ka Dika bukan bicara tentang game, tetapi kak Dika bicara kalau dia....”

Aku langsung menginjak kaki Arif, dan juga membisiki Arif. Arif pun teriak karena kesakitan.

“Kamu kenapa Rif?” Kata ka Ayu.

“Tidak apa-apa ko ka Ayu.”

Setelah itu Dika membisika Arif, “jangan bilang ke siapa-siapa termasuk kakakmu juga ya.”

“Kalian bisik-bisik apaan sih. Aku curiga kalau ada apa-apa. Pasti ini tentang Nisa kan?”

“Tidak.”

“Ngaku saja deh.”

“Tapi jangan beritahukan ke yang lainnya ya?”

“Oke deh. Tapi sebenarnya ada apa sih?”

“Sebenarnya, aku mengakui kalau aku suka sama Nisa, tetapi kalau aku jadian dengannya, terus persahabatan kita hancur dong.”

“Kalau kamu suka sama Nisa tidak apa-apa kok, kami tidak akan mengganggu untuk kalian pacaran. Dan persahabatan kita tidak akan pernah hancur. Kami semua sudah tahu kalau kamu suka sama Nisa, tetapi kecuali Nisa.”

“Yang bener?”

“Loh, kamu belum tahu Nisa suka sama kamu dari lubuk hatunya yang paling dalam.?”

“Haaaaa? Yang benar kamu!.”

“Iya. Dia bilang sendiri ke aku.”

“Ya sudah ya. Aku mau pulang dulu. Makasih ya Yu infonya.”

Keesokan harinya, pada saat jam istirahat, aku ke kelasnya Nisa. Tetapi aku tidak ke Nisa, melainkan aku mencaari Rafi. Dan aku berkata,

“Fi, kamu sudah tahu tentang aku sama Nisa?”

“Sudah. Memangnya kenapa Dik? Kamu takut ungkapun perasaan kamu ke Nisa?”

“Iya Fi... kok kamu tahu sih kalau aku takut ungkapin perasaanku terhadap Nisa. Kamu mau bantuin aku bilang perasaanku ke Nisa?”

“Iyalah aku tahu, soalnya aku sudah menebak dari raut muka kamu itu Dik. Tenang aja Dik. Aku akan bantuin kamu. Kamu kan sahabatku.”

“Makasih ya Fi.”

Setelah pulang sekolah, aku menemui Rafi lagi,

“Fi, apakan kamu sudah bilang ke Nisa?”

“Sudah.”

“Terus dia jawab apa Fi?”

“Sebenarnya sih dia mau jadi pacarmu, tetapi dia takut kalau persahabatan kita berantakan. Lalu ku jawab, sebenarnya kami semua sudah tahu kalau kalian berdua sama-sama suka.”

Tiba-tiba Nisa datang menghampiriku.

“Dika, Rafi kalian berdua ngapain sih?”

“Tidak apa-apa kok, hanya bicara tentang tugas sekolah.”

“Sudah dulu ya Nisa, Dika, aku pulang duluan.”

“Oke.” Jawab kami berdua.

Kemudian aku dan Nisa ngomong secara bersamaan,

“Nis..”

“Dik..”

“Tidak, kamu duluan sajah yang bicara.”

“Kamu saja dulu Dika.”

“Baiklah aku duluan. Nis, sebenarnya waktu itu yang kita di rumahnya Maya itu semuanya benar. Memang dari dulu aku suka sama kamu, tapi hanya sekedar sahabat saja. Tetapi sekarang tidak, rasanya setiap kamu tidak ada di dekatku, aku merasa kesepian. Terus setiap kamu bersama orang lain hatiku merasa marah sekali. Nisa kamu mau jadi pacarku?”

“A... Ak... Aku....”

Seluruh sahabatku Maya, Kevin, Ayu, dan Rafi berkata,

“YAAAAA.........”

“Apa!!! Teman-teman!!!!”

“Sebenarnya kamu mau jawab iya kan? Ngaku saja deh Nis.”

“Benar teman-teman.” kata Nisa.

“Apa Nis??? Kamu mau jadi pacarku?”

“Iya Dika aku mau jadi pacar kamu.”

“Akhirnya kalian jadian juga.” Kata teman-temanku.

“DIKA.”

“Ya teman- teman.”

“Ingat Pajak Jadiannya oke!”

“Ah, kalian bisa saja sih.”

“Kalau begitu hubungan kalian tidak kami restui loh.”

“Baiklah besok sepulang sekolah aku kasih kalian pajak jadiannya.”

“Horeeeee....”

“Dika, sebaiknya kamu ajak tuh pacar barumu jalan. Ya udah ya kami pulang duluan.”

Setelah sahabatku pergi aku langsung mengajak Nisa jalan. Akhirnya impianku jadi kenyataan juga. Terima kasih ya Allah engkau telah mendengarkan do’aku. Keesokan harinya, aku menjemput Nisa. Ternyata dia sudah berangkat duluan. Kemudian aku bergegas pergi ke sekolah.

Dan ternyata hingga aku sampai di sekolah aku tidak menemukan Nisa. Bel masuk telah berbunyi, aku tak tahu apakah Nisa sudah datang apa belum. Setelah bel istirahat berbunyi, aku langsung ke kelasnya Nisa. Dan aku menemui Rafi.

“Fi, apakah Nisa tadi masuk sekolah?”

“Tidak, dia tadi tidak kelihatan tuh waktu pelajaran.”

“Ya sudah makasih ya Fi.”

“Iya sama – sama

Aku merasa heran dan juga perasaanku tentang Nisa Apakah yang terjadi dengan Nisa? Setelah pulang sekolah aku mencari dimana Nisa berada dan menelusuri semua jalan yang pernah aku lewati bersama Nisa dan Hatiku merasa tidak tenang aku terus kepikiran Nisa. Tiba - tiba dijalan aku kaget karena melihat banyak warga berkerumunan. Aku langsung menghampiri warga yang sedang berkerumanan itu. Dan itu adalah Nisa yang tergeletak di pinggir jalan. Dan kata warga sekitar dia melihat Nisa di tabrak lari.

Kemudian aku membawanya ke Rumah Sakit terdekat dan memberitahukan kepada orang tuanya bahwa Nisa telah ditabrak lari. Setelah orang tuanya datang. Mereka menangis, tetapi tangisan mereka tak seperti rasa sakitnya hatiku. Beberapa hari telah berlalu, tetapi Nisa  masih belum sadar juga. Aku terus berdoa meminta pertolongan kepada Allah, agar Nisa  cepat – cepat siuman.

Keesokan harinya, setelah aku pulang sekolah Rafi, Kevin, Maya, dan ayu bertanya kepadaku,

“Dik, Nisa kemana Dik kemarin aku tidak melihat sama sekali Nisa di sekolah.”

“Dik… jawab pertanyaan kita dimana Nisa berada. (Dengan perasaaan khawatir).”

“Oke... Aku akan menjawab pertanyaan kalian (Dengan tampang muka sedih).”

“Jadi, sebenarnya itu Nisa dirawat di Rumah Sakit karena dia mengalami kecelakaan Ditabrak lari.”

Semua Teman, “Apa….. Nisa kecelakaan, (Menangis).”

“Teman–teman pulang Sekolah kita bareng-bareng ke Rumah Sakit ya.”

Semua teman, “Tentu saja Dik karena kita semuakan adalah Sahabat.”

Sepulang Sekolah kami bergegas pergi ke Rumah Sakit tempat Nisa dirawat. Di sampainya disana akhirnya Nisa sadar juga dan berkata kepadaku,

“Dik… Dika. Sebenarnya aku mencintaimu dengan setulus hatiku dan dari lubuk hatiku yang paling dalam.”

Setelah orang tuanya kuhubungi kalau Nisa sudah siuman, dia langsung menghembuskan nafas yang terakhirnya. Aku merasa sangat sedih dan hatiku sakit sekali. Dan aku berjanji tidak akan melupakan Nisa untuk selamanya, dan juga aku tidak akan pernah pacaran lagi, sebelum aku bisa menjaga seseorang yang aku cintai.

“TAMAT”

Hallo. Namaku Ardika Nugraha, teman-temanku biasa memanggilku Dika. Ini adalah kisah cintaku yang berawal dari persahabatanku.

Ceritaku ini berawal dari saat aku duduk di bangku SMP kelas tiga. Aku mempunyai sahabat yang terdiri dari empat orang. Ada dua laki-laki dan dua perempuan. Diantaranya ada salah satu cewe yang bernama Annisa, yang biasa dipanggil Nisa. Dia adalah satu-satunya perempuan yang paling dekat denganku.

Awalnya aku hanya beranggapan bahwa Nisa itu sahabat yang paling dekat sama aku, karena dia selalu menemaniku disaat ku suka maupun duka. Tetapi, lama-kelamaan aku merasakan adanya rasa suka dan pada saat dia tidak ada di sampingku aku merasakan kesepian, juga ketika dia bersama orang lain hatiku merasa kesal. Tetapi aku bingung kata teman-temanku dia sudah mempunyai pacar.

Suatu ketika, dia berkata kepadaku, “Dika, sebagai sahabat yang baik, aku tidak akan pernah menjauh darimu atau dari siapapun. Kecuali ada yang...”. Tiba- tiba pembicaraan kita terputus karena dia dipanggil oleh seorang guru. Sebenernya aku bingung, apa kelanjtan pembicaraanya itu.

Dan beberapa hari kemudian aku melihan Nisa berduaan dengan Kevin. Kevin adalah sahabatku juga. “Tetapi mengapa mereka hanya berdua, tidak ada sahabatku yang lain, ada hubungan apa mereka berdua?” aku berbicara dalam hatiku. Aku bingung ditambah lagi hatiku marah dan kesal sekali. Keesekan harinya aku langsung menemui Kevin, dan menanyai tentang kejadian kemarin yang ia berduaan bersama Nisa.

“Vin. Kamu kemarin ngapain berduaan sama Nisa? Kamu mau nembak Nisa ya. Apa maksudmu? Jangan sampai ya persahabatan kita rusak cuman gara-gara kamu pacaran sama Nisa.”

“Kamu kenapa sih Dika? Aku tuh tidak pacaran sama Nisa. Kenapa kamu?” kata kevin.

Aku menjawab, ”Tidak. Aku sih tidak seperti yang kamu bayangkan.”

Setelah itu aku langsung lari menjauhi Kevin. Seminggu telah berlalu, kecurigaanku mulai terungkap, dan ternyata memang semua itu terjadi. Aku segera menceritakannya pada sahabatku yang lain. Dan mereka semua setuju untuk tidak akang menganggap Kevin dan Nisa sebagai shabat mereka lagi.

Ternyata dibalik itu semua, Nisa mengakui bahwa dia sebenernya tidak mencintai Kevin. Hanya saja selama ini Nisa merasa diberi perhatian lebih oleh Kevin. Kevin melakukan itu semua karena Kevin tau kelemahan Nisa itu dengan uang. Nisa menceritakan pengalaman sedihnya itu kepadaku, karena aku yang lebih tahu keadaan hati Nisa. Nisa berkata kepadaku,

“Aku hanya mencintai seseorang yang jujur apa adanya.”

Tiba-tiba saja aku ingi berubah menjadi orang yang dikatakan Nisa kepadaku. Aku benar-benar bingung dengan sikapku terhadap Nisa. Ya Allah apa yang sedang aku alami ini. Aku terus berdoa sambil meminta bantuan dari Allah untuk mengetahui rasa apa yang aku alami.

Beberapa hari kemudian, sifatku yang biasanya mencoba untuk menjadi lebih dewasa, kini menjadi seseorang yang jujur apa adanya seperti apa yang dikatakan Nisa. Kevin menyadari perubahanku ini. Dan dia berkata kepadaku,

“Dik, kamu cintakan sama Nisa?”

“Tidak.” Kataku.

“Jujur saja deh sama aku.”

Aku menjawab, “Aku bilang tidak ya tidak!”

“Sebenarnya aku sudah tahu meskipun kamu bilang tidak. Kamu sukakan sama Nisa. Ngaku saja deh.”

“Vin. Sebenarnya aku memang suka sama Nisa. Tetapi aku tidak ingin memilikinya, karena aku tahu kalau Nisa mencintaimu dan juga aku tidak ingin kalau persahabatan kita hancur gara-gara kita memperebutkan Nisa. Aku hanya ingin menjadi seseorang yang baik dan juga menyenangkan buat Nisa.”

“Oke, jadi sekarang kamu mau menjadi seorang sahabat yang memiliki rasa cinta kepada sahabatmu sendiri.”

Kevin berbicara kepadaku sambil mendorongku. Kemudian, tiba-tiba Nisa datang dan langsung menolongku yang terjatuh karena aku tidak siap untuk menerima dorongan dari Kevin. Annisa langsung memarahi kevin.

“Kevin! Aku tidak suka kamu yang bertingkah laku kasar kepada Dika.”

Kemudian Nisa mengajakku ke UKS. Disitu Nisa berkata kepadaku,

“Dika, maaf ya sebelumnya. Kalau aku tidak bisa balas cintamu itu. Aku tidak suka sama orang yang kekanak-kanakan. Tapi disatu sisi aku juga suka sama kamu yang orangnya apa adanya. Walau kamu kekanak-kanakan, aku hanya menganggapmu sebagai sahabat terbaikku saja, tidak lebih.”

Setelah Nisa berkata seperti itu kepadaku dia langsung lari keluar dari ruang UKS.

Malampun tiba, malah itu aku ingi sekali menelpon Maya. Dia sahabatku juga. Karena telponku tidak diangkat olehnya. Akhirnya aku ke rumah Maya. Sesampainya di sana, aku tidak sengaja mendengar pembicaraan antara Maya dengan Nisa. Dan Nisa berkata pada Maya,

“May, sebenarnya aku tuh suka sama Dika. Tetapi tidak ada alasan untukku untuk tidak mencintai Kevin karena dia sudah memberi aku segalanya. Walaupun itu sebenarnya hasil jerih payah dari orang tuangnya. Tetapi dia pernah menyelamatkan ku!”

Tiba-tiba ia berhenti sejenak. Segera aku masuk ke kamar Maya.

“Nisa, Kevin sudah melakukan apa?”

“Dika, dia sudah menyelamatkan aku.”

“Menyelamatkan apa?”

Setelah itu aku langsung meninggalkan rumah Maya dan langsung menuju ke rumah Nisa untuk mencurahkan isi hatiku kepada Arif adiknya Nisa.

“Gimana nih Rif, aku tuh sebenrnya suka sama kakakmu, tetapi aku tidak mungkin bilang itu semua ke kakakmu. Aku tidak mau persahabatanku berantakan Rif.”

“Kalau begitu kakak tidak usah suka sama kakaku sajah.” Kata Arif.

“Ya tidak bisa begitu dong Rif.”

Tiba- tiba Ayu datang.

“Arif, Dika, kalian sedang ngapain?”

“Tidak Yu, aku sedang ngobrol tentang game sama Arif.”

“Tidak ka Ayu. Tadi ka Dika bukan bicara tentang game, tetapi kak Dika bicara kalau dia....”

Aku langsung menginjak kaki Arif, dan juga membisiki Arif. Arif pun teriak karena kesakitan.

“Kamu kenapa Rif?” Kata ka Ayu.

“Tidak apa-apa ko ka Ayu.”

Setelah itu Dika membisika Arif, “jangan bilang ke siapa-siapa termasuk kakakmu juga ya.”

“Kalian bisik-bisik apaan sih. Aku curiga kalau ada apa-apa. Pasti ini tentang Nisa kan?”

“Tidak.”

“Ngaku saja deh.”

“Tapi jangan beritahukan ke yang lainnya ya?”

“Oke deh. Tapi sebenarnya ada apa sih?”

“Sebenarnya, aku mengakui kalau aku suka sama Nisa, tetapi kalau aku jadian dengannya, terus persahabatan kita hancur dong.”

“Kalau kamu suka sama Nisa tidak apa-apa kok, kami tidak akan mengganggu untuk kalian pacaran. Dan persahabatan kita tidak akan pernah hancur. Kami semua sudah tahu kalau kamu suka sama Nisa, tetapi kecuali Nisa.”

“Yang bener?”

“Loh, kamu belum tahu Nisa suka sama kamu dari lubuk hatunya yang paling dalam.?”

“Haaaaa? Yang benar kamu!.”

“Iya. Dia bilang sendiri ke aku.”

“Ya sudah ya. Aku mau pulang dulu. Makasih ya Yu infonya.”

Keesokan harinya, pada saat jam istirahat, aku ke kelasnya Nisa. Tetapi aku tidak ke Nisa, melainkan aku mencaari Rafi. Dan aku berkata,

“Fi, kamu sudah tahu tentang aku sama Nisa?”

“Sudah. Memangnya kenapa Dik? Kamu takut ungkapun perasaan kamu ke Nisa?”

“Iya Fi... kok kamu tahu sih kalau aku takut ungkapin perasaanku terhadap Nisa. Kamu mau bantuin aku bilang perasaanku ke Nisa?”

“Iyalah aku tahu, soalnya aku sudah menebak dari raut muka kamu itu Dik. Tenang aja Dik. Aku akan bantuin kamu. Kamu kan sahabatku.”

“Makasih ya Fi.”

Setelah pulang sekolah, aku menemui Rafi lagi,

“Fi, apakan kamu sudah bilang ke Nisa?”

“Sudah.”

“Terus dia jawab apa Fi?”

“Sebenarnya sih dia mau jadi pacarmu, tetapi dia takut kalau persahabatan kita berantakan. Lalu ku jawab, sebenarnya kami semua sudah tahu kalau kalian berdua sama-sama suka.”

Tiba-tiba Nisa datang menghampiriku.

“Dika, Rafi kalian berdua ngapain sih?”

“Tidak apa-apa kok, hanya bicara tentang tugas sekolah.”

“Sudah dulu ya Nisa, Dika, aku pulang duluan.”

“Oke.” Jawab kami berdua.

Kemudian aku dan Nisa ngomong secara bersamaan,

“Nis..”

“Dik..”

“Tidak, kamu duluan sajah yang bicara.”

“Kamu saja dulu Dika.”

“Baiklah aku duluan. Nis, sebenarnya waktu itu yang kita di rumahnya Maya itu semuanya benar. Memang dari dulu aku suka sama kamu, tapi hanya sekedar sahabat saja. Tetapi sekarang tidak, rasanya setiap kamu tidak ada di dekatku, aku merasa kesepian. Terus setiap kamu bersama orang lain hatiku merasa marah sekali. Nisa kamu mau jadi pacarku?”

“A... Ak... Aku....”

Seluruh sahabatku Maya, Kevin, Ayu, dan Rafi berkata,

“YAAAAA.........”

“Apa!!! Teman-teman!!!!”

“Sebenarnya kamu mau jawab iya kan? Ngaku saja deh Nis.”

“Benar teman-teman.” kata Nisa.

“Apa Nis??? Kamu mau jadi pacarku?”

“Iya Dika aku mau jadi pacar kamu.”

“Akhirnya kalian jadian juga.” Kata teman-temanku.

“DIKA.”

“Ya teman- teman.”

“Ingat Pajak Jadiannya oke!”

“Ah, kalian bisa saja sih.”

“Kalau begitu hubungan kalian tidak kami restui loh.”

“Baiklah besok sepulang sekolah aku kasih kalian pajak jadiannya.”

“Horeeeee....”

“Dika, sebaiknya kamu ajak tuh pacar barumu jalan. Ya udah ya kami pulang duluan.”

Setelah sahabatku pergi aku langsung mengajak Nisa jalan. Akhirnya impianku jadi kenyataan juga. Terima kasih ya Allah engkau telah mendengarkan do’aku. Keesokan harinya, aku menjemput Nisa. Ternyata dia sudah berangkat duluan. Kemudian aku bergegas pergi ke sekolah.

Dan ternyata hingga aku sampai di sekolah aku tidak menemukan Nisa. Bel masuk telah berbunyi, aku tak tahu apakah Nisa sudah datang apa belum. Setelah bel istirahat berbunyi, aku langsung ke kelasnya Nisa. Dan aku menemui Rafi.

“Fi, apakah Nisa tadi masuk sekolah?”

“Tidak, dia tadi tidak kelihatan tuh waktu pelajaran.”

“Ya sudah makasih ya Fi.”

“Iya sama – sama

Aku merasa heran dan juga perasaanku tentang Nisa Apakah yang terjadi dengan Nisa? Setelah pulang sekolah aku mencari dimana Nisa berada dan menelusuri semua jalan yang pernah aku lewati bersama Nisa dan Hatiku merasa tidak tenang aku terus kepikiran Nisa. Tiba - tiba dijalan aku kaget karena melihat banyak warga berkerumunan. Aku langsung menghampiri warga yang sedang berkerumanan itu. Dan itu adalah Nisa yang tergeletak di pinggir jalan. Dan kata warga sekitar dia melihat Nisa di tabrak lari.

Kemudian aku membawanya ke Rumah Sakit terdekat dan memberitahukan kepada orang tuanya bahwa Nisa telah ditabrak lari. Setelah orang tuanya datang. Mereka menangis, tetapi tangisan mereka tak seperti rasa sakitnya hatiku. Beberapa hari telah berlalu, tetapi Nisa  masih belum sadar juga. Aku terus berdoa meminta pertolongan kepada Allah, agar Nisa  cepat – cepat siuman.

Keesokan harinya, setelah aku pulang sekolah Rafi, Kevin, Maya, dan ayu bertanya kepadaku,

“Dik, Nisa kemana Dik kemarin aku tidak melihat sama sekali Nisa di sekolah.”

“Dik… jawab pertanyaan kita dimana Nisa berada. (Dengan perasaaan khawatir).”

“Oke... Aku akan menjawab pertanyaan kalian (Dengan tampang muka sedih).”

“Jadi, sebenarnya itu Nisa dirawat di Rumah Sakit karena dia mengalami kecelakaan Ditabrak lari.”

Semua Teman, “Apa….. Nisa kecelakaan, (Menangis).”

“Teman–teman pulang Sekolah kita bareng-bareng ke Rumah Sakit ya.”

Semua teman, “Tentu saja Dik karena kita semuakan adalah Sahabat.”

Sepulang Sekolah kami bergegas pergi ke Rumah Sakit tempat Nisa dirawat. Di sampainya disana akhirnya Nisa sadar juga dan berkata kepadaku,

“Dik… Dika. Sebenarnya aku mencintaimu dengan setulus hatiku dan dari lubuk hatiku yang paling dalam.”

Setelah orang tuanya kuhubungi kalau Nisa sudah siuman, dia langsung menghembuskan nafas yang terakhirnya. Aku merasa sangat sedih dan hatiku sakit sekali. Dan aku berjanji tidak akan melupakan Nisa untuk selamanya, dan juga aku tidak akan pernah pacaran lagi, sebelum aku bisa menjaga seseorang yang aku cintai.

“TAMAT”

favorite
0 likes
Be the first to like this issue!
swap_vert

X