×

Penana
search
Loginarrow_drop_down
Registerarrow_drop_down
Please use Chrome or Firefox for better user experience!
  • Time Remaining
    Submission Closed
Kawan
0
0
0
73
0

Sore itu senja mulai menyingsing.

Mulai meredupkan sinar nya.

Tanda dari sebagaian orang bahwa waktu istirahat akan segera tiba, angin dari arah laut yang tak jauh dari tempat ini seolah-olah menyapa setiap insang yang melewatinya,sayangnya,hanya sedikit yang peduli akan hadirnya.

Derit rel kereta yang beradu dengan roda besi nya semakin meramaikan suasana,ditengah keramaian manusia yang berlalu lalang,sepertinya hanya aku yang merasakan kesepian. Dan angin seolah menjadi tempat bersandar kata yang tak bisa di ucapkan.Ditempat ini aku banyak belajar ketika gedung-gedung tinggi nan megah bersejajar dengan gang-gang sempit yang pengap dan gelap,membawa banyak pertanyaan yang tak bisa ditanyakan apalagi berharap mendapatkan jawaban!!.

Kopi yang ku pesan dari ibu-ibu pinggir jalan,rasanya sudah cukup nikmat untuk menemani sore ku,seperti biasa,di tempat ini tak banyak kawan yang bisa aku ajak bicara.Mungkin hanya dia yang kurasa mau mendengarkan semua cerita.

Hai,kau lihat kawan?

Gedung tinggi itu bukankah begitu wegah?...siapa gerangan yang tinggal di sana?.."tanyaku", sama sepertimu mereka orang-orang yang punya pertanyaan sama denganmu"jawabnya", pertanyaan apa?"lanjutku bertanya"mereka bertanya padaku apakah kalian melihat rumah-rumah kumuh dengan ganggang sempit yang becek serta bau Pesing itu?...,lalu mereka pun menanyakan hal yang sama sepertimu.Mereka bertanya,"siapa gerangan yang tinggal di sana "lalu apa jawab mu,dia tersenyum lalu menjawab"kujawab sama seperti jawaban ku pada mu".

Aneh,bagaimana mungkin pertanyaan di gunakan untuk menjawab pertanyaan?

Dan pertanyaan itu di jawab dengan pertanyaan yang sama ?

Aneh bukan?

Tapi,sepertinya memang begitulah yang terjadi mereka yang tinggal di gedung-gedung tinggi nan mewah itu berpikir sama seperti yang di pikirkan oleh orang-orang yang tinggal di tempat kumuh itu.Kunyalakan sebatang rokok yang dari tadi hanya kutimang-timang di tangan."Kau tau,apa bedanya orang di gedung mewah itu,yang mereka mampu memiliki semua yang mereka inginkan,dengan orang-orang di gang sempit itu menerima apa yang mereka miliki dan tak punya banyak keinginan dalam hidup nya"tanyanya pada ku,"entahlah,tapi bukankah memang keduanya berbeda?"jawab ku sekenanya"benarkah demikian?"ia kembali bertanya.

Ya, setidaknya menurutku begitu.Mereka yang tinggal di sana bisa menuruti semua kemauannya,sedangkan yang tinggal disini tidak,jawabku"maksudku,apa bedanya orang yang bisa memenuhi segala keinginan di hidupnya dengan mereka yang tak punya keinginan apa-apa dalam hidup"terangnya padaku,meskipun begitu aku masih tak bisa memahami ucapannya.

"Aku tak tau,bisa kau jelaskan apa bedanya?

Aku memilih memintanya menjelaskan"tak ada bedanya,keduanya sama saja. Kalau memang kamu tidak bisa memenuhi semua keinginan dalam hidupmu,maka cara termudah adalah dengan tak perlu memikirkan apapun.Cukup diri dengan apa yang sudah Tuhan berikan padamu, bersyukurlah"jawabannya dengan senyuman yang melegakan.

Ah,memang kau yang selalu bisa menjawab pertanyaanku.Pertanyaan yang tak bisa aku ajukan kepada manusia,tapi kau mendengarnya dan aku pun mendengarmu.Memang benar bukankah sudah begitu banyak yang Tuhan berikan bahkan tanpa pernah kita minta sebelumnya.Aku kira hanya rasa syukur yang bisa menjadi kekuatan bagi mereka yang tinggal di gang-gang itu untuk dapat tersenyum dengan lepas.Begitupun sebaliknya kehilangan rasa syukur yang mebuat orang-orang di gedung-gedung sana tidak bisa tidur nyenyak di atas kasur-kasur busanya.

Bukankah rasa syukur atas nikmat yang Tuhan berikanlah yang memberi kekuatan orang-orang pinggiran ini bertahan dan bersabar menghadapi segenap ujian dan cobaan.Tentu kehilangan rasa syukur juga yang membuat orang terus menerus menumpuk harta demi berusaha memenuhi apa yang mereka inginkan.Mereka tidak sadar,bahwa letak kebahagiaan yang sebenarnya tentu bukan hanya sekedar memenuhi apa yang diinginkan akan tetapi mensyukuri apa yang telah Tuhan berikan.

Azan magrib berkumandang dari surau samping stasiun,kau pun perlahan mulai pergi.kembali ketempat mu berasal,atau mencari hati-hati yang kesepian lainnya.Swmoga besok kita bisa berjumpa lagi disini.Dan banyak hal yang ingin aku tanyakan,ada banyak cerita yang ingin aku sampaikan.

Bagi hati-hati yang sepi sepertiku,kawan sepertimu ialah tempat kami bercerita. Terimakasih angin.



Sore itu senja mulai menyingsing.

Mulai meredupkan sinar nya.

Tanda dari sebagaian orang bahwa waktu istirahat akan segera tiba, angin dari arah laut yang tak jauh dari tempat ini seolah-olah menyapa setiap insang yang melewatinya,sayangnya,hanya sedikit yang peduli akan hadirnya.

Derit rel kereta yang beradu dengan roda besi nya semakin meramaikan suasana,ditengah keramaian manusia yang berlalu lalang,sepertinya hanya aku yang merasakan kesepian. Dan angin seolah menjadi tempat bersandar kata yang tak bisa di ucapkan.Ditempat ini aku banyak belajar ketika gedung-gedung tinggi nan megah bersejajar dengan gang-gang sempit yang pengap dan gelap,membawa banyak pertanyaan yang tak bisa ditanyakan apalagi berharap mendapatkan jawaban!!.

Kopi yang ku pesan dari ibu-ibu pinggir jalan,rasanya sudah cukup nikmat untuk menemani sore ku,seperti biasa,di tempat ini tak banyak kawan yang bisa aku ajak bicara.Mungkin hanya dia yang kurasa mau mendengarkan semua cerita.

Hai,kau lihat kawan?

Gedung tinggi itu bukankah begitu wegah?...siapa gerangan yang tinggal di sana?.."tanyaku", sama sepertimu mereka orang-orang yang punya pertanyaan sama denganmu"jawabnya", pertanyaan apa?"lanjutku bertanya"mereka bertanya padaku apakah kalian melihat rumah-rumah kumuh dengan ganggang sempit yang becek serta bau Pesing itu?...,lalu mereka pun menanyakan hal yang sama sepertimu.Mereka bertanya,"siapa gerangan yang tinggal di sana "lalu apa jawab mu,dia tersenyum lalu menjawab"kujawab sama seperti jawaban ku pada mu".

Aneh,bagaimana mungkin pertanyaan di gunakan untuk menjawab pertanyaan?

Dan pertanyaan itu di jawab dengan pertanyaan yang sama ?

Aneh bukan?

Tapi,sepertinya memang begitulah yang terjadi mereka yang tinggal di gedung-gedung tinggi nan mewah itu berpikir sama seperti yang di pikirkan oleh orang-orang yang tinggal di tempat kumuh itu.Kunyalakan sebatang rokok yang dari tadi hanya kutimang-timang di tangan."Kau tau,apa bedanya orang di gedung mewah itu,yang mereka mampu memiliki semua yang mereka inginkan,dengan orang-orang di gang sempit itu menerima apa yang mereka miliki dan tak punya banyak keinginan dalam hidup nya"tanyanya pada ku,"entahlah,tapi bukankah memang keduanya berbeda?"jawab ku sekenanya"benarkah demikian?"ia kembali bertanya.

Ya, setidaknya menurutku begitu.Mereka yang tinggal di sana bisa menuruti semua kemauannya,sedangkan yang tinggal disini tidak,jawabku"maksudku,apa bedanya orang yang bisa memenuhi segala keinginan di hidupnya dengan mereka yang tak punya keinginan apa-apa dalam hidup"terangnya padaku,meskipun begitu aku masih tak bisa memahami ucapannya.

"Aku tak tau,bisa kau jelaskan apa bedanya?

Aku memilih memintanya menjelaskan"tak ada bedanya,keduanya sama saja. Kalau memang kamu tidak bisa memenuhi semua keinginan dalam hidupmu,maka cara termudah adalah dengan tak perlu memikirkan apapun.Cukup diri dengan apa yang sudah Tuhan berikan padamu, bersyukurlah"jawabannya dengan senyuman yang melegakan.

Ah,memang kau yang selalu bisa menjawab pertanyaanku.Pertanyaan yang tak bisa aku ajukan kepada manusia,tapi kau mendengarnya dan aku pun mendengarmu.Memang benar bukankah sudah begitu banyak yang Tuhan berikan bahkan tanpa pernah kita minta sebelumnya.Aku kira hanya rasa syukur yang bisa menjadi kekuatan bagi mereka yang tinggal di gang-gang itu untuk dapat tersenyum dengan lepas.Begitupun sebaliknya kehilangan rasa syukur yang mebuat orang-orang di gedung-gedung sana tidak bisa tidur nyenyak di atas kasur-kasur busanya.

Bukankah rasa syukur atas nikmat yang Tuhan berikanlah yang memberi kekuatan orang-orang pinggiran ini bertahan dan bersabar menghadapi segenap ujian dan cobaan.Tentu kehilangan rasa syukur juga yang membuat orang terus menerus menumpuk harta demi berusaha memenuhi apa yang mereka inginkan.Mereka tidak sadar,bahwa letak kebahagiaan yang sebenarnya tentu bukan hanya sekedar memenuhi apa yang diinginkan akan tetapi mensyukuri apa yang telah Tuhan berikan.

Azan magrib berkumandang dari surau samping stasiun,kau pun perlahan mulai pergi.kembali ketempat mu berasal,atau mencari hati-hati yang kesepian lainnya.Swmoga besok kita bisa berjumpa lagi disini.Dan banyak hal yang ingin aku tanyakan,ada banyak cerita yang ingin aku sampaikan.

Bagi hati-hati yang sepi sepertiku,kawan sepertimu ialah tempat kami bercerita. Terimakasih angin.



favorite
coins
0 likes
Be the first to like this issue!
swap_vert

X