×

Penana
search
Loginarrow_drop_down
Registerarrow_drop_down
Please use Chrome or Firefox for better user experience!
HARI KITA SELESAI
G
1.5K
0
0
171
0


Pagi itu, seperti biasa Awan terbangun ketika kumandang adzan subuh terdengar dari kosannya. Ia lalu mengambil wudhu. Lalu ia kembali ke tempat tidur dan membuka handphone. Tidak ada notifikasi apa-apa. Tidak seperti biasanya. Kemana perginya ucapan selamat pagi yang selalu ia dapatkan 2 tahun belakangan, dan kemana dia.

Awan lalu menjalankan aktivitasnya seperti biasa, meskipun ada hal yang tak biasa yang selalu mengganggu pikirannya.

"Persentase yang bagus"

"Terimakasih Bu"

"Ini makalah bikinan kamu sendiri?"

"Ya iyalah bu, kalau saya copy dari internet pasti ibu tau"

"Iya.., makanya, ini terlalu bagus, jarang saya nemuin ada makalah selengkap dan Serapi ini. Bahkan kamu hampir tidak ada salah ketik dalam penulisannya"

"Saya emang orangnya gitu Bu, kalau ngeliat tulisan kurang koma atau Spasi aja mata saya langsung gatal mau ngebenarin"

"Ohh, berarti kamu orangnya jeli, keren. Saya suka"

"Terimakasih banyak Bu"

Seperti biasa Awan selalu sempurna dalam menyelesaikan tugasnya. Manusia paling teliti dan juga paling peduli perasaan orang lain. Setelah kelas selesai, Awan dan 3 temannya beranjak menuju kantin favorite mereka. 

"Udah siang, tapi Abi belom nge chat juga. Bahkan chat aku semalam belum dibaca. Dia kenapa yahh"

"Emang ada masalah apa wan?"

"Gak ada..."

"Kok gak ada?"

"Gak tau, tiba-tiba beda aja"

"Bosen kali.."

"Malam Minggu kemaren masih baik-baik aja kok. Masih jalan bareng juga"

"Trus.... kenapa?"

"Hmm.. gak tau yah bener apa nggak, tapi feeling aku dia Deket sama cewe lain di kampusnya"

"Haa... Feeling dari mana??"

"Iyaa... Jadi sebulan terakhir, ada 3 akun cewek yang berbeda selalu liat story Instagram aku, padahal aku nggak follow. Terus aku cek, mereka dari kampus yang sama, sama Abi"

"Kamu gak tanya sama dia?"

"Abi bilang mreka teman organisasinya"

"Owhh.. tapi kok tiba-tiba berubah gitu yah"

"Yahh, smoga aja semua bakal baik-baik aja"

Mereka semua mengaminkan ucapan Awan, yang walaupun kata-kata itu terucap dengan senyuman, ia tidak bisa menyembunyikan ada ke khawatiran di wajahnya. Dan untuk mengurangi rasa khawatir itu ia pergi ke Gramedia tempat favoritenya, sendirian. Disana ia bisa menyelam dalam semua buku yang ia baca. Melupakannsejenak realita yang cukup menakutkan baginya. Ntahlahh, walaupun belum tentu, tapi saat itu ia merasa bahwa perpisahan semakin dekat. Ia ingin sekali memperlambat waktu, memberi ruang untuk ia bisa berfikir bagaimana caranya hal itu tidak akan terjadi.Bisakah dunia berhenti.

1 pesan masuk; "nanti malam aku jemput, ada yang mau diomongin".

Deg... Jantungnya tiba-tiba berdetak cepat dari sebelumnya. Apakah sekarang waktunya? Bantu aku untuk meyakinkan diriku sendiri, bahwa yang kutakutkan tidak akan terjadi. Tapi, tak ada yang bisa di hindari.

"Maaf wan, aku mau kita selesai"

"Knapa?"

"Karena ada hal lain yang sedang aku kejar"

"Apa? Hal lain apa? Aku selalu suport kamu kok"

"Gak gitu wan,"

"Trus gimana? Aku selalu suport dan ngertiin apa yang udah dan akan kamu kejar, kecuali.."

"Kecuali apa?"

"Kecuali yang kamu kejar adalah wanita lain"

"Wan, bukan itu masalahnya"

"Hmmm..., Ku pikir kita akan selamanya"

"Kamu mikir terlalu jauh wan"

"Yah karna kita udah jalan jauh bi"

"Aku minta maaf untuk itu"

"Untuk apa?"

"Untuk perjalanan jauh kita, yang ternyata sia-sia"

"Iyaa.. sia-sia karna kamu"

          Dia tidak banyak bicara atau adu argumen seperti biasa. Ia benar-benar seperti orang yang sudah lelah. Ingin cepat berlalu saja. Ia benar-benar sudah berubah. Seperti orang berbeda, tidak peduli pada perempuan didepan matanya yang sedang menangis. Dia lalu membayar pesanan yang sama sekali tidak mereka makan. Lalu mengantar Awan pulang.

         Sunyi tanpa suara, dalam hati Awan berkata "biasanya kita berisik dijalanan, tapi skarang kita udah bukan kita, walaupun aku nggak bang iya, tapi kamu pasti udah anggap kita selesai. Dengan perpisahan menurut kamu baik-baik. Tapi walaupun begitu, aku tetap mencintai kamu. Mau kamu keberatan apa tidak, perasaan itu akan selalu."

Ia Sampai di kosan dan melihat sosok laki-laki yang ia cintai, yang sudah menemaninya selama 2 tahun belakangan ini pergi tanpa aba-aba sebelumnya. Seperti badai yang tiba-tiba datang, kebahagiaan yang dulu jadi miliknya, kini hilang terbawa angin.

Ia membuka pintu kamar dan duduk di depan meja belajar, melihat ada kotak musik usang yang setelah di ingat-ingat. Itu adalah kado pertama dari orang yang barusan saja jadi mantannya. Kotak musik dengan lampu-lampu dan lagu yang menenangkan. Tapi ada yang aneh dengan kotak musik ini, ternyata rusak, sudah tidak berfungsi. Tak ada suara atau lampu lagi. Apa ini pertanda? Pertanda bahwa aku dan dia emang sudah tidak bisa diperbaiki lagi. Apakah kita emang benar-benar sudah selesai malam ini?

favorite
0 likes
Be the first to like this issue!

X