3 hari telah berlalu…..
Sejak insiden lancangku memeluk seenaknya Kashiwagi-san pada malam lalu, ia menjadi sedikit bertingkah aneh. Kashiwagi-san jarang sekali mengomeliku. Bahkan, ia sedikit enggan menatap wajahku.
(Apakah ini fase menuju aku dipecat? Hah…,)
Meski aku berpikir begitu, nyatanya nggak ada hal aneh dalam tiga hari ini. Namun aku mendapat kabar dari Enomoto-san, bahwa hari ini ia dan suaminya akan berkunjung ke kantor Kumoishi pusat, di Edogawa.
“Woah! Aku nggak percaya kamu mampu mendatangkan Enomoto-san! Ternyata aku ada benarnya kalau kamu ini agak spesial, Eijiro!” Kinji-san menepuk punggungku dengan semringah.
Ucapannya yang cukup keras itu membuat seisi rekan kerja sales mendengar. Mereka jadi membicarakanku. Itu membuatku nggak nyaman. Beberapa rekan kerjaku tampak senang, beberapa juga tidak.
“Sssstt! Sudah kubilang jangan keras – keras, Kinji-san!” Aku menempelkan telunjuk pada mulutku sambil menghadapnya dalam – dalam.
“Ehhhhh~ Kamu ngerahasiain itu?”
“Lah, bukannya aku kemarin sudah bilang?! Lagipula Enomoto-san juga belum sepakat kok!”
“A~ah.., Kamu ini pesimis banget ya…,”
(Si kampret ini!)
Kemarin malam sebagai perayaan atas kabar bahwa Enomoto-san akan tiba besoknya, aku ke apartemen Kinji-san yang terletak empat kamar dari kamarku, di lantai empat. Karena hatiku senang, aku ingin membantunya bermain game. Kinji-san adalah orang kedua yang kuberi kabar. Dan dirinya menelepon Aemi-san, yang menjadi orang ketiga mengetahui hal itu. Kami sudah seperti keluarga sih soalnya.
Padahal aku ingat betul bahwa hal ini nggak boleh diberitahukan siapapun. Meski aku juga ingat sih kalau waktu itu Kinji-san sedang sedikit mabuk.
Sedangkan orang pertama yang kuberitahukan…,
Tentu, Kashiwagi-san.
Lebih tepatnya, keesokan malam setelah terjadi tindakanku yang agak kurang bermoral, merangkul Kashiwagi-san seenaknya. Dia gila! Si workaholic itu masih tetap bekerja sampai malam lagi esoknya. Aku hanya ingin meminta bantuannya agar Enomoto-san mau mencapai kesepakatan. Kupikir Kashiwagi-san akan mengatakan hal seperti ini,
“Anda sudah bekerja beberapa bulan. Seharusnya anda mampu menghadapi masalah ini secara mandiri, Munekata-san!”
Ternyata sebaliknya. Kashiwagi-san malah tampak antusias.
Lagipula, ini kesempatan besar Kumoishi untuk menandai peta penjualan produknya melebar di Okinawa. Dan aku… tidak ingin ada kesalahan.
.
.
Kini waktu telah menunjuk pada jam 2 siang. Adalah waktu yang dijanjikan Enomoto-san atas pertemuan nanti.
Sebelumnya, aku dan Kashiwagi-san istirahat bareng sambil mendiskusikan rencana agar Enomoto-san setuju terhadap proposalku. Kashiwagi-san berbicara seperti biasa. Seolah kejadian kemarin nggak pernah terjadi. Nah, itu cukup membuatku lega sih.
Namun…
Sesekali pipinya agak merah dan kadang suasana menjadi canggung. Seperti saat ini…
Kami bersama menunggu di resepsionis, untuk menyambut Enomoto-san.
Aku dan Kashiwagi-san, duduk bersebelahan, canggung tanpa dapat berkata apapun. Ini hanya antara grogi dengan Enomoto-san atau karena Kashiwagi-san kemarin.
Untungnya, Reiko-san dan Ayumi—san, dua karyawan resepsionis mengajak ngobrol Kashiwagi-san sehingga situasi canggung nggak terlalu lama.
Beberapa menit kemudian…
Dari pintu kaca depan, tampak dua insan sekitar umur awal lima puluh tahunan. Satunya seorang bapak dengan perut agak buncit serta kumis dan alis yang tebal beruban, memakai kemeja pendek biru gelap dan celana jeans krem. Sedangkan satunya lagi, seorang ibu yang rambutnya rapi dikuncir roti bun rendah ke belakang, dengan sedikit uban.
“Mooo~ aku nggak percaya Tokyo lebih panas dari Okinawa…” kata ibu itu, sambil menglap pipi seorang bapak yang aku percaya itu adalah suaminya, dengan sapu tangan yang ia ambil dari saku gaun one piece warna abu – abu.
“Mama…, nggak usah, ah! Malu dilihatin orang!”
“Ihhh~ nggak ada salahnya, kan?”
Entah kenapa pasangan yang terlihat telah lama menikah itu sangat romantis.
(Pasti itu Enomoto-san!)
Aku dan Kashiwagi-san segera menyambut mereka. Kemudian kami langsung menuju lantai paling atas, di ruang meeting.
Kami mengobrol lumayan intens mengenai kesan pertama mereka datang ke Tokyo, khususnya Edogawa. Aku menambahkan bahwa Edogawa terkenal dengan pesona saluran air dan tempat yang rimbun dan cukup sejuk walau di perkotaan. Enomoto-san juga berpikir begitu, namun karena dari Okinawa harus turun ke bandara Tokyo, ia dan suaminya mengaku tidak mau keluar dari mobil sampai ke Kumoishi. Mereka terlalu mengharapkan AC mobil. Enomoto-san bilang bahwa ia dan suaminya setelah ini juga berencana liburan.
Aku dengan senang hati merekomendasikan mereka beberapa tempat seperti taman Heisei dan Taman kehidupan laut Tokyo. Enomoto-san tampak senang mendengar hal itu.
Pintu lift terbuka. Lima langkah lurus ke depan, adalah tempatnya. Aku telah mengatur beberapa produk yang menjadi sepak terjang populer produk Kumoishi. Tentu dimulai dari limun dan variasi soda baru lainnya, karena saat ini musim panas dan kebetulan juga klien kami ini tampak haus.
Semua soda terbaru Kumoishi telah kutaruh di meja. Semua rasa dari bunga sakura, strawberry susu, nanas madu, kopi, dan teh apel.
“Silahkan, anda boleh coba – coba dulu,” Kashiwagi-san mempersilahkan mereka.
Manik mata Enomoto-san tampak terkejut dan terlihat tertarik, bahkan suaminya tanpa basa – basi mengambil kopi.
Tentu, agar membuat klien nyaman, aku dan Kashiwagi-san juga ikut minum. Di saat meeting dengan klien, pihak Kumoishi selalu tidak tanggung – tanggung memberi tester sebanyak mungkin.
“Hm… kamu suka kopi, sayang?” Enomoto-san berpaling ke arah suaminya.
“Nah, sebenarnya dulu saat dinas ke negara lain, aku sempat merasakan soda kopi. Rasanya menyegarkan dengan krim, rasa kopi dan soda. Aku sudah lupa brandnya, tapi bila rasanya sama…, mungkin aku bisa ganti dari bir ke soda?” Suami Enomoto-san menerawang botol kopi soda yang ia bawa sambil mengangguk – angguk. “Ya, ya, ya itu mungkin! Saya berpikir… apakah produk kopi soda ini… mengandung kafein?”
“Ah, karena produk soda kopi kami menggunakan kopi asli, tentu seharusnya itu mengandung kafein. Tapi jangan khawatir, karena saya sudah memperkirakan hal ini dan berbicara dengan tim riset dan pengembangan. Mereka bilang, kafeinnya telah direduksi menjadi hanya 5% saja. Jadi, anda nggak perlu khawatir mengalami susah tidur atau alergi kafein,” jelas Kashiwagi-san dengan tenang dan terlihat sangat profesional menguasai kliennya.
“Kamu berjanji nggak akan minum bir lagi ‘kan, sayang?” Enomoto-san mendorong pipi suaminya itu dengan telunjuknya yang usil.
“He-hentikan, mama! I-itu kalau rasanya mirip loh! Ya, ya, ya….”
Melihat mereka berdua, membuat kami sedikit malu.
(Aku… nggak paham mengapa mereka ini sangat romantis. Tapi… itu melegakan. Dan seperti biasa, Kashiwagi-san menjelaskan dengan lengkap dan jelas.)
“Tapi… saya senang Kumoishi memikirkan hal sedetil itu. Itu sebenarnya berita bagus. Lagipula suami saya tidak terlalu ramah dengan kafein. Kurang lebih alergi kafein…, hanya membuat jantungnya berdebar kencang,” kata Enomoto-san.
“Oh, maaf. Itu berarti anda sama sekali… tidak bisa dengan kafein, tuan…?”
“Yvon Shimazaki. Nggak sebegitunya sih. Saya masih bisa dengan teh. Tapi kalau kopi sama sekali nggak bisa. Saya pernah sempat keras kepala minum segelas. Selain jantung saya berdetak kencang, seharian nggak bisa tidur. Nah, ini cukup memalukan. Sejujurnya saya sangat menyukai rasa kopi, walau dari soda,”
Kami berbincang sangat santai dan tenang. Enomoto-san dan suaminya, Yvon Shimazaki. Bahkan Enomoto-san sempat menceritakan masa lalunya dengan suaminya. Kami cukup kaget bahwa suami Enomoto-san berdarah jepang-prancis. Nah, sebenarnya aku yakin Kashiwagi-san juga menyadari dari hidung Shimazaki-san yang mirip orang asing.
Mereka pun cukup senang telah mencicipi semua rasa dari minuman soda keluaran terbaru produk Kumoishi. Bahkan, botol di hadapan Shimazaki-san untuk semua varian rasa limun, telah habis bersih. Orang itu sangat senang dengan limun kami, kukira?
Hampir sejam berlalu, Enomoto-san dan suaminya telah mencoba seluruh produk kami. Mereka cukup puas. Awalnya, aku hanya berpikir bahwa Enomoto-san akan setuju dengan dua atau tiga varian soda atau chip kentang. Justru sebaliknya. Enomoto-san setuju dengan semua varian limun, chip kentang dan bahkan setuju untuk mencoba beberapa varian biskuit dan permen susu produk kami.
(Bos terakhir selalu meninggalkan loot yang banyak, huh?) kataku dalam hati yang membandingkan dengan reward game yang kumainkan. Cocoklogi yang bodoh sebenarnya, tapi aku merasa puas.
Mereka telah menandatangani kontrak dengan Kumoishi selama satu tahun.
Setelah itu, kami mengajak Enomoto-san dan suaminya berkeliling ke pabrik produksi Kumoishi di lantai dua dan lantai tiga.
ns 172.70.179.121da2