Dia memandangku tanpa berkedip.
ya!! Tentu saja aku salah paham!
Setelah sekian tahun kita berteman, aku tak pernah melihatnya memandangku dengan pandangan itu.
Apa maksudnya? mengapa tiba-tiba aku tidak dapat gamblang menanyakan apa yang ada di otakku kepadanya? padahal selama ini hanya padanya, aku tidak pernah merasa sungkan menumpahkan perasaanku.
========================================================================================
Perkenalkan, namaku Lily, cerita yang ku tuliskan lebih kepada tumpahan perasaanku, yang tentu saja aku sampai saat ini belum tahu bagaimana akhir ceritanya. dan tentu saja ini cerita tentang perasaanku kepada seorang pria, yang sudah menjadi sahabatku selama belasan tahun, sebut saja dia Jason (Aku suka dengan nama ini, tapi percayalah, ini bukan nama aslinya.) Aku tentu saja harus merahasiakan identitas asli teman baikku, mohon maaf.
Aku berteman dengannya kurang lebih semenjak tahun 2007 silam, disaat kami benar-benar masih muda, dan belum mengerti apa-apa. Aku sendiri kenapa berteman dengannya, karena menurutku Jason adalah orang yang simple, mudah didekati, dan yang paling penting, dia adalah orang yang netral.
Selama kami berteman, sudah banyak cerita-cerita yang telah kami lalui. Dari sekedar pengalaman cetek kami, maupun pengalaman percintaan kami masing-masing. Aku nyaman bercerita tentang apapun kepadanya, karena Jason termasuk orang yang netral, dan juga tidak banyak omong, sehingga aku yakin, bahwa cerita terburukku pun akan dia simpan baik-baik dan tidak akan dilanjutkan kepada pihak selanjutnya. (Walaupun sebenarnya aku tidak terlalu perduli dengan hal itu.)
Jason.. Jason,,, aku hanya kagum, bagaimana mungkin orang itu tiba-tiba bisa menyelinap begitu saja ke bagian hati dan otakku, yang tidak disediakan untuknya. Aku merasa seperti tanpa sadar aku membukakan pintu hatiku yang sudah lama kukunci rapat-rapat untuk siapapun, dan aku tak menyangka, bahwa orang yang menyelinap masuk adalah dia.
Kami terbiasa berada di satu proyek yang sama. Dan selama ini aku tetap menganggapnya sebagai teman baikku, sampai pada pertengahan tahun lalu, ketika kami kembali bekerja dalam satu proyek yang sama lagi, aku mulai memandangnya dengan cara yang berbeda. Namun aku berpikir, mungkin karena aku sudah lama tidak memiliki teman laki-laki yang mendengarkan dengan seksama ketika aku bercerita tentang masalah yang aku hadapi tanpa mencoba memberikan solusi. (Well, seluruh teman laki-laki ku adalah teman yang paling pandai memberikan solusi untuk setiap masalah yang kuhadapi tanpa kuminta.) kecuali Jason.
Namun ternyata, dugaanku salah, aku tidak tahu kalau ternyata perasaanku bisa berkembang,, bukan meredup, namun semakin berkembang. Sampai hari inipun aku masih tidak tahu apa yang sedang aku pikirkan, atau apa yang sedang dia pikirkan.
Setelah ini aku akan mencoba menceritakan semua perlakuan Jason padaku, aku harap teman-teman mau membantuku, apa yang harus aku lakukan selanjutnya...
ns 172.70.127.92da2