“Aku berjanji, akan kembali secepat mungkin.” Janjiku sebelum aku pergi meninggalkan Riani.
105Please respect copyright.PENANAidWgzvRsAA
“Aku juga berjanji, akan menunggumu.” Aku sungguh bersyukur mendapatkan Riani, sosok wanita yang rela menunggu demi hubungan kita.
105Please respect copyright.PENANAbFb7mQFFEs
Pintu bisa sangat menakutkan untuk aku masuki, pintu itu akan memisahkan antara aku dan Riani. Entah berapa lama aku akan kehilangan Riani, ruang dan waktu akan berbeda mulai saat ini.
105Please respect copyright.PENANABaPNFnAz80
Terlihat Riani meneteskan air mata mengiringi kepergianku, aku hanya bisa melabaikan tangan dan mengucapkan selamat tinggal untuk sementara kepada Riani.
105Please respect copyright.PENANAxkAMDkkDfM
Atas dasar cintaku pada Riani, aku rela meninggalkan cita-citaku untuk bisa kuliah di jurusan pendidikan. Aku harus bekerja keluar kota untuk bisa segara mengumpulkan uang.
105Please respect copyright.PENANAw9recwIq0l
Usia hubunganku dengan Riani sudah cukup lama. Kita telah menjalin hubungan sejak kelas dua SMP. Riani didesak oleh orang tuanya segera menikah selepas lulus SMA, dan itu berarti aku harus meninggalkan Riani. Aku tergeletak di hadapan ayah Riani, meminta waktu agar aku bisa bekerja dan mempersunting Riani. Atas dasar tidak tega, ayah Riani mengizinkan aku, untuk membuktikan bahwa aku siap menikahi Riani.
105Please respect copyright.PENANA6dEGb6k0lX
Dengan modal tekad aku pergi meninggalkan keluargaku, kota kelahiranku, dan aku harus meninggalkan Riani. Semua ini aku lakukan hanya karena pesan ayah. 'Jika kamu menginginkan sesuatu, kamu harus siap berkorban.' Pesan ayahku dua tahun silam. Sebelum ayahku meninggal. Kini aku menginginkan Riani. Itu berarti aku harus rela kehilangan rasa berat meninggalkan ibu dan adikku.
105Please respect copyright.PENANAcKa92PHMLO
Dengan modal ijazah SMA, saya mendapatkan pekerjaan di sebuah pabrik pembuatan sepatu. Dan syukurlah, perusahaan itu memberikan pasilitas tempat tinggal kepada setiap karyawan. Aku tak tahu bagaimana rasanya hidup di dunia pekerjaan. Toh, ini adalah pertama kalinya aku memutuskan untuk bekerja.
105Please respect copyright.PENANAUS6h4nApJX
***
105Please respect copyright.PENANAF57b72b2mY
Hari pertama di mana aku memutuskan untuk mengejar mimpi mendapatkan Riani, dan sekaligus melepaskan mimpi untuk mendapat gelar sarjana. Jarak antara tempat tinggal dan pabrik tempatku bekerja tidak terlalu jauh, hanya menempuh waktu lima belas menit berjalan kaki. Aku bersama pekerja lain menerobos pagi mengejar asa. Dari sekian banyak pekerja, masing-masing memiliki tujuan masing-masing.
105Please respect copyright.PENANAwZ6LKgZuPF
Beberapa orang berbincang prihal Supervisor yang begitu galak. Aku tidak peduli. yang kini aku pedulikan, adalah bagaimana aku bisa mendapatkan banyak uang untuk dapat mempersunting Riani.
105Please respect copyright.PENANALMxcqSV2FQ
Banyak orang berpapasan dengan kami. Para pedagang hingga para pengemis yang sedang berusaha mengejar mimpi untuk tetap hidup. Dari sekian banyak orang yang aku lihat sepanjang jalan, hatiku bergetar tatkala melihat para pelajar yang berjalan menuju kampusnya, air mataku terjatuh.
105Please respect copyright.PENANAmfrdW6zP1D
Tring... Tring... Terdengar ponselku berdering. Aku segera mengambil ponselku dan terlihat ibu menghubungiku.
105Please respect copyright.PENANA2l2ZJj4SWJ
“Halo bu.” Aku mengangkat telepon sambil berjalan.
105Please respect copyright.PENANAHeO8rGxVMc
“Halo Nak. apakah kamu sudah mulai kerja?”
105Please respect copyright.PENANAs2DLN39l5c
“Sudah bu, ini lagi berangkat menuju pabrik.”
105Please respect copyright.PENANAazsCjh52b0
“Maaf ibu mengganggu.”
105Please respect copyright.PENANARQlHYtOesF
“Tidak apa-apa bu. Aku bahkan senang ibu menghubungiku.”
105Please respect copyright.PENANAWD2nrKWEuT
“Ibu juga minta maaf kemarin tidak mengantarmu ke terminal. Kau tahu sendiri, adikmu sakit dan gak bisa ditinggalkan.”
105Please respect copyright.PENANAffvNMUxumL
“Iya bu, aku juga mengerti.” Ucapkanku dengan nada lembut. Padahal dalam hatiku aku sangat ingin diantar ibuku kemarin.
105Please respect copyright.PENANAbh9byyV69g
“Ibu bangga sama kamu nak. Kamu berani memilih, antara kuliah atau bekerja untuk mendapatkan Riani. Ibu tak akan pernah memaksamu untuk kuliah atau bekerja, itu pilihanmu. Sekali lagi ibu bangga, Anda telah berani memilih. Maafkan ibu tidak bisa membantu banyak. Kau adalah anak laki-laki, ibu yang hebat.” Terdengar suara ibu bercampur isak tangis.
105Please respect copyright.PENANAJ9rZ54wEqc
“Ibu sudah memberikan banyak pengorbanan untukku. Terima Kasih Ibu selalu mendukungku.” Air mataku menetes mengucapkan kalimat itu. meskipun aku terlahir dari keluarga yang tak mampu. Namun, ibu selalu memberikan segal yang terbaik bagi adikku dan adikku.
105Please respect copyright.PENANAc7HUSM69sa
“Yasudah kalo kamu mau kerja. Hati-hati ya.”
105Please respect copyright.PENANAceeoHzhlRH
“Iya bu, terima kasih.”
105Please respect copyright.PENANAKPFgogvDLP
“Sama-sama nak.” Buku menutup telepon.
105Please respect copyright.PENANAR0vmt8VPci
Atas dukungan dari ibu, saya merasa lebih bersemangat. Gerbang pabrik sudah di depan mata. Terdapat pengawas wanita yang seolah menyambut kedatangan kami. Namun, dengan raut wajah yang begitu masam.
105Please respect copyright.PENANAmxOWkQpfJQ
“Keluarkan ponsel kalian.” Perintahnya dengan nada suara yang jauh dari kata sopan.
105Please respect copyright.PENANAxGV4GKS9cR
Satu persatu dari kami mengeluarkan ponsel dari saku dan menyerahkannya. Saat aku mengeluarkan ponselku, terdengar suara notifikasi dari ponselku. Terlihat dari layar ponselku Riani mengirim pesan.
105Please respect copyright.PENANAVuhGcwF2an
“Cepat sini. Lama banget.” Supervisor itu dengan kasar merebut ponselku. Dengan hati yang kesal aku segara meninggalkannya tanpa berkata apa-apa.
105Please respect copyright.PENANAM1VehZInBo
“Tunggu.” Supervisor itu menghentikan langkahku. Lalu aku menoleh kearahnya. “Apa kamu Alfi? Pegawai baru yang bertugas dalam pembuatan tali sepatu?”
105Please respect copyright.PENANAIbX72xl2iy
“Iya bu.” Dengan sedikit gugup aku menjawab.
105Please respect copyright.PENANASSt0wyFAr2
“Kenapa gak ngomong dari tadi?” Wanita itu membentakku, lalu mendekat ke arahku. “Ikut aku!”
105Please respect copyright.PENANAIIVa3cUBgH
Aku mengikuti wanita itu melangkah memasuki pabrik. Beberapa karyawan sudah mulai bersiap-siap untuk bekerja. Aku terus dibawa menuju sebuah ruangan kecil.
105Please respect copyright.PENANA2RdelAzczw
“Tadinya saya mau memberitahukan peraturan-peraturan kerja. Namun,saya banyak kerjaan. Jadi, Anda bisa membaca sendiri.” ia memberikan tiga lembar kertas kepada saya.
105Please respect copyright.PENANA6OLXZN97eQ
“Baik bu.” Jawabku Singkat.
105Please respect copyright.PENANALc0Hoz5U1G
“Yasudah mulai kerja sana.” Wanita itu menyuruhku untuk segera pergi dari ruangan kecil itu.
105Please respect copyright.PENANA0Rkyd3qV5y
Sembari berjalan menuju bagian pembuatan tali sepatu, aku membaca seluruh tulisan yang ada dalam kertas itu. Begitu terkejutnya saya melihat semua peraturan kerja yang ditulis dalam kertas itu. Bagaimana tidak, peraturan itu sangat membatasi hak-hak para pekerja. Antara lain, Karyawan tidak boleh melakukan protes atas perintah atasan, karyawan tidak dapat melakukan izin kerja lebih dari tiga hari selama setahun, dan masih banyak lagi peraturan kerja yang begitu membebankan para karyawan.
105Please respect copyright.PENANAI9iMM6t9fl
Atas semua peraturan-peraturan itu, saya hanya bisa menerima dengan lapang dada. Ini semua yang aku lakukan hanya untuk mendapatkan yang aku inginkan. Menikahi Riani. Karena pada hakikatnya, suatu keinginan dapat terwujud, jikalau ada sebuah pengorbanan. Kuharap, dengan bekerja disebuah pabrik yang memiliki peraturan yang begitu kejam, itu menjadi sebuah pengorbanan untuk mendapatkan impianku.
105Please respect copyright.PENANAhz4VbDzYFR
***
105Please respect copyright.PENANA20C8EsHhOr
Ku rebahkan tubuhku yang begitu lemas di atas kasur. Saya tak mengira bahwa bekerja dengan modal ijazah SMA, bisa semelelaahkan ini. Atau mungkin aku saja yang sial mendapatkan pekerjaan yang kurang baik. Bagaimana tidak, hari ini aku bekerja selama sepuluh jam dan hanya beristirahat satu kali selama lima belas menit. Saya tidak bisa memprotes jam kerja yang begitu tidak manusiawi. Toh, telah tertulis dalam peraturan bahwa. 'Karyawan tidak memperkenankan protes atas keputusan atasan.'
105Please respect copyright.PENANAt67HMMC4lu
“Astaga.” Mataku yang sedang aku usahakan terpejam, dengan seketika terbuka. Aku ingat tadi pagi, Riani mengirimkan pesan dan aku belum sempat membalasnya.
105Please respect copyright.PENANAYPFYoRsp9E
Aku segera membuka ponselku, memeriksa pesan apa yang dikirim Riani. Ah, ini masalah besar. Riani telah mengirim lima belas pesan kepadaku. Ia hanya menanyakan kabarku di pesan pertamanya. Mungkin karena aku tidak datang membalas, Riani membombardir segala pertanyaan yang menyudutkan ku. Menuduhku melupakannya.
105Please respect copyright.PENANAw0UnNF0awn
“Maafkan aku, tadi aku sibuk kerja.” Ku kirimkan pesan permintaan maafku. Meski aku yakin, Riani tidak akan mudah mengerti dengan pesan itu.
105Please respect copyright.PENANAW8V5nmnqML
Hampir setengah jam aku menunggu Riani membalas pesanku.
105Please respect copyright.PENANAJvYYDky41R
“Sesibuk apa samapi kau melupakanku?” Tanya Riani. Saya mengerti mengapa Riani bertanya demikian, karena Riani belum tahu peraturan pabrik tempat saya bekerja.
105Please respect copyright.PENANAoBub4Qm0fU
“Kamu harus lihat ini.” Aku mengirimkan foto lemabaran kertas peraturan karyawan pabrik. Di mana di kertas itu, tercantum larangan membawa alat komunikasi ke dalam pabrik. Dan peraturan-peraturan lainnya, yang membuat saya terbatas untuk memberi kepada kabar
105Please respect copyright.PENANArh30LaVoyr
Riani.
105Please respect copyright.PENANAOlB1aetPDE
Lumayan lama Riani membalas pesanku, mungkin dia membaca satu persatu peraturan pabrik yang saya kirimkan. Sebenarnya aku tak mau Riani tahu peraturan pabrik yang sangat berat itu. Namun, karena Riani marah atas pesannya yang tak terbalas, mau tidak mau aku harus menghadapi prihal ini.
105Please respect copyright.PENANAXolUPXWHb3
“Maaf. Karena ayahku, kau harus bekerja seperti ini demi hubungan kita.” Setelah lima belas menit Riani baru membalas.
105Please respect copyright.PENANAq88dV0eP3P
Ibu jariku melayang sesaat sebelum aku menjawab permintaan maaf Riani. “Kau tak perlu meminta maaf.
105Please respect copyright.PENANAxNeHeqSXyd
Toh, ini adalah jalan untuk kita bisa bersama. Dan aku senang menjalani semua ini.”
105Please respect copyright.PENANAqJ6v5QvUvw
“Kuharap kalimatmu tak bohong.”
105Please respect copyright.PENANAoQutjfeKOd
Saya mungkin memang berbohong. Dikala hatiku bahagia bekerja demi mempersunting kekasihku, aku juga harus bersedih, karena aku tidak bisa kuliah. Memang berat hidup dengan hati yang memiliki dua suara yang bertolak belakang. Mau tidak mau, harus meninggalkan salah satunya.
105Please respect copyright.PENANARCxavU7UTX
“Dan kamu juga, semoga tak berbohong menungguku di sana.”
105Please respect copyright.PENANA4edRyTMfFk
“Aku takkan pernah mengingkari janjiku.” Kalimat dari Riani membuatku bisa melupakan semua rasa lelahku bekerja.
105Please respect copyright.PENANA3TQNm2WoMk
***
105Please respect copyright.PENANA23kWNaB0BU
Waktu yang kutunggu-tunggu telah tiba. Sudah dua tahun saya bekerja di pabrik. Tempat kerja yang tak penah aku suka. Semenjak Riani tahu tentang peraturan kerja pabrik, kami jadi jarang berkomunikasi. Riani beralasan, takut menggangguku, dan aku tak mempermasalahkannya. Dengan tidak berkomunikasi secar intens, saya bisa lebih fokus bekerja. hingga aku bisa mengumpukan banyak uang selama dua tahun.
105Please respect copyright.PENANACPXhLl1tll
Namun, sejak tiga bulan terakhir, aku dan Riani semakin jarang berkomunikasi. Entah alasan apalagi. Namun, saya berusaha untuk menciptakan pikiran positif.
105Please respect copyright.PENANABbdTEN9Yo0
Kuucapkan selamat tinggal kepada teman-tema kerjaku, pabrik, supervisor galak dan kota tempatku bekerja. Aku pulang hari ini untuk menemui Riani. Kuputuskan untuk tidak mengabari Riani, untuk memberi kejutan.
105Please respect copyright.PENANAgTf0YQwd9M
Aku terenyum sambil menatap jalanan kota dari jendela bis. Aku ingat, dulu pas pertama berangkat kerja, hatiku bersedih sambil menatap jalan dari jendela bis. Namun sekarang, berubah 180 derajat. Aku bahagia telah menyelesaikan perjuanganku. Aku bahagia bisa menyelesaikan rintangan untuk mendapatkan Riani.
105Please respect copyright.PENANAVEjrWQjfM7
***
105Please respect copyright.PENANAPudn2VtAGM
Jarak rumah Riani dari terminal bis tidak terlalu jauh, hanya memerlukan lima belas menit berjalan kaki. Dengan hati yang mengebu-gebu, aku melangkahakan kaki menuju rumah Riani. Aku yakin dia pasti akan terkejut dan bahagia melihat kedatanganku.
105Please respect copyright.PENANAD9m33ad27e
Dengan senyuman lebar aku menatap rumah Riani. Aku senang impianku akan segera terwujud. Ku tekut pintu rumah Riani sambil mengucapkan salam. Riani keluar dengan raut terjut melihatku.
105Please respect copyright.PENANAEwbfihZjL9
“Alfi.” Ia menatap keheranan, aku melihat tak ada raut bahagia di wajahnya. “Ikut aku.” Riani menarikku untuk menjauh dari rumahnya. Aku tak tahu akan dibawa kemana.
105Please respect copyright.PENANAzAxgApC20j
Aku dibawa ke bawah pohon yang berjarak sepuluh meter dari rumahnya. Aku tak mengerti dengan sikap Riani.
105Please respect copyright.PENANAkiicE2RrFj
“Maafkan aku.” Kalimat pembuka Riani, yang membuat pikiranku melayang, menerka-nerka apa yang terjadi.
105Please respect copyright.PENANANxmht5Kzlv
“Untuk apa?” Dahi mengkerut.
105Please respect copyright.PENANAUAu2Fxg8Ut
Ini. Riani meunjukan jemarinya, di jari manisnya terlingkar cincin yang indah.
105Please respect copyright.PENANAHiBwq02SOL
“Apa maksudnya ini?” Pikiranku sudah melayang, membayangkan apa yang sebenarnya terjadi.
105Please respect copyright.PENANAVV3f7jXe5r
Riani menundukan kepala, seolah ia berat untuk menceritakan apa yang terjadi.
105Please respect copyright.PENANALpqjTKf3Xp
“Kumohon jelaskan!” Aku memaksa Riani menjelaskan dengan nada yang aku usahakan tetap tenang.
105Please respect copyright.PENANAlAFTL0vTjC
“Tiga bulan lalu ayah menjodohkanku dengan pria lain. Ayahku tak percaya kalau kamu bisa mengumpulkan uang hingga siap untuk menikahku. Aku tak bisa menolak lamaran itu, ini perintah ayahku sendiri.” Dengan suara pelan dan kepala yang menunduk, Riani menjelaskan hal yang sangat mengecewakanku.
105Please respect copyright.PENANAFPesTlHoVp
“Kenapa kamu tidak bercerita kepadaku?” Tak terasa air mataku menetes.
105Please respect copyright.PENANAg7FuC3pT8i
“Aku bingung harus bercerita apa, kukira kamu tidak akan datang secepat ini.” Riani menagis di hadapanku, seolah-olah ingin dimengerti.
105Please respect copyright.PENANAY83Lvf2FaQ
“Asal kamu tahu Riani, aku rela bekerja, mengubur cita-citaku untuk kuliah, dan meninggalkan ibuku demi kamu.” Nada bicaraku mulai meninggi. Ini kali pertama aku membentak Riani. Aku sungguh kecewa padanya.
105Please respect copyright.PENANAfjjEn9066g
“Maaf…”
105Please respect copyright.PENANA59U7X6sYs5
“Kukup!” Aku segera memotong kalimat yang akan keluar dari mulut Riani. Dan aku segera berlari meninggalkan Riani di bawah pohon itu dengan derai air mata.
105Please respect copyright.PENANAQ2vJioqISF
Jika aku tahu epilog dari pilihanku, aku tak akan memilih ini. Aku tak tahu janji Riani akan melahirkan jawaban di bawah pohon yang membuatku sungguh kecewa.
105Please respect copyright.PENANAfPQQpRjwpV
105Please respect copyright.PENANA16ajTDRsm1
105Please respect copyright.PENANAwb2mERv0Am
105Please respect copyright.PENANANue5q8UCZq
105Please respect copyright.PENANAnrVlIuD221
105Please respect copyright.PENANAtbNqNg9fLe
ns 108.162.216.20da2