"Lho, Kakak Ipar. Drama apa lagi ini? Apa Kakak Ipar ingin kabur dari rumah?"
47Please respect copyright.PENANAQOBsM7PVOH
Lydia Geraldine sedang turun tangga sambil menenteng tas koper dari lantai dua. Kemudian suara Violin Iskandar yang peduh langsung terdengar dari belakangnya.
47Please respect copyright.PENANA1YnjFDQMTD
Lydia hanya meliriknya sekilas, tapi tidak menggubrisnya. Lydia kembali melanjutkan kegiatannya.
47Please respect copyright.PENANAhJEz6IFubA
Begitu Lydia tiba di lantai satu, dia berpapasan dengan ibunya Adam Iskandar yaitu Hartini Kesuma sekaligus ibu mertuanya. Hartini yang selalu memandang rendah dirinya itu meliriknya dengan tatapan merendahkan dan berkata.
47Please respect copyright.PENANA6Dpigt7pkD
"Pagi-pagi begini bawa koper mau ke mana?"
47Please respect copyright.PENANAnk0bCodxYF
Lydia sudah tiga tahun menjadi menantu wanita ini. Mana mungkin dia tidak tahu bahwa Hartini sebentar lagi akan mencari gara-gara dengannya?
47Please respect copyright.PENANAfPioBmexUD
Dulu Lydia pasti akan meladeni Hartini, lalu segera meminta maaf dan membujuknya. Namun sekarang semuanya sudah berbeda. Lydia sudah bertekad untuk melepaskan Adam. Jadi dia tidak perlu lagi meladeni wanita tua yang sangat gampang naik darah ini.
47Please respect copyright.PENANA3H5lTlOOim
"Kemana pun tidak masalah! Nyonya Hartini tenang saja. Kelak aku tidak akan pernah menginjakkan kakiku di rumah keluarga Iskandar lagi."
47Please respect copyright.PENANAAg6QoItJ2j
Lydia tidak bersikap sopan dan lembut seperti biasanya. Meskipun nadanya sangat tenang, sepasang matanya tidak terlihat seperti dulu yang selalu ingin mendapatkan simpati Hartini. Hawa dingin di dalam sorot mata itu membuat Lydia terlihat sangat berbeda.
47Please respect copyright.PENANAsrFiLbQyfs
Menantunya yang selalu menunduk ini, tiba-tiba saja membantah dirinya. Hartini merasa sangat tidak terbiasa.
47Please respect copyright.PENANAk0GK0k7DKR
Alhasil, wajah Hartini langsung berubah kecut dan masam. "Lydia, beginikah sikapmu saat berbicara dengan orang tua?"
47Please respect copyright.PENANAHe2cACI6Si
"Seperti apa kau memperlakukanku selama tiga tahun ini. Seperti itu pula aku akan memperlakukanmu."
47Please respect copyright.PENANAC3SI7wNKY8
Lydia mengangkat alisnya. Sikap arogan dan sinis Lydia membuat amarah Hartini langsung naik ke ubun-ubunnya.
47Please respect copyright.PENANA92CWLErVOb
"Lydia, apa kamu masih menganggap aku sebagai ibu mertuamu?!"
47Please respect copyright.PENANAMP5CaCJK3M
Mendengar pertanyaan ini, Lydia melihat Hartini sekilas. Kemudian dia tersenyum menyeringai sembari berkata, "Maaf. Sebentar lagi kamu bukan ibu mertuaku lagi."
47Please respect copyright.PENANArtrFZKmiI1
Begitu Lydia mengatakannya, terdengar bunyi klakson yang berasal dari luar vila.
47Please respect copyright.PENANASXe2zT6snH
Lydia mengangkat alisnya dan menambahkan, "Aku pergi dulu Nyonya Hartini. Semua barang yang ada di dalam kamar itu, aku sudah tidak menginginkannya lagi. Nanti apakah kamu mau membuang atau membakar semua barang-barang itu terserah kamu saja. Kelak jangan pernah menghubungiku lagi!"
47Please respect copyright.PENANAwsgaglaGE1
Lydia berucap kata-kata itu bersamaan dengan tangannya menarik kopernya dengan santai.
47Please respect copyright.PENANAwTuszcn2QW
Sambil berjalan keluar, Lydia bergumam kembali, "Orang- orang keluarga Iskandar sangat menjijikkan."
47Please respect copyright.PENANADcQ7CdWayW
Hartini masih belum merespons perkataan Lydia. "Maaf. Sebentar lagi kamu bukan ibu mertuaku lagi".
47Please respect copyright.PENANAlCpCPPhiBW
Saat mendengar Lydia mengucapkan kalimat terakhir itu. Hartini langsung meradang dan membentaknya.
47Please respect copyright.PENANA0kGXXjlJ5O
"Lydia! Kamu sudah gila, ya? Percayalah! Aku akan memberitahu Adam kalau kamu...."
47Please respect copyright.PENANAN6TZ3dClZX
"Ibu, apa kamu sudah melihat Lydia? Menggelikan sekali. Pagi-pagi dia sudah mau pergi dengan membawa kopernya. Hahahaha! Apa dia sengaja lewat di depan kita supaya kita menahannya?"
47Please respect copyright.PENANARK3uJgqnvW
Violin berjalan keluar. Melihat Hartini berdiri dan tidak bergerak, dia pun mengulurkan tangannya untuk menarik baju ibunya dan bertanya kepada ibunya itu.
47Please respect copyright.PENANActboar5bG4
"Ibu, kamu kenapa?"
47Please respect copyright.PENANAx0pmmdP8jD
Ekspresi wajah Hartini terlihat sangat berkecamuk. Dulu Lydia akan langsung bersikap patuh setiap kali Hartini mengungkit nama Adam. Akan tetapi, hari ini Lydia seperti bukan Lydia. Dia tetap berjalan pergi tanpa menoleh.
47Please respect copyright.PENANASb2PwESonp
^^^
47Please respect copyright.PENANAq5RAIvqImT
Di luar sebuah mobil sport sudah melaju pergi. Saat Hartini berjalan keluar dari pintu, dia hanya menemukan bayangan mobil sport tersebut.
47Please respect copyright.PENANAEO3W3zcjR8
"Dia... Dia sudah pergi?"
47Please respect copyright.PENANARY8nkADoRw
Violin keluar mengikuti sang ibu, lalu tersenyum di sudut bibirnya sembari berkata kepada ibunya.
47Please respect copyright.PENANA98ijGwnmHt
"Biarkan saja dia pergi! Kak Shinta sudah kembali. Kalau dia tidak pergi sekarang, cepat atau lambat Kak Adam juga akan mengusirnya."
47Please respect copyright.PENANAJtA5g9H7z7
Perkataan Violin terdengar sangat masuk akal bagi Hartini. Putri dari keluarga Wijaya itu sebentar lagi akan kembali. Lydia yang ingin berpisah dari suaminya masih lumayan tahu diri.
47Please respect copyright.PENANAm5VEBZnS8D
***
47Please respect copyright.PENANA3dvMn19pZP
Sekarang Lydia yang tahu diri sedang membalik-balik dokumen perceraiannya di atas mobil Porsche. Setelah membaca semua pasal-pasal yang tertera di dalamnya, Lydia langsung menandatanganinya dengan puas
47Please respect copyright.PENANAzQ0Dz1KTSl
Melihat hal itu, Benita Darmadi yang duduk di sebelahnya pun berdecak ringan.
47Please respect copyright.PENANAzRr6yPy4BL
"Kamu tidak mau memikirkannya lagi?"
47Please respect copyright.PENANAUZJwBh6HGf
Lydia menutup pulpennya dan membalas, "Memikirkan apa lagi?"
47Please respect copyright.PENANAx5wWRd5wCE
Wanita idaman Adam sudah kembali. Apa lagi yang bisa diharapkannya dari Adam?
47Please respect copyright.PENANACsyWtufAeI
Sudah tiga tahun mereka menikah. Tiga tahun bukan waktu yang panjang, tapi juga bukan waktu yang pendek. Lydia kira, sedingin apa pun hati seorang pria, tiga tahun adalah waktu yang cukup untuk menghangatkan hati seorang pria.
47Please respect copyright.PENANAA5Lrtq8V7G
Sayangnya, Adam tidak punya hati. Hatinya sudah dia berikan pada wanita idamannya itu.
47Please respect copyright.PENANAhb9c2koAP0
Lydia merasa dirinya sudah bersikap sedikit tidak tahu malu. Waktu itu karena diminta untuk membalas budi, Lydia meminta Adam untuk meminangnya.
Alhasil, dia pun mendapatkan status istri Pak Adam selama tiga tahun ini. Sekarang, Shinta Wijaya sudah kembali. Sudah waktunya bagi Lydia untuk mundur dari posisi istri Pak Adam. Kalau tidak, dia akan merasa kasihan pada Adam yang terus menjaga 'kesuciannya' demi wanita itu.
Benar sekali! Mereka sudah menikah selama tiga tahun, tapi mereka tidak pernah melakukan hubungan suami-istri sekali pun.
Hal ini harus disembunyikan dan tidak boleh sampai tersebar ke luar sana. Jika tidak, orang-orang yang mentertawakan kegagalan pernikahannya malah akan menjerumuskannya.
Waktu tiga tahun sudah cukup untuk memuaskan perasaan cinta yang sudah dipendam Lydia selama tujuh tahun.
Lydia mengangkat tangannya untuk menutupi matanya supaya Benita tidak bisa melihat air matanya.
Biar bagaimanapun, Lydia hanyalah manusia biasa. Setegar apa pun Lydia, tidak ada seorang pun yang tidak akan bersedih setelah cintanya selama 10 tahun ini berakhir seperti ini.
Mobil sport merah itu berhenti. Benita mengangkat kacamata hitamnya.
"Kita sudah tiba. Lydia, kamu harus maju terus. Benita akan terus mendukungmu dari belakang!"
Setelah selesai mengatakannya, Benita memberikan ciuman jarak jauh untuk Lydia.
Melihatnya, Lydia langsung tersenyum. "Sudahlah! Aku sudah tiba di medan perang!"
Tidak salah! Melemparkan surat cerai ke hadapan Adam dengan gaya yang angkuh dan keren bukanlah hal yang mudah.
***
Lydia turun dari mobil sambil membawa surat cerainya. Selama tiga tahun pernikahan mereka, ini juga bukan pertama kalinya Lydia datang ke Perusahaan Niaga. Tentu saja, dia juga sudah berkali-kali tidak digubris oleh resepsionis perusahaan tersebut.
"Nyonya Lydia. Kalau Nyonya tidak membuat janji sebelumnya, Nyonya tidak boleh naik. Pak Adam sangat sibuk. Kalau semua orang bisa naik setelah berbicara denganku tanpa harus membuat janji terlebih dahulu, untuk apa perusahaan mempekerjakanku sebagai resepsionis?"
Seseorang yang hanya bekerja sebagai resepsionis saja bisa mempersulit Lydia. Tidak perlu jauh-jauh memikirkannya lagi. Resepsionis ini bisa bersikap seperti ini karena Adam sama sekali tidak menganggap keberadaan Lydia.
Lydia pun melihat ke bawah. Setelah itu dia tersenyum. Lebih tepatnya tersenyum mengejek.
"Sepertinya karyawan Perusahaan Niaga masih kurang pelatihan. Istri Pak Adam sampai harus membuat janji terlebih dahulu untuk bertemu dengan Pak Adam. Jelas sekali menjadi istri Pak Adam tidak membawakan keuntungan apa pun."
"Dan kamu..." Lydia menatap sinis resepsionis itu. "Baru menjadi resepsionis saja, gayamu sudah melebihi seperti orang kaya sungguhan. Hari ini aku maafkan sikapmu. Jika lain kali kita bertemu dan kamu masih bersikap sinis padaku, lihat saja apa yang akan terjadi padamu."
Lydia mengatakan hal itu sambil menatap sinis resepsionis itu. Setelah itu, dia langsung berjalan dengan sepatu tumit tingginya menuju ke arah lift.
Pertama kali melihat Lydia bersikap seperti itu, si resepsionis langsung terkejut dan syok. Saat dia sadar, resepsionis itu langsung mendengus dan menghubungi atasannya. Dia takut kena masalah.
Lydia belum tiba, Adam sudah tahu kalau sebentar lagi Lydia akan muncul di sana.
Adam langsung mengernyit. "Aku tidak mau bertemu dengannya."
Lima menit lagi, Adam masih harus mengikuti sebuah rapat singkat.
Sekretaris menyahut dan beranjak pergi. Baru keluar dari kantor Adam, dia sudah melihat Lydia yang sedang melangkah mendekat dengan sepatu tumit tingginya.
Hari ini Lydia terlihat sangat anggun dalam balutan rok ketat motif bunganya. Namun, entah kenapa ketika matanya melihat Lydia, sekretaris itu merasa ada yang berbeda dengan Lydia pada hari ini.
"Sekretaris Arif!"
Lydia mengambil inisiatif untuk menyapanya. Tanpa menunggu pria itu bereaksi, Lydia langsung mendorong pintu kantor Adam.
"Pak Adam, aku mengganggu sebentar. Ada dokumen yang membutuhkan tanda tangan Pak Adam."
Lydia mengatakan hal itu dengan tatapan matanya menatap tatapan ding
in yang dilayangkan oleh Adam. Kemudian Lydia meletakkan surat cerai yang dibawanya ke atas meja yang ada di hadapannya.
"Tanda tangan!"
47Please respect copyright.PENANAENOljT697m