Pagi itu seperti biasanya aku terbangun karena suara ayah tengah bersiap menangkap ikan.149Please respect copyright.PENANA7WNlqEe4lf
"Hari ini kamu dirumah saja. Jaga ibumu. Biar ayah yang urus ikan hari ini." selesai berkata seperti itu ayah pergi menembus kegelapan, suara langkah kakinya perlahan menjauh dan menghilang.
Aku kembali menyalakan tungku perapian yang telah padam untuk merebus ramuan obat ibu, walau berapa ratus kalipun ibu meminumnya tidak sedikitpun ada tanda-tanda kakinya akan sembuh kembali.
"Kenapa kamu sibuk sekali pagi ini kafra?" Tanya ibu dengan suara paraunya, aku segera mengambilkan ibu air untuk membasahi tenggorokannya. "Minum dulu, aku sedang menyiapkan obat untuk ibu." Ibu meneguk habis air yang diterimanya lalu kembali berbaring. Semakin lama tubuhnya seperti makin melemah. Mula-mula kakinya kehilangan kekuatan untuk berjalan, sekarang untuk berdiripun sulit. Ramuan obat yang diberikan penyembuh hanya membuat ibu terlelap lebih sering daripada membuat kakinya semakin kuat. Aku berkali-kali mengatakan pada ayah untuk mencari penyembuh lain, tapi ayah menolak karena tidak mudah mencari penyembuh untuk jelata seperti kami. Maka inilah yang kami dapat, ramuan obat yang baunya memuakkan dengan rasa yang mengerikan.
"Maaf ya, kamu dan ayah jadi harus berkerja lebih keras karena ibu tidak berguna." Ibu membalikkan badannya kearah samping dan memandangiku mempersiapkan obatnya. "Jangan berkata seperti itu, ibu hanya harus beristirahat dan serahkan semuanya kepada ayah dan aku." Aku menyaring rebusan itu dengan kain kedalam cawan lalu memberikannya pada ibu. "Bu, apa tidak sebaiknya kita cari saja penyembuh lain bu? Penyembuh kita saat ini sepertinya tidak dapat diandalkan." Aku menunggu ibu meminum habis air berwarna coklat mengerikan itu, harusnya aku buang saja tadi. "Kamu kan tau ayahmu tidak akan setuju, sangat jarang ada penyembuh yang mau menerima sedikit bayaran untuk jasanya." Ibu menyerahkan cawan kosong padaku, wajahnya mengerinyit jijik. Aku yakin rasanya masih sama buruknya seperti pertama kali ibu meminumnya dulu. "Kalau aku bisa mendapatkan penyembuh yang lain yang mau dibayar sama, maukah ibu mencobanya?" Aku mengambil roti dan memberikannya pada ibu. Roti mengenyangkan lebih lama daripada ikan bakar, karena itulah aku suka menukarkan ikan dengan gandum ataupun tepung gandum.
"Kalau memang ada kenapa tidak?" Ibu tersenyum memandangku, ia mengigit pinggiran roti dan mulai memakannya. "Baiklah setelah ayah kembali aku akan mulai mencari penyembuh terbaik."149Please respect copyright.PENANAOIKBNqbkWp
Setelah ibu kembali terlelap, akupun segera bersiap-siap keluar. Mencari penyembuh bukanlah hal sulit, tapi mencari penyembuh yang tidak meminta banyak imbalan memang sedikit mustahil.
Aku berjalan keluar rumah dan mencari pemukiman yang lebih padat manusia. Setiap berpapasan dengan orang lain, aku menanyakan apa dia mengenal seorang penyembuh. Tak terasa matahari sudah diatas kepala, namun belum kudapati info tentang penyembuh lain.
Dari kejauhan aku melihat sesosok lelaki yang tidak asing, dia nampak tersenyum dan berjalan mendekatiku.149Please respect copyright.PENANAZRao5jZmK2
"Hei gadis ikan... Baru saja aku akan menukar ikanmu." Lelaki itu berdiri dihadapanku dan menunjukkan sekantong tepung gandum miliknya.149Please respect copyright.PENANA1FvadE3WXA
"Tukarkan saja, ada ayahku disana." Aku berjalan cepat melewati dia.149Please respect copyright.PENANAQ5XcTsJao9
"Tidak jadi, besok saja. Kau mau pergi kemana?" Dia menyusul dan berjalan disampingku, aku berhenti dan memandang wajahnya, TAMPAN. Hanya itu yang ada dalam pikiranku saat melihat wajahnya. Kulit yang coklat keemasan, rambutnya berwarna hitam sedikit bergelombang, bola matanya berwarna hijau kekuningan, aneh tapi menarik dihiasi sepasang alis yang tebal, dan yang paling menawan dari wajahnya adalah bibir. Bibirnya terlihat sangat menarik, seperti seorang gadis, yang setiap dia tersenyum membuat cekungan kecil di dekat sudut bibir sebelah kiri.149Please respect copyright.PENANAYbfe7THkI0
"Hei... Kenapa?" Dia mendekatkan wajahnya ke arahku dan tersenyum. Sekilas aku merasakan susah untuk bernafas.149Please respect copyright.PENANArBzxCO77Aw
"Jangan ikuti aku, aku harus buru-buru." Aku mendorong bahunya kesamping dengan tangan kiriku.149Please respect copyright.PENANAi7FeUvKKa6
"Kamu mencari apa? Mungkin saja aku bisa membantumu." Lelaki ini meraih tanganku dan menghalangi jalanku. Aku terdiam, menghela nafas dan mengadahkan kepalaku, mata kami bertemu, tanpa berkedip aku pun menceritakan tujuanku.149Please respect copyright.PENANAvuXeXxqBq8
"Aku mencari seorang penyembuh yang mau bekerja tanpa bayaran, kau kenal orang seperti itu?" Nadaku sedikit mengejek karena aku sadar orang seperti itu tidak mungkin ada. Tidak sekarang, 1000 tahun lalu atau 1000 tahun yang akan datang.149Please respect copyright.PENANAbs3bMGcExl
"Siapa yang butuh bantuan? Mungkin aku bisa membantu." Senyuman menghilang dari bibirnya dan sorot matanya menunjukkan keseriusan.149Please respect copyright.PENANABZyFX8YYR2
"Ibuku sudah lama menderita penyakit aneh, bahkan penyembuh yang mau menangani ibuku pun sampai saat ini belum berhasil." Aku kembali menundukkan kepalaku.149Please respect copyright.PENANAigaJh8Aakf
"Baiklah, antar aku ke ibumu sekarang." Dia berbalik badan dan menarik lenganku ke arah keberangkatanku.149Please respect copyright.PENANAftTuekWXU7
"Tunggu, katamu kau kenal penyembuh, bukannya lebih baik kita temui penyembuh itu dulu?" Aku menarik lengannya untuk berhenti.149Please respect copyright.PENANA8oqShRVvoF
"Sudahlah percayakan saja padaku." Dia berjalan kebelakangku dan mulai mendorong punggungku.
Dalam perjalanan lelaki ini sungguh berisik sekali, bertanya macam-macam hal namun aku tidak membuka mulut. Perasaan binggung dan takut sedang bertarung dalam pikiranku. Bagaimana kalau ayah tau aku membawa orang asing masuk kedalam rumah kami?149Please respect copyright.PENANAYFpO8RKpeP
Tak lama kami pun sampai, aku melihat belum ada tanda-tanda kepulangan ayah.
"Ayo" Aku mengajaknya masuk kedalam, ibu yang menyadari kedatangan kamipun terbangun.149Please respect copyright.PENANAwephWVWkNA
"Siapa ini Kafra?" tanya ibu padaku, tangannya menjulur dan meraih tanganku.149Please respect copyright.PENANAKxr3UwCHWl
"Namaku Seth, boleh saya melihat kaki ibu?" Lelaki yang memperkenalkan dirinya bernama Seth itupun mendekat kearah ibu yang tengah berbaring.149Please respect copyright.PENANABWdHJdmRV3
Ibu meliihat ke arahku dan aku menatapnya balik namun tidak berkata apa-apa.149Please respect copyright.PENANA4Z642Tia5y
"Boleh saja." Ibu melepaskan tanganku dan tersenyum ke arah Seth.149Please respect copyright.PENANAQwpRF2AkRS
Seth membuka kain yang menutupi kaki ibu, raut wajahnya sedikit terkejut sekejap kemudian ia berkata, "Katakan bila ibu merasakan sesuatu." kemudian Seth mulai menekan telapak kaki ibu dengan jari-jarinya lalu bergerak ke arah lutut ibu.149Please respect copyright.PENANA11kOBmv7Ae
"Apa tidak terasa apa-apa sama sekali?" Tanya Seth setelah selesai menekankan jarinya di lutut ibu.149Please respect copyright.PENANAOhFO5OSMPh
"Tidak ada rasa apapun." Jawab ibu singkat.149Please respect copyright.PENANAICwrT8WIq0
Seth kembali menutup kaki ibu dengan kain, pandangannya menunjukkan agar aku mengikutinya.149Please respect copyright.PENANAbrM6LgTLRg
"Ibu tunggu ya, aku akan mengantar dia keluar." Ibu hanya mengangguk dan aku segera menyusul seth.
"Kenapa? Apa yang baru saja kamu lakukan?" Tanyaku saat berjalan menuju Seth yang berdiri membelakangiku.149Please respect copyright.PENANA2oSV6bq1wN
Dia membalikkan badannya dan menungguku sampai dihadapannya.149Please respect copyright.PENANAaIiucU4RaG
"Sakit ibumu aneh, aku belum pernah melihat yang seperti ini, apa yang penyembuh itu berikan untuk ibumu?"149Please respect copyright.PENANA3wi38pC1Fj
"Entahlah aku sendiri tidak yakin apa itu, hanya seperti beberapa dedaunan dan akar-akaran kering."149Please respect copyright.PENANAeZVCxhFNzi
"Masih ada? Bisa aku melihatnya?"149Please respect copyright.PENANAQYAbPxKzSC
Aku mengangguk dan kembali berjalan kedalam rumah untuk mengambil ramuan yang diberikan penyembuh.
"Ini" Aku menyerahkan ramuan itu padanya.149Please respect copyright.PENANAT2QgQAvDnY
Seth mengambil bungkusan itu dan membukanya dan mulai melihat satu per satu setiap bagian dari ramuan itu.149Please respect copyright.PENANAYieWXGJA1D
"Penyembuhmu memang memberikan obat yang benar, tapi masalahnya sakit ibumu tidak bisa disembuhkan dengan obat-obatan biasa." Seth mengembalikan ramuan itu padaku.149Please respect copyright.PENANAKgTDlyuo6c
"Maksudnya? Memang sakitnya parah apa? Masih bisa disembuhkan?" Aku memegangi lengan seth erat dengan kedua tanganku.149Please respect copyright.PENANAFeyebyYWhF
"Kafra... Siapa ini?" Ayah berdiri tak jauh dari kami, perangkap ikan ditangan kirinya dan tangan kanannya membawa sisa ikan dalam keranjang.149Please respect copyright.PENANA9DlUgFMU1t
"Ayah, ini Seth dia cuma mampir saja." Aku segera melepaskan lengan Seth.149Please respect copyright.PENANA9yf4ZBs8Nl
"Maaf saya datang tiba-tiba." Seth meletakkan tangan kanan di dada kirinya sebagai tanda salam.149Please respect copyright.PENANA6SBXCb1ld5
"Sudah hampir gelap, jangan terlambat pulang." Ayah mengangguk sedikit lalu berlalu masuk ke rumah.
"Aku pergi dulu." Seth memegang tanganku kemudian berjalan pergi.149Please respect copyright.PENANA1QnmXR6duH
Aku masih berdiri dan mengamati sosoknya semakin menjauh sebelum kembali kedalam rumah.
"Untuk apa dia kemari?" Tanya ayah saat melihatku memasuki rumah.149Please respect copyright.PENANABa6y7NiDz1
"Hanya mampir saja." akupun segera menyiapkan makanan, ayah hanya diam mendengar jawabanku.