Mengapa Yogyakarta? Karena Yogyakarta adalah saksi sebuah romantisme selama 4 tahun belakangan ini. Heran kadang rasanya, setiap sudut jalan seperti udah pernah kita lalui Bersama dengan perasaan senang tentunya. Gerimis Yogyakarta kala itu serasa gerimis paling romantis kita tertawa sembari bercanda di tengah jatuhnya air pas di perempatan ringroad dekat jalan gejayan. Dingin juga ya ucapku kala itu sembari dibarengi brum-brum motor yang lalu Lalang mengundangmu untuk berkata “hah apa” dingin teriakku kepadanya. “mangkanya peluk” ucapmu yang kukira bercanda, aku tetap ketawa mendengarmu berkata demikian. Kata orang kamu itu orangnya dingin, cuek bahkan cenderung tidak peduli dengan sekitar tapi bagiiku kamu adalah kebalikan dari yang semua orang katakan tentangmu.
ns 172.71.254.229da2