Pukul dua siang…
Setelah makan siang, Madelaine dan Cake bercengkerama di sofa sambil menunggu tamunya. Cake spontan menghubungi nomor yang tertera yang diberikan melalui sepucuk kertas kemarin setelah mengcek semua data mengenai kejadian lalu.
“Kupikir suara – suara dari rekaman milik Nona Purcell susah sekali dikatakan imitasi, atau mungkinkah?” tanya Madelaine.
“Oui, bagaimanapun itu memang sulit dicerna. Bukannya tidak mungkin melakukan persiapan, selain menguras banyak tenaga, itu cukup beresiko. Kalau kita perhatikan dari video rekaman itu, jelas hampir mustahil. Mereka membawa kamera yang dipersenjatai fitur night vision sehingga kegelapan bukanlah masalah,” balas Cake yang juga bingung.
“Di samping itu, dua orang yang selamat, Purcell dan Hedlych, memegang kendali dokumentasi perekaman. Dari perekaman statis kelompok Purcell juga tak ada tanda dipotong secara tiba – tiba. Yang membuatku ragu saat ini adalah, Rhiannon. Tak ada tanda gadis melewati kamera yang terlihat. Bagaimana menurutmu, Cake?”
“Hm… entahlah. Itu tidak terlihat kalau dia berbohong. Well, mungkin karena malam dan di tempat angker sedikit membuatnya ketakutan. Atau gadis itu, memang bisa melihat hal yang tak bisa kita lihat,”
Cake menyilangkan kakinya lalu memainkan rambutnya.
“Ada yang menganggumu, Cake?”
“Beberapa hal perlu dipertimbangkan. Fakta bahwa kamera mereka dipersenjatai penglihatan malam, mengapa hanya digunakan sepenuhnya pada kamera statis. Kedua, tak ada perbedaan kondisi mental bagi kedua kelompok. Ketiga, ada hal yang mengganjal pada rekaman berjalan milik kelompok Purcell. Keempat, spirit box yang mengatakan hal yang berhubungan,”
“Maksudmu sempat yang tertimpa suara pria dan wanita itu? Apakah hantu ada hubungannya?”
“Tentunya alat yang mereka bawa bukan mainan, dan spirit box itu adalah tanda campur tangan secara tidak langsung. Dari buku yang kubaca kemarin penulis mengatakan bila hantu bisa saja seperti udara. Mengisi ruangan dan bertindak sebagai pengamat. Di menit ke empat puluh rekaman spirit box milik Morgaine mengatakan sesuatu seperti ‘di atas’ dengan suara wanita, lalu ‘darah’ dengan suara distorsi pria. Dan rekaman spirit box milik Purcell, di menit yang sama, mengatakan ‘Sesuatu jahat’ dengan suara prialalu ‘berhati – hatilah’ dengan suara wanita berbisik,”
“Menurutku ini agak kurang tepat. Kau tahu sendiri dalam spirit box juga mengatakan hal yang acak,”
“Ya itu benar, tapi…” Cake menarik lidahnya. ”Tch! Entahlah kenapa semua ini membingungkan. Well, kalau itu bukan, sisanya yang penting hanya empat itu
“Yeah. Pertama, rekaman sekitar tiga puluh menit, percakapan kelompok Purcell banyak berkurang. Yang kedua bunyi sesuatu yang berat jatuh sebelum pada akhirnya panik di akhir rekaman, ketiga, mengapa Purcell pingsan sambil membawa pisau, lalu terakhir luka Hedlych…”
Beberapa saat kemudian, terdengar suara kendaraan yang berhenti sejenak, lalu pergi setelah bunyi pintu mobil ditutup. Seragam yang dikenakannya bukti bahwa ia sepulang dari sekolah. Roman mukanya tebal penuh percaya diri tampak saat pintu dibuka oleh M. Pinchon. Kepalanya menoleh ke berbagai arah, menelisik seluruh konten yang ada di mansion victoria itu.
“Silahkan, Mlle. Morgaine.” Madelaine segera pindah sofa ke sebelah Cake.
Nona Morgaine cepat menyesuaikan diri, bersandar semaksimal mungkin. Kemudian dikeluarkan olehnya 5 judul buku yang diambil dari rak klub, lalu ditaruh di meja.
Gouin segera membawakan dispenser yang berisi jus jeruk. Nona Morgaine sekejap menuang air oranye kesukaannya itu.
“Eh? Murid Faith Providence High School?” spontan mulut Gouin, salah satu gadis kembar namun berkaca mata, mengucap.
“Ah, apa anda alumni?” tanya Cake penasaran.
Sebelum kembali ke dapur untuk bersih – bersih, ia mengatakan bahwa dirinya dan Solene telah lulus sejak tiga tahun yang lalu. Dirinya mengikuti klub perhotelan sedangkan Solene klub memasak.
“Mari kita ke poinnya. Saya yakin anda adalah ketua klub selanjutnya. Jika begitu, bisakah anda membuka forum klub supernatural di sini?”
“Tentu. Bila ada perangkat komputernya di sini?” Angguk Morgaine setuju.
Cake segera mengambil laptop di meja resepsionis kemudian diletakkan di hadapan gadis itu. Morgaine langsung mengoperasikan perangkat itu langsung tanpa berpikir dua kali. Bahkan sambil bergumam menyenandungkan lagu ceria, Morgaine tampak menunggu saat – saat seperti ini.
“Anda tampak tidak keberatan, Nona Morgaine?” Madelaine mulai ikut ke percakapan.
“Tidak juga, sih. Mana ada orang yang mau rumahnya digeledah.” Ia membalik laptop itu ke hadapan Cake. “Saya hanya melakukan hal yang perlu dilakukan. Tentu saja saya menantikan jawaban atas kasus ini.”
Gadis itu, wajahnya tampak kegirangan seperti anak kecil yang dijanjikan mainan mahal membuat Cake dan Madelaine memunculkan firasat aneh.
“Tidakkah anda salah masuk klub?” Tanya Cake mengarahkan mousenya, melihat – lihat isi forum web terebut.
Sempat ia terkejut, desain web forum tersebut cukup estetik dan mendekati komersial. Cake berpikir bahwa forum itu dibangun dengan lika – liku sejarah panjang.
“Kenapa anda berpikir begitu, Tn. Cake?” Wajahnya mengheran.
“Yah soalnya anda tampak senang sekali?”
“Eh?! A-apakah saya terlihat begitu, Nona Madelaine?!” katanya balik terkejut.
Madelaine hanya membalas senyuman tipis dengan tatapan letih.
Morgaine menjelaskan bahwa di sekolah tersebut yang katanya punya banyak klub, tidak satupun klub yang diidamkannya ada. Daripada membiarkan rasa penyesalan itu mengambil alih lebih jauh, tidak ada salahnya mengambil alternatif, klub supernatural.
“Lalu anda menemukan sesuatu di sana?”
Ia mengangkat bahunya.
“Selain hantu dan lainnya, tak ada lagi,” tambahnya agak terlalu bersemangat. “Well, karena Tn. Cake menanyakan buku yang tak ada kodenya, itu adalah poin pentingnya!”
Cake mengalihkan pandangannya sejenak dengan serius.
“Anda mencari tahu?”
“Sebentar.” Morgaine mengambil catatan kecil dari tasnya. “Anu, sebenarnya ini belum tentu jawaban. Pertama, buku itu satu – satunya yang tak ada kodeya. Kedua, karena itu tak ada kodenya, maka tidak ditemukan di beranda forum. Otomatis, buku itu tidak pernah dijual. Ah, ngomong – ngomong, anda bisa melihat data penjualan buku tersebut di halaman forum,”
“Oh ya?”
Morgaine mengatakan bahwa menunya tepat di pojok kiri atas. Cake spontan menekan tombol tersebut melalui kursor yang diarahkan.
Terdapat sekitar tiga puluh judul. Namun Cake hanya tertarik pada judul yang dibawakan Morgaine hari ini.
- Peringkat #3 - Scream of The Banshee – May Griffith - 30 ribu copy
- Peringkat #4 - Vengeful Spirit, Onryo – Ivon Bjorne – 29 ribu copy
- Peringkat #10 - Hanged Soul - Cadell Gethin – 15 ribu copy
- Peringkat #12 - Secret of Necromancy Lost Sister - Pawn G. Lewis - 10 ribu copy
Cake kemudian menggelung layar berkali – kali, mencoba mencari judul buku yang tak ada kodenya. Ternyata memang nihil seperti yang dikatakan Morgaine.
“Yang ketiga, ada dua karya yang dipublikasikan di angkatan yang sama. Kak Lewis dan Kak Griffith satu angkatan,” jelas Morgaine.
Madelaine segera memeriksa buku – buku tersebut, sementara Cake membaca sinopsis semua empat buku yang tercantum di halaman web forum.
“Saya cukup yakin penyelidikan anda tidak terjadi dalam semalam. Apa yang membuat anda melakukan penyelidikan ini?”
Morgaine menunduk kebawah tersenyum tipis, kedua jari – jarinya disatukan dan jempolnya saling berputar satu sama lain.
“Kurang tepat kalau disebut penyelidikan, lagipula tidak ada yang mengira kalau terjadi kasus sebesar ini. Agar tampak lebih antusias masuk klub, saya pura – pura rajin baca buku yang ada di rak, mencoba lebih aktif, dan mencari relasi. Lambat laun mulai terasa bahwa itu ternyata ada artinya, hingga keterusan yang menyebabkan rasa penasaran saya tertidur. Sampai pada suatu saat, ada satu buku yang tidak punya kode di belakangnya,”
“Ekspedisi Hutan Newcastleton? Memang benar kalau gaya kepenulisannya sangat profesional.” Madelaine memegangi dagunya sambil mengambil buku tersebut.
“Uh huh, meskipun berdasarkan dokumentasi, beberapa tambahan dalam ceritanya adalah fiksi. Bila anda membaca keseluruhan, itu seperti membaca empat buku sekaligus.” Morgaine menata sejajar buku yang ditumpuk itu. “Masalahnya adalah…”
“Kenapa buku semenarik itu tidak diterbitkan dan tak berkode? Siapa penulisnya? Itu mungkin memberi anda tujuan untuk tetap berada di klub itu?” kata Madelaine mendahului.
“Benar.” Ia kemudian menatap Madelaine dengan wajah penuh prasangka dan tidak suka. “Saya berpikir orang – orang ini telah menyembunyikan sesuatu.”
ns 172.70.131.174da2