x
Author: Ihsan Iskandar
399Please respect copyright.PENANAPdqr4VCakx
"SUDUT PANDANG KEDUA"
399Please respect copyright.PENANANl8yclPj0R
"Sial, aku berada di belakang garis musuh"
399Please respect copyright.PENANAdBa3bIoIMv
Setelah melihat keadaanku ku, aku melihat beberapa tentara Djepang keliling sambil membawa senapan Arisaka kesukaanya. Karena senjata yang diproduksi Djepang secara massal itu. Kondisi kami para pejuang yang bermodal bambu runcing dan tekad lebih tersudutkan.
399Please respect copyright.PENANApqECyTXr2k
"Aku harus bersembunyi, bukan waktunya untuk terkesima"
399Please respect copyright.PENANAqXMHbe0XSI
Aku memasuki ruangan sebuah gedung tua dan bersembunyi didalam sana untuk beberapa saat sembari berisitirahat dengan mengenang perjalanan diriku yang terjebak disini.
399Please respect copyright.PENANAVSrUVO38qR
Sebagai seorang pemuda yang berumur 19 tahun. Aku memang tidak pernah merasakan namanya sekolah. Disamping tidak adanya uang. Para penjajah Djepang yang membunuh seluruh keluargaku adalah faktor terbesarnya.
399Please respect copyright.PENANAfFWF4COFV4
Aku selalu berlatih untuk menjadi pejuang. Pejuang adalah mimpi-mimpi setiap orang di kampungku yaitu "orang pribumi". Begitulah mereka penjajah menyebut kami.
399Please respect copyright.PENANApp8eakmC37
Terus apa tujuan dari perjuanganku ini? Apakah karena dendam? Apakah karena hasrat membunuh? Hmm... tidak, ini semata untuk kemerdekaan.
399Please respect copyright.PENANANLjjTFY1tI
Dalam beberapa tahun terakhir. Djepang menggantikan Belanda dalam kuasanya di wilayah kami. Menjadikan Djepang penguasa politik dan ekonomi. Jika ditanyakan dimana daerahku "Tasikmalaya" sekarang, para penjajah belanda menyebutnya "west Java".
399Please respect copyright.PENANAJnGanDerqf
Setelah beberapa menit bersandar di balik tembok dalam gedung tua ini, aku melihat dibawah meja panjang yang terbuat dari kayu berjarak 10 meter dariku itu. Sosok pemuda dengan berbaju putih dan bercelana abu-abu duduk sambil gemetar.
399Please respect copyright.PENANA6ASHFGIfBJ
"Sial, disini juga ada tentara Djepang!" Teriakku dapam hati
399Please respect copyright.PENANACyAYgJ6183
Sambik mendekat secara perlahan dengan sikap menangkap dari belakang. "Aku akan membunuhnya dengan diam-diam"
399Please respect copyright.PENANACg1mIRiq47
Setelah kami berjarak 1 Meter. Aku mendengarnga bergumam.
399Please respect copyright.PENANAm7E39qzj9R
"Ehh... dimana ini??"
399Please respect copyright.PENANAO8waxz5HOz
Aku yang mendengar dengan jelas bahasa itu. Yang pasti dipikiranku "dia bukan musuh"
399Please respect copyright.PENANAfSQQriJwV1
Terhenti karena berpikir. Aku melihat kebelakang menyadari langkah kaki dari luar gedung mendekat kesini.
399Please respect copyright.PENANA2syUVEBPUm
Aku langsung menangkap kerahnya dengan paksa dan membawanya kedalam lemari tua.
399Please respect copyright.PENANAecN47MKu5F
Didalam sana, sambil mendengar ocehan tidak jelas seperti "ini tidak nyata" atau "tidak mungkin". Aku hanya menjawab seadanya dan menyuruhnya untuk diam.
399Please respect copyright.PENANA3NBrPYGe06
Kalau dilihat sekali lagi, sepertinya dia lebih muda dariku. tapi, pakaian putih dan abu-abu ini... aku tidak pernah melihatnya.
399Please respect copyright.PENANAeakVQI4OlS
Ketika tentara Djepang yang membawa senapan Arisaka itu mendekat, aku melompat keluar dan melakukan serang kejutan.
399Please respect copyright.PENANAv2eOQto2MG
Setelah beberapa menit adu pukul. Dan posisi tidak menguntungakan karena si Idiot "abu-abu" ini tidak dapat membantuku. Aku membiarkan diriku terpukul dan mendekati senjata yang di jatuhkan tentara Djepang tadi.
399Please respect copyright.PENANAdYtkqePNTb
Ketika moncong senapan Arisaka membidik kakinya. Walau belum pernah memakainya, aku sering melihat tentara Djepang menembakannya dengan menekan "pelatuk" ini.
399Please respect copyright.PENANA4pkx5XGVFn
"Sayonara"
399Please respect copyright.PENANAwTutrbmyHR
Dengan mengucap kalimat itu, aku menekan pelatuk dengan tepat kearah kakinya. Tapi 0.01 perdetik, tembakanku melesat karena di abu-abu mengangguku.
399Please respect copyright.PENANAm20tvK35p4
"Aku hanya akan melumpuhkannya Bodoh!"
399Please respect copyright.PENANAZxxv13IIGC
"Ehh Benarkah? syukurlah, aku pikir kau akan membunuhnya, ternyata kau adalah orang baik"
399Please respect copyright.PENANApkW7nVzLKR
Berusaha untuk menahan sabar karena gangguan dari Si Abu-abu ini, aku melihat keadaaan tentara Djepang di depanku tadi. Tapi ternyata, peluru itu melesat tepat ke arah jantungnya.
399Please respect copyright.PENANAUtjomu95j3
"Sial! Kau membunuhnya"
399Please respect copyright.PENANAOJpJhocBcA
"Akkhhh"
399Please respect copyright.PENANAgrPxq1gQNb
"Kau terlalu berisik abu abu!"
399Please respect copyright.PENANA4bcMGd6iyH
Tapi sebelum aku menangkapnya untuk menutup mulutnya. Dia jatuh ke lantai yang penuh darah.
399Please respect copyright.PENANA9ocCvbLHHQ
"Sial dia pingsan. Aku tidak bisa meninggalkannya. Semua Pribumi adalah teman"
399Please respect copyright.PENANAJNAXnfxVp5
"Hmm... aku harus membawa dia ke markas kami, tapi aku akan menutup mulutnya jika dia teriak tiba-tiba"
399Please respect copyright.PENANAGOwFWAMZRJ
Aku menggotongnya melewati belakang Gedung tua yang kutempati tadi. Setelah beberapa puluh menit. Aku sampai di markas pejuang. Ketika di depan gerbang kayu itu. disana, sosok jelita namun gagah karena pakaian pejuang dengan ikat kepala merah putih mendatangiku sambik tergesa-gesa"
399Please respect copyright.PENANAwV7cOChvXJ
"Poetra. Aku memang tidak peduli padamu! TAPI JANGAN MEMBUATKU KHAWATIR!"
399Please respect copyright.PENANAAHUp2SOVq7
"Hahaha... Sudahlah Rina. Bantu aku, bawa orang ini kemarkas. Aku berjumpa dengannnya di belakang garis musuh. Mungkin kita akan mendapat informasi darinya"
399Please respect copyright.PENANAkeRoQyuZPE
"Hmm... baiklah, aku akan menurutimu kali ini, dan segera obati luka memaemu di wajah jelek mu iti"
399Please respect copyright.PENANAbn7kErjEzm
"Terima kasih Rina"
399Please respect copyright.PENANAiKUjGejqqx
399Please respect copyright.PENANAhA4SkfNZyE
ns 172.70.127.119da2