10 April 2237.
10 menit sebelumnya.
...
Miya berjalan cepat melewati lorong putih itu. tas kecilnya tergantung di bahu kirinya, bergoyang pelan tiap kali ia melangkah melewati setiap pintu yang terbuka otomatis. Tangan kirinya masih memegang erat telinga kirinya. hatinya seakan berteriak apabila ia melepaskan tangannya itu maka ia akan kehilangan seluruh telinganya itu.
Tak berapa lama ia sampai tujuan pertamanya, Server Room. Menggunakan ID Card milik ayah angkatnya yang tak sengaja ia temukan saat mencuci lab coat ayah angkatnya itu beberapa waktu yang lalu, menempelkannya ke arah scanner yang ada di samping pintu besi putih itu.
"ID diidentifikasi atas nama Professor Eros, silahkan masukan kata sandi" suara robotik menggema.
Miya berdehem sejenak, menutup hidungnya dengan jarinya lalu berbicara sedikit berteriak, "Siapa lagi yang memprogram hal semacam ini!"
Hening sejenak. Miya harap-harap cemas, apakah suara palsunya itu telah sama dengan suara ayah angkatnya itu. Namun menurut para korban kejahilan Miya dulu, sebut saja Ella, suaranya cukup mirip. Sementara untuk kata sandi, Miya cukup yakin bahwa ayah angkatnya akan mengatakan hal seperti itu saat disuruh memasukan kata sandi.
"Akses Diterima" suara robotik membalas, bersamaan dengan terbukanya pintu besi itu. Miya bernafas lega.
"Ugh.."
Hembusan angin dingin dari dalam ruangan mendorong tubuh Miya pelan, membuatnya terduduk menggigil. Bukan hanya karena suhu yang rendah, tapi ia jadi mengingat kembali rasa dingin di dalam kotak es saat ia bersembunyi dari manusia-manusia yang menyerang rumahnya dulu. Rasa dingin dari laboratorium tersembunyi di bawah Benteng Titan saat ia menemukan manusia utuh dan masih hidup.
Ia menarik nafas pelan, kemudian menghembuskannya, berusaha untuk tetap tenang. Mengingat bahwa 'misi' nya kali ini untuk melindungi keluarganya, jika ia gagal maka ia pasti akan kehilangan keluarganya lagi.
Berpegangan di pintu, ia berusaha berdiri di kedua kakinya. Melawan rasa dingin, Ia berjalan pelan melewati raised floor hingga ke salah satu server. Menempelkan kembali kartu tanda pengenal ayahnya itu. Sebuah proyeksi penuh dengan angka dan huruf beserta dengan lambang sebuah gear yang berputar di pojoknya muncul. Ia menarik nafas pelan, kemudian mengucapkan.
"U-ubah Ko-konfigurasi R...ruang Pera-perawatan....."
"Ubah Konfigurasi Ruang Perawatan" suara robotik membalas.
"K-Konfigurasi me-mengubah ak-akses r-ruang perawatan, ha-hanya b-bisa d-di-dibuka dari d...d.dalam.."
Lambang gear di pojok itu berputar pelan menampilkan kata Loading.
"Konfigurasi diubah"
Miya menghela nafas panjang. Persiapannya telah selesai, kini waktunya ia menemuinya. Dan mengakhiri semua ini.
........
Miya kembali berjalan melewati lorong putih itu. Ia tertunduk berpegangan di dinding putih itu sembari berjalan pelan. Pikirannya saat ini tengah berkecamuk, berusaha memastikan apa yang akan ia lakukan ini benar. Ia sadar benar bahwa saat ini tengah berada di satu garis tipis, yang mana apabila ia melangkah selangkah saja, maka takkan ada jalan kembali. Namun apabila ia tidak melakukannya, maka ia bisa saja kehilangan keluarganya. Kehilangan semua orang-orang yang ia sayangi, lagi.
Waktu berjalan terasa amat cepat baginya dan tanpa Miya sadari, ia telah berada di depan pintu Ruang Perawatan. Gabriella, beast man domba penjaga ruang Perawatan terjengkang kaget di kursinya kala melihat Miya di depan pintu dari CCTV di depan pintu. Setelah berputar di lantai beberapa kali, ia berdiri dengan mata berputar-putar, membuka pintu Ruang Perawatan dengan sedikit sempoyongan kemudian memeluk erat beast man kucing putih itu.
"Mi...Miya! Miya! Kau sudah tidak apa-apa kan! Huaaa Miyaa!!" Ella menangis sejadi-jadinya.
Miya tersenyum pelan, mengusap punggung Ella dengan tangan kanannya. Ia dapat merasakan begitu besar perhatian dan kasih sayang Ella kepadanya, walaupun dulu Ia sering menjahilinya. Yah walaupun sekarang masih juga masih sering. Tapi ini mungkin akan menjadi yang terakhir kalinya. 'Kejahilan' terakhirnya pada Ella.
"E-Ella, b-bisakah kau memasakkanku sesuatu di dapur, a...aku kelaparan..." Ucap Miya pelan. Ella melepaskan pelukannya. Wajahnya nampak ceria walau masih terlihat sedikit air mata di ujung matanya.
"Un! Baiklah aku akan memasakkanmu makanan favoritmu! Fillet Tuna Asam Manis!" Ucap Ella senang. Ia berjalan keluar ruangan hendak menarik tangan kanan Miya, Namun Miya tak bergeming dari tempatnya membuat Ella keluar dari ruangan itu sendirian. Tangan kanan Miya menekan panel hologram di samping pintu.
Pintu tertutup pelan. Miya tersenyum sedih, menatap Ella dari celah pintu.
"Terima kasih Ella, dan selamat tinggal...."
Pintu tertutup rapat, menyisakan Ella yang kini membatu, kepalanya memproses apa yang baru saja terjadi dan maksud Miya barusan. Tiba-tiba sebuah pemikiran tentang apa yang akan Miya lakukan melintas di kepalanya. Ia tak percaya Miya akan melakukan itu, tetapi mengingat apa yang baru saja terjadi, maka Miya akan....
Ella berusaha menekan tombol hologram di samping pintu, namun pintu itu tak bergeming sedikitpun. Ia menggunakan ID cardnya, menempelkannya di panel hologram itu.
"Akses Ditolak" Suara robotik membalas, menampilkan proyeksi tanda silang merah.
"MI...MIYAAAAAA!!!" Suara Teriakan Ella bergema keras.
....
Miya bersandar dibalik pintu, ia dapat mendengar samar-samar teriakan Ella dari balik pintu. Tangan kanannya meraih jauh tas kecil yang tergantung di bahu kirinya. Jantungnya berdebar kencang, kala memegang benda di dalam tasnya itu, sebuah pisau lengkap dengan sarungnya yang ia ambil dari dapur. Ia menariknya pelan keluar dari sarungnya, kemudian memegangnya di tangan kanan. Kian lama jantungnya berdegup semakin kencang. Adrenalin nya meningkat drastis. Ia menarik nafas panjang, berusaha untuk menguatkan dirinya. Matanya menatap lurus kedepan, walaupun tubuhnya masih gemetar, ia berjalan maju.
.......
Sementara itu, Eros, Dana, dan beberapa beast man lainnya telah sampai di depan pintu ruang perawatan. Ella dengan panik berusaha menjelaskan sesingkat mungkin kejadian barusan.
Eros mendengus keras, kakinya menghentak-hentak lantai, "Tak ada cara lain! Aku akan menubruk pintu ini!!"
"Professor!! Tenanglah! Tenang!! Jangan melakukan tindakan gegabah! Kami paham kau khawatir dengan Miya, kamipun khawati dengannyam tetapi melakukan hal gegabah seperti menubruk pintu ruang perawatan yang amat tebal ini hanya akan memperburuk keadaan!!" Ucap Dana berusaha menenangkan Eros. Dana lalu mengalihkan pandangannya ke arah Ella yang kini mondar-mandir dengan panik.
"Ella! kau juga, berusahalah untuk tetap tenang!"
Eros mendengus kian keras, "Tenang!! Di saat seperti ini mana bisa aku tenang!! Kau juga paham bukan, apa yang akan Miya lakukan!! Jika tidak kuhentikan sekarang maka ia-"
"KUBILANG TENANGLAH!!!!" Teriakan Dana pecah menghentikan perkataan Eros, dan membuat yang lain terdiam. Ia menarik kerah Eros membuat beast man badak yang hampir 2 meter itu menunduk. Eros menatap mata Dana yang berkaca-kaca, tak kuasa menahan air matanya itu.
"KAU KIRA HANYA KAU YANG KHAWATIR DENGANNYA!! AKU JUGA KHAWATIR!! KAMI SEMUA KHAWATIR!!! BUKAN HANYA KEPADA MIYA! AKU JUGA, KAMI JUGA KHAWATIR KEPADAMU!! APA YANG KAMI LAKUKAN APABILA KAU MENUBRUK PINTU TEBAL ITU MALAH MEMBUAT SENDIRI CELAKA!! PERDULILAH SEDIKIT DENGAN DIRIMU SENDIRI!! DAN LAGI WALAUPUN KAU BERHASIL MENUBRUK PINTU ITU APAKAH TAK TERPIKIRKAN OLEHMU BAHWA PINTU ITU BISA SAJA TERLEMPAR DAN MENGENAI MIYA DI DALAM!!!!!!"
Teriakan yang disertai tangisan Dana itu, membuat Eros tertunduk di lantai. Air mata mulai mengucur deras dari matanya.
"A-Aku.....Aku tak tau harus apa!! Aku terlambat menyelamatkan desanya! Aku hanya selalu membuatnya khawatir!! Aku terlambat menyadari traumanya dan malah membuatnya melihat manusia!! Aku gagal menjadi ayah angkatnya!! Aku.....Aku takut!! Aku takut jika Miya melakukannya! Aku takut jika Miya membunuh manusia itu, anak itu! Ia tak akan menjadi pribadi nya yang dulu lagi! Namun apa yang bisa kulakukan sekarang! APAA!?!" Eros berteriak sesenggukan.
Dana mengusap bahu Eros pelan, "Percayalah. Berikanlah kepercayaan pada anakmu itu. Percayalah bahwa Miya tahu apa yang benar..."
Eros menatap Dana pelan, matanya sembab dan memerah, kemudian kembali menundukkan kepalanya. Ia berdoa dan berdoa, berdoa lagi dan lagi. Berharap dan berharap, agar anak angkatnya itu, menyadari apa yang benar, sebelum ia melewati garis yang akan membuatnya tak akan kembali lagi.
.....
44Please respect copyright.PENANA1AhtOSFiRR