Bertahun – tahun lalu, para ilmuwan kuno yang terpilih dari penjuru dunia, memperdebatkan tesis mengenai eksistensi sesuatu yang non-eksistensi. Perdebatan itu muncul karena kericuhan umat okultis yang memprotes kebijakan kepemimpinan di wilayah tertentu.
Mereka berpendapat bahwa manusia menyadari bahwa dunia ini mempunyai pemahaman dua jenis. Dunia yang dipahami anak kecil dan dunia yang dipahami orang dewasa. Kedua hal itu kemudian disingkat menjadi dunia anak kecil dan dunia orang dewasa.
Keduanya saling menentang satu sama lain. Keduanya seperti air dan minyak dalam sewadah. Keduanya tidak pernah dalam satu harmoni.
Dunia anak kecil selalu terlihat indah dan lucu. Dunia itu seperti selembar kertas putih yang tidak ada isinya, polos putih suci. Realita yang mereka ciptakan adalah nol. Dunia anak kecil berisi imajinasi kreatif yang mereka impikan dengan lugu yang tidak pernah menciptakan realita.
Sementara itu….
Dunia orang dewasa. Terlihat banyak sekali hal yang tidak bagi siapapun ingin lihat. Kertas itu seperti digambari garis yang sangat berliku – liku bahkan belum tentu sampai tujuan. Dunia orang dewasa seperti kertas yang dipenuhi tinta hitam. Realita yang mereka ciptakan adalah satu, yaitu bagi individu itu sendiri. Dunia orang dewasa berisi kenyataan yang dilahirkan oleh nafsu. Nafsu yang mereka rencanakan dengan rumit dan menciptakan realita yang menjijikan.
Para ilmuwan itu masih sangsi,. Bila begitu, maka realita kehidupan ini hanyalah berisi hal menjijikan? Perdebatan itu berujung tidak terpecahkan.
Lantas dalam kurun waktu tertentu….
Setelah mengkaji hal tersebut berangsur – angsur, para ilmuwan akhirnya bersepakat dengan suatu kesimpulan.
Dunia orang dewasa, adalah dunia yang mengedepankan logika untuk mencari kenyataan. Sedangkan dunia anak kecil, adalah dunia yang mengedepankan imajinasi untuk mencari kenyataan lain yang diimpikan.
Kini pengertian itu mengandung harmoni. Meskipun pada akhirnya konsep itu tetap menolak kesatuan antara Logika dan Imajinasi.
Namun….
Dibalik kerumunan kursi penonton, berdirilah seorang pria. Pria ini tertawa besar seolah menertawai kera – kera pintar di hadapannya. Pria itu membantah kesepakatan mereka. Dia mengaku dirinya adalah ilmuwan bijaksana dan lebih jenius dibanding kera – kera dengan omong kosong di hadapannya.
Dengan bangga serta mengolok, pria itu mengajukan pendapatnya.
“Sesuatu yang bersifat materi dan inmateri pasti mempunyai awal dan akhir yang bisa dijelaskan. Logika dan imajiuasi ada saling berkesinambungan. Logika yang tunggal hanya menemui jalan buntu. Imajinasi tunggal hanyalah membuktikan bahwa anda perlu ke psikiatris.”
Para ilmuwan itu sempat emosi. Api dalam diri mereka menyala panas. Para ilmuwan itu menyuruh pihak keamanan untuk menyeret pria itu. Para ilmuwan itu kesal karena mendengar omong kosongnya.
Lantas, pria itu mengatakan sesuatu…
Api yang menyala dalam diri ilmuwan sekejap memadam. Pihak keamanan yang telah berkumpul juga berhenti dan terbelalak matanya.
“Nah, sebenarnya ada satu hal yang nggak punya awal sampai akhir. Hanya satu. Otak bodoh kalian. Hahaha! Sampai jumpa!”
Pria itu pergi sambil memencet sebuah remot. Terciptalah worm hole kecil yang saat pria itu masuk ke dalamnya sekejap menghilang. Semua kejadian itu disaksikan massal.
Para ilmuwan kuno itu merasa malu, namun seisi kepala mereka seakan retak dan menemukan jalan baru. Dengan penerimaan, para ilmuwan kuno itu melakukan penelitian yang sangat panjang bertahun – tahun lamanya hingga saat ini.
Penelitian itu masih belum menemukan titik terang, tetapi projek mereka tentu punya nama.
“P-projek resolusi umat manusia? Kok nggak keren, ya?” Salah satu gerombolan insan, pria dengan kemeja kotak – kotak biru berpaling pada kawannya.
“Nggak kaget sih kalau dibilang kera! Hahahaha!”
Semua gerombolan itu tertawa terbahak – bahak. Para insan, pria dan wanita, sedang berbicara pada orang asing yang berpakaian mirip seperti suster gereja.
Wanitai itu, dengan meja dan bola kristal di hadapannya. Tampak meyakinkan. Wanita dengan lipstik merah dan tahi lalat di dekat dagunya. Separuh mukanya tertutup kain biru gelap.
“Kami menyebutnya, Etherealm. Dunia yang mempunyai kemungkinan yang tidak terbatas dan melawan hukum ilmuwan di bumi ini…”
Wanita itu tersenyum sambil kedua tangannya digerakkan seirama mengitari bola kristal di hadap.
***
---------------------- Once wise man said-------------------
“Yang bodoh adalah yang tidak percaya dan tidak mau mencoba, selain membanggakan otak kera mereka.”
Distrik apartemen, pertigaan jalan di Ikebukuro….
Pukul 19.30….
“Cerita yang bagus, Nona! Nggak buruk juga kadang pulang kerja mendengar suatu kisah fiksi! Benar begitu, Osabe-san?” salah seorang wanita kantoran dari sekian orang - orang yang menyaksikan itu mengucap.
“Nah, hiburan seperti memang jarang, Aku pasti datang lagi besok!”
Kedua insan itu pergi dari gerombolan sambil memasukkan uang kertas yang dilipat, 500 yen.
“Te-terima kasih atas kebaikan anda, tuan!”
Semua orang bertepuk tangan. Perlahan mulai tampak senyuman di wajah mereka. Beberapa orang mulai mendekat sebelum mereka pergi.
#Klingting~
Suara ricikan koin masuk ke dalam kotak seng hitam. Wanita itu sukses menghibur penontonnya, walaupun ia tidak berhasil menghibur hatinya. Ia menghela nafas lelah.
(Hah…. Mereka pikir aku mendongeng, huh?! Tch….) Dilontarkan kekesalannya itu dalam hati.
Lantas….
Ia berpaling ke semua orang yang menyaksikannya, menoleh kanan dan kiri, tersisa sekitar enam atau tujuh orang. Lantas, ia memandangi kotak seng hitam di dekat bola kristal yang daritadi terisi uang receh.
(Nah, yang terpenting….)
(Saat ini aku bisa makan! Nggak banyak sih, tapi masih pantas disyukuri! Terima kasih…~)
(Lady Lakshmi….) Wanita itu berbisik pada dirinya sendiri, mengucap rasa syukur.
Seorang bocah 7 tahunan tiba – tiba maju ke depan.
“Hey, hey, nee-chan, nee-chan! Ceritakan kelanjutannya dong! Apa tadi…? Ether?”
***
Wanita itu berpikir itu tidak ada poinnya untuk terus bercerita. Lagipula hari sudah malam. Drone pengawas akan mulai mengitari tempat ini. Banyak juga komplotan kriminal yang mengancamnya di jalan yang sangat lebar dan terbuka.
“Nak, sudah malam. Ceritanya besok saja, ya?” wanita itu mencoba ramah.
“Eeehhh~?” sang bocah malah merajuk. Kedua orang tuanya di belakang juga memohon pada wanita itu untuk sekali ini.
Mereka bilang bahwa mereka cukup terhibur dengan cerita tadi. Keinginan mereka didukung oleh orang – orang yang masih di sana.
(Tch… nggak ada jalan lain. Kukira sihir berkah Lady Lakshmi terlalu kuat? Padahal aku hanya meminta tiga jam per hari, kan?)
Wanita itu mulai bercerita lagi. Setidaknya tiga Drone pengawas menyorotnya, tapi itu tidak masalah selagi lampu notifikasi Drone masih warna hijau.
Selang tiga menit…
Sekitar tujuh anak SMA membawa botol bir dengan pemukul baseball. Kedatangan mereka otomatis menggusur para pendengar wanita itu.
(Sudah kuduga, sihir berkah Lady Lakhsmi hanya tiga jam! Apa aku besok minta lebih saja?)
“Nee-san, mau mengobrol bersama kami?” ucap pria berambut kuning jambul. Nampak dia adalah ketuanya.
Wanita itu hanya diam.
Dua orang melesat ke belakang wanita berbaju suster itu, sambil mengunci kedua tangannya. Wanita itu memekik kecil.
“Apa maksudnya ini, nak?” nadanya terdengar santai.
Namun…
Mereka lebih terfokuskan pada kedua rudal balistik wanita itu. Lekukan kembar dan cukup besar di dadanya terbentuk karena kuncian itu memaksanya berpose begitu.
“Oh? Aku berpikir berapa uang untuk menyewamu, nee-chan?” Si jambul kuning seraya mendekat sambil melotot ke tubuh wanita itu. Pandangannya seakan menelanjangi setiap sudut terbaik tubuhnya.
“Entahlah…? Pria kaya yang mau membelikanku mansion?” Ia melirik ke arah Drone pengawas.
(Tch! Drone bodoh! Kenapa masih hijau? Apa aku nggak dihitung wanita?)
“Ohhh? Mahal seka-“
Dengan sekejap wanita itu menendang bola kehidupan si jambul kuning yang segera membuatnya ketar – ketir dan terjatuh ambruk.
Lantas, wanita itu dengan tenaga kuat, melesat berputar – putar sambil menabrakan kedua orang yang mengunci tangannya pada gerombolannya yang lain. Mereka ambruk.
Lalu… lampu tiga Drone yang terbang di sekitar wanita itu berubah jadi merah dan membunyikan alarm.
(Hey, jangan bilang kalau itu menyala karena aku menendang pria bajingan ini? Serusak apa sih dunia ini!?)
Wanita itu berlari kencang sambil membawa kotak seng hitamnya, dan mengambil jalur kiri.
“Ja-jalang! Jangan lari!”
Karena tidak terima kalah, gerombolan SMA itu mengejar.
Mereka berlari melesat seolah pelari sprint. Masalahnya adalah lintasannya tidak terbatas.
Melewati tiga blok dari arah depan wanita itu, terdapat lima petugas kepolisian membawa pentung dan tameng berlarian dari kejauhan.
“Berhenti! Jika kalian ingin hukuman diperingan!”
(O-oi… bukannya itu masalah?!)
Wanita itu segera mengambil inisiatif.
Diantara blok empat dan lima, wanita itu berpikir untuk berbelok. Ia menurunkan kecepatannya lalu berbelok. Namun….
(Oi, oi, bercanda? Siapa yang nutup pagar jaring itu, sih!? Ini kan masih jam delapan malam!?)
Gang sempit itu cukup panjang namun terhalangi oleh pagar besi jaring – jaring. Biasanya pagar besi jaring – jaring terdapat tanda larangan. Larangan untuk mendekati pagar besi yang dilengkapi listrik. Tapi karena yang dilihat wanita itu hanya pagar besi yang tertutup, siapa tahu bahwa dengan pikiran kreatif malah bisa menyelamatkan dirinya?
(A-aku nggak percaya spiderman! Tapi… Nona Abigail mengajariku sesuatu penting!)
“Bo-bos! Di belakang, ada polisi!”
“Tch! Kalau sudah begini kita nggak bisa mundur, tangkap si jalang itu!”
(Tch…. Kenapa mereka begitu mencintaiku? Apa nggak ada wanita lain?)
Wanita itu melempar kotak seng hitamnya.
#Kraanngg!
Dengan kaki yang cepat, seolah memanjat tebing, wanita itu kemudian melompati pagar besi.
#Drapp!
“Fuuh… aman, sayang! Sayonara~” Dengan ejekan sambil meremas ringan rudal balistiknya, wanita itu pergi.
Untungnya segerombolan preman tertangkap polisi.
#DrappDrappDrapp!
(Eeh? Langkah kaki? Banyak orang?)
“I-itu dia, inspektur!”
Beberapa polisi mencegatnya di dua arah perempatan gang kecil. Mereka kompak berlari menyergapnya. Tidak ada pilihan lain selain rute kanan.
(Ow… ya ampun! Ya ampun! Aku mati! Aku mati!)
Kemudian ia berbelok ke kiri.
(Ehh, buntu lagi!? Ba-baiklah… ini jelas – jelas perlu sihir berkah sebulan dari Lady Lakshmi!!)
Sebuah gang yang lebih gelap dan dua tub sampah yang besar. Selain ituada lima pintu gedung yang tampaknya terkunci. Ia dalam posisi skak mat!
Wanita itu mengintai dari tub sampah paling belakang, bersandar di sebuah pintu biru.
Cahaya – cahaya senter menerangi perempatan gang sempit…
Suara langkah kaki mulai terdengar…
#DrapDrapDrap!
Mereka berhenti tepat di tengah – tengah perempatan. Dua regu polisi itu bingung memutuskan ke arah mana. Dua senter sempat menerangi tempat buntu wanita itu bersembunyi.
Dua polisi itu mulai melangkah mendekat…. Bahkan karena senter mereka, wanita itu tidak bisa lagi mengintai seberapa jarak mereka mendekat.
Setiap langkah petugas polisi itu mendekat, maka detak jantung wanita itu semakin cepat. Keringat mulai menetes dari dahinya.
(Oke, aku bakal ketangkep nih!)
#Chunk, creaaakkk~
Pintu terbuka pelan.
Kedua tangan langsung meraih tubuh dan mulut wanita itu ditarik dalam kegelapan.
***
ns 172.70.127.116da2