"Bagaimana ini?" tanya Lexi cemas,"dia pasti sudah mendengar semuanya," lanjutnya.
"Tidak apa, kalian lanjutkan saja, biar cewek ini jadi urusan gue," ujarnya sambil meraih tangan kanan Putri dan menyeretnya menjauh. Cewek itu meronta, berusaha melepaskan tangannya dari cekalan Devan. Tapi sia - sia saja. Cowok itu benar - benar memegang tangannya dengan erat, tidak ingin memberi gadis itu sampai terlepas.
"Lepasin gue!!!" teriak Putri akhirnya. Devan berbalik, tangannya tetap memegang tangan cewek itu. Matanya tajam menusuk.
"Gue ngelepasin loe asal loe nurut," Putri yang ketakutan hanya pasrah dan mengangguk saja.
Devan tersenyum penuh kemenangan,
"Baiklah, yang pertama loe gak boleh ngomong ke siapapun soal apa yang loe dengar di gudang tadi," gadis itu mengangguk patuh. Dia sudah menduganya,
"Yang kedua," lanjut Devan,"gue ingin loe jadi cewek gue," Putri membelalakkan mata saking kagetnya. Dia jadi pacar cowok gila ini. Itu tidak mungkin.
"Loe jangan ge er dulu," lanjut Devan,"ini bukan karena gue suka sama loe, tapi karena gue pengen ngawasin loe. Gue gak bisa percaya sama loe," tambah cowok itu lagi. Gadis itu menggeleng,
"Gue janji...gue janji gak bakalan bocorin tentang loe dan temen - temen loe ke orang lain, tapi gue gak bisa jadi cewek loe," ujar gadis itu memberanikan diri.
Tiba - tiba, Devan mengeluarkan pisau cutter dari saku celananya,
"Pilihan ada di tangan loe," serunya sambil menunjukkan mata pisau yang berkilat itu.
"Iya, iya, gue mau. Gue mau jadi cewek loe," seru Putri makin ketakutan. Matanya tak lepas menatap pisau itu.
"Baguslah," ujar Devan sambil melepaskan tangan Putri dan bergegas pergi dari situ. Gadis itu jatuh terduduk sambil menangis. Apa - apaan cowok itu? Gila? Psikopat? Pikiran - pikiran itu terus berseliweran di kepala cewek itu.
Di tempat lain, Devan masih menimang pisau cutternya. Kenapa gadis itu ketakutan ya? Batinnya, oh ya, dimana apelku tadi? Jangan - jangan sudah dimakan anak - anak.
ns 172.70.126.137da2