Sebenarnya, Putri sama tidak tenan berpacaran dengan Devan. Tapi semua teman - temannya malah menganggap gadis itu sangat beruntung. Bisa berpacaran dengan cowok yang adalah idola di sekolah mereka. Apalagi Ika, dia senang banget bisa numpang tenar. Jadi sahabat dari pacar sang ketua OSIS. Teman - teman yang lain banyak yang bertanya ini itu soal hubungan Putri dan Devan padanya. Sedang Putri dia malah gundah. Dia selalu saja merasa takut pada pacarnya. Bayangan Devan mengacungkan pisau cutter di depannya, belum hilang dari benaknya. Tapi kini gadis itu merasa terperangkap, karena hampir setiap waktu istirahat, Devan selalu bersamanya. Tak hanya itu, bahkan saat pulang sekolah, Devan selalu siap mengantarnya. Semua menganggap cowok itu pacar yang baik, tapi Putri tahu itu adalah cara Devan mengawasi dirinya.
Seperti biasa, Devan mengantar Putri pulang dengan motornya.
Gadis itu turun di depan rumahnya. Tak seperti biasa, dia malah berdiam diri. Tidak segera masuk ke rumahnya.
"Ada apa?" tanya cowok itu. Putri menggigit bibir bawahnya pelan. Dia mengumpulkan keberanian untuk bicara pada cowok di depannya.
"Bisakah kita akhiri saja hubungan kita? Aku kan sudah bilang gak bakal bocorin apa pun tentang kamu. Jadi kamu gak perlu ngawasin aku lagi," ucapnya pelan. Devan terdiam sejenak. Dia terlihat sedang memikirkan ucapan gadis itu. Putri mulai berharap hubungannya dengan Devan benar - benar akan berakhir sekarang, tapi dia kembali patah arang saat melihat cowok itu menggeleng,
"Sudah terlambat, gue sudah suka beneran sama loe," desis Devan sambil tersenyum miring, menikmati ekspresi wajah gadis itu yang berubah tegang dan ketakutan.
ns 172.70.100.135da2