Keramaian itu membuat kami tertarik untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.
“Alwen ada di mana sih!?” Mlle. Voyles menggertakan giginya sambil linglung memandang ke segala arah tentang kincir ria itu.
Sedangkan M. Marsh sudah kuhitung 6 kalinya bolak balik menempelkan ponselnya di telinga kanan.
Kami semua khawatir dan bingung. Sementara Feline lebih dulu menyelinap dari arah kerumunan itu, yang kami bertiga lalu menyusul.
“Perhatian, perhatian! Dimohon para pengunjung untuk bubar dari sini dan dilarang memfoto objek apapun! Perhatian, perhatian!” kata seseorang yang badannya agak kekar dan tinggi dari semua staff memakai Megafon.
Ada empat staff lainnya berlarian lalu mendorong kerumunan itu mundur memaksa pengunjung untuk bubar.
Staff yang tinggi kekar memegang Megafon itu kemudian segera berbalik ke arah kincir ria untuk menyuruh rekannya yang memegang kendali mesin untuk merotasikan gondola yang berada di jam dua belas untuk ke bawah.
Feline mengobrol pada staff yang memegang megafon itu, yang kami tiba setelahnya sekitar beberapa detik.
“Anu-um… Nona kenal dengan dua orang ini?”
“Y-ya, sir. Dua teman kami belum turun sejak tadi!” sahut M. Marsh lebih dulu.
“Well, um… sebaiknya anda bicarakan nanti pada dua orang itu untuk tidak tidur di wahana, sir.” Pria itu berbalik arah sambil menunjuk gondola yang tadi berda di jarum jam 12, kini berotasi perlahan sampai jarum jam 2 dan terus berotasi.
Apa maksudnya tidur di wahana? Apa ada orang yang melakukan itu? Memangnya ada orang dinaik-turunkan dari ketinggian 13 meter, mengalami sentakan yang boleh jadi menggelitik pinggang mereka lalu itu membuat mereka tertidur?
Kami semua memfokuskan pandangan pada dua orang di gondola, mengikuti arah yang ditunjuk staff yang memegang megafon.
Meskipun tampak agak samar, kami setidaknya menyadari bahwa di dalam gondola itu dua orang yang kami maksud. Mereka saling menyandar satu sama lain dengan romantis.
“Mereka ini, duh! Tidak lihat situasi dan kondisi!” M. Marsh menggeram. Tapi aku bisa merasakan wajah lega mereka berdua, M. Marsh dan Mlle. Voyles.
“Well, bisa – bisanya mereka ini tidur ya, Tn. Cake? Saya tidak mengerti bagaimana mungkin itu bisa terjadi?” Feline meletakan kedua tangannya di pinggang sambil menggeleng – geleng.
Tentu saja itu sulit terjadi dan tidak akan pernah terjadi. Maunya aku langsung jawab begitu, tapi aku mau tahu pendapat Feline bagaimana. Apa yang dia pikirkan tentang ini?
“Tidak mungkin terjadi, Feline?”
“Hm? Yeah, well…” Feline meneleng ke arahku sesaat sebelum kembali melihat gondola itu lagi. “Sulit membayangkan kalau orang sakit mual bisa tidur di dalam wahana, tidak? Kalau itu terjadi pada saya, saya tidak akan pernah bisa terlelap kalau tidak minum obat mual. Ya barangkali,. Nona Howell juga begitu?”
“Ya tapi kenapa M. Gill juga begitu?”
“Barangkali-um… ia mengikuti suasana Nona Howell?” ucapnya. Kemudian Feline, Mlle. Voyles, dan M. Marsh lebih dulu mendekati gondola setelah berada di bawah. Aku tepat di belakang mereka bertiga.
Yang aku sedari baru saat ini adalah, kedua insan itu tidak memegang slushies mereka. Apa disediakan tempat sampah di dalam gondola? Tidak. Karena di tempat kami tidak ada.
Ketika gondola itu dibuka, barulah kami semua terbelalak dengan hal yang baru saja kami lihat. Slushies milik Mlle. Howell, varian susu dan strawberry serta toping marshmallow, coklat batang, permen, gula kapas, krim dan taburan cocoa, dalam keadaan tutup terbuka jatuh dan isinya kocar – kacir. Begitu pula kopi pahit ukuran besar milik M. Gill juga mengalami hal yang sama. Yang itu seolah ekor permasalahan hingga mengarah ke badan permasalahannya.
Meski gondola itu dibuka. Meski terdapat suara dering ponsel Mlle. Howell yang ditelpon M. Marsh, Mereka tetap tidak bergeming.
Mereka berdua, Mademoiselle Howell dan Monsieur Gill, saling menyandarkan kepala satu sama lain, memejamkan mata dengan damai, dan tubuh yang kaku seolah tidak berdaya. Tangan mereka bergandengan, tapi aku tidak merasakan adanya interaksi lebih, selain pose mereka barangkali kaku sejak beberapa menit yang lalu.
M. Marsh, masuk ke gondola itu. Menepuk – nepuk ringan pipi mereka berdua, sambil memanggil – manggil, tetap tidak merespon.
Hingga pada usaha yang terakhir, aku menyuruhnya untuk memeriksa denyut nadi mereka. Malah M. Marsh yang tidak memberiku respon dan terlihat semakin khawatir.
“Mademoiselle Voyles, boleh pinjam kaca lipat?”
Aku tahu Mlle. Voyles yang kini dirundung khawatir tidak punya pilihan lain selain menurutiku. Ia menggeser resleting tas putih selempangnya, lalu merogoh sesuatu di dalamnya. Ia langsung memberiku kaca lipat biru dengan pinggiran silver padaku.
Pertama, aku buka mata mereka lalu kusenteri. Keduanya sama. Tidak ada reaksi pupil menyempit.
Lalu menggunakan kaca lipat biru dengan pinggiran silver yang diberikan Mlle. Voyles padaku untuk kutaruh di bawah hidung mereka berdua.
Hasilnya sama juga. Tidak ada embun pada kaca itu.
Aku segera berbalik dan menghadap pada staff karyawan yang kekar dan membawa megafon itu. Dari nametagnya, bernama Idle Knapp.
“Monsieur Knapp, segera hubungi polisi dan ambulan!”
***
Beberapa hal yang kuingat sebelum polisi datang adalah bagaimana posisi Mlle. Howell dan M. Gill terakhir, kopi hitam dan slushies varian susu dan strawberry serta toping marshmallow, coklat batang, permen, gula kapas, krim dan taburan cocoa yang jatuh dan meluber di alas gondola, serta maksud dari ekpresi Mlle. Howell saat aku menceramahi Feline.
Salah asumsi sudah menjadi hal alami bagi orang sepertiku. Tapi apa yang mendasari itu salah? Tidak. Lebih tepatnya, kenapa aku berasumsi seperti itu?
Kami berempat kini telah dipaketkan ke arah Norfolk Constabulary of Great Yarmouth, lalu duduk hangat di ruang interogasi bersamaan. Mereka tidak mengizinkanku melakukan penyelidikan karena inspektur Remy Sharp yang suaranya dalam dan kolot sikapnya, menyuruh kami agar tetap mentaati prosedur. Pria itu punya dagu pantat dan mata mengintimidasi sehingga aku agak enggan untuk protes. Para bawahannya menyebut itu aura kewibawaan.
Well, bila ia bertemu orang egois, akulah yang terburuk. Aku bisa saja menggunakan relasiku dengan menelepon Countess Hestia Madelaine dari Scotland Yard untuk memberiku rekomendasi. Tapi kupikir itu tidak perlu. Lagipula tidak ada yang tersisa dari tempat kejadian. Selain… hasil dari forensik.
“Well, saya dan Eira memang berteman dengan korban. Sebenarnya kami mengantri berbaris tanpa jeda di belakang. Um- Tn. Keymark dan Nona Feline adalah… sekedar kenalan yang kebetulan kami bertemu saat Nick membelikan teh untuk Alwen karena merasa tak enak badan. Di situlah kurasa Alwen kebetulan bertemu dengan Tn. Keymark dan…um-mereka mengobrol. Lalu kami datang,” M. Marsh meski seorang manajer yang pintar dan rapi dalam bicara pada akhirnya gugup juga. Tidak hanya ini pertama kalinya diinterogasi karena suatu kasus, tetapi juga memang wajah pria berdagu pantat ini lumayan menggangu.
Seperti namanya ‘Remy Sharp’ yang ternyata punya pandangan tajam dengan cukup mengintimidasi. Namanya benar – benar mencerminkan dirinya.
“Ba-ik…. Jadi-um… dari kami sebenarnya menemukan benda di dalam tas milik Nona Voyles, mohon izin.” Monsieur Sharp menyodorkan sebuah obat bertuliskan Fomepizole. Itu hanya berupa botol kecil. Ketika dibuka, itu mengandung cairan bening.
“Anda bisa jelaskan ini, Nona Voyles?”
Itu membuat kami terkejut. Aku tidak mengerti mengapa di saat berlibur benda itu harus berada dalam tas selempang putih milik Mlle. Voyles.
Bila dipikir – pikir, bila saja Mlle. Voyles mengatakan itu adalah kosmetik, maka berakhir sudah.
“Saya bekerja di Ghostic Pest Control dan selalu pulang larut. Saya bekerja sebagai bagian dari tim research & development dalam pengembangan obat pestisida. Dan tas putih ini selalu saya bawa ketika bekerja. Dan benda itu-barangkali terbawa di tas?” ucap Mlle. Voyles dengan percaya diri.
Dengan mata belum mengedip dalam beberapa detik, si dagu pantat ini melirik ke arah bawah sambil mengangguk – angguk. Masalahnya adalah itu bukan anggukan itu tampaknya bukan karena ia setuju.
“Dan kenapa bisa sampai terbawa sampai di tas segala? Ada keperluan apa benda ini sampai terbawa di tas? Maaf mengatakan ini tapi saya hanya berusaha untuk mempercayai anda sepenuhnya,” mata M. Sharp kembali menajam ke arah Mlle. Voyles.
Katanya yang dilontarkan dengan nada dalam dan rapi. Tapi aku merasakan ada hal yang bertolak belakang dari perkataannya itu.
Mlle. Voyles masih dengan percaya diri memberi keterangan bahwa benda itu sebagai usulan darinya kepada pimpinan untuk keselamatan tim R&D. Barangkali mereka akan berencana membuat pestisida dengan fomulasi baru. Tentu obat itu berguna untuk menangkal keracunan. Baik bagi tim R&D maupun tim yang beroperasi di lapangan.
Lantas seseorang yang mengenakan sarung tangan karet, masker dan jas lab itu datang tanpa mengetuk pintu seolah memberikan berita yang tidak bisa ditunggu. Aku yakin ia bagian dari forensik.
Ia tidak basa – basi. Setelah memberikan sebuah dokumen hasil pemeriksaan, langsung keluar.
Kini, M. Sharp kembali menatap Mlle. Voyles setelah melihat data itu sekilas.
“Nona… saya percaya kalau saat ini bukan hari keberuntungan anda,”
“Kenapa begitu!?” Mlle. Voyles mengernyitkan dahinya.
“Salah satu tubuh korban ditemukan Ethylene Glycol,”
“Lalu?”
“Lihat, saya ini telah menemui beberapa kasus. Terutama kasus keracunan. Biasanya orang memakai sianida, stryichnine, arsenic, almond, dan semacamnya. Kendatipun demikian saya selalu sulit untuk menemukan pelakunya. Padahal racun itu terlalu umum di dunia kriminal. Hanya-saja… Ethylene Glycol… ya, ya, ya….” M. Sharp mengangguk – angguk kecil dan lagi – lagi itu selalu merujuk pada hal lain.
“Apa maksud anda, sir?”
“Anda tahu…um- kenapa di sini harus ada ‘Ethylene Glycol’ dan ‘Fomepizole’ dalam satu keadaan,”
Aku tidak menduga bahwa M. Sharp menyadari hal itu. Apalagi sikap praktis dan nada dalamnya. Harus kuakui dia ini cukup berpengetahuan.
Keempat dari kami hanya diam saja, terutama kini aku bisa melihat Mlle. Voyles sedikit berkeringat.
“Memangnya kenapa, sir?” Feline mewakili Mlle. Voyles yang terlihat tidak sanggup lagi.
“Karena mereka berdua adalah Racun dan Penawarnya. Kebetulan yang tidak betul?”
Memang benar – benar kebetulan yang tidak dibenarkan. Meski begitu, aku tetap merasa itu masih aneh.
Bila itu harus dilakukan, harusnya pelaku tidak menyembunyikan itu dalam tas yang mencolok. Bila itu yang dilakukan, harusnya pelaku adalah orang yang tidak cermat dan ceroboh.
Kalau sudah begitu, membunuh dengan racun kuat sekali teguk lebih mudah sederhana dilakukan. Katakanlah seperti arsenik, sianida, atau seperti yang dijelaskan M. Remy Sharp.
Masalahnya mengapa Ethylene Glycol ditemukan dengan penawarnya sekaligus yaitu Fomepizole? Maksudku, itu penawar bukan penawar universal.
Faktanya, itu adalah penawar khusus terhadap racun Ethylene Glycol. Diciptakan khusus untuk Ethylene Glycol.
Jadi apa sih yang coba si pelaku lakukan?
ns 172.69.58.80da2