Satu constable yang berdiri di dekat pintu interogasi diperintahkan Monsieur berdagu pantat itu untuk membawa Mlle. Voyles ke sel tahanan sementara.
“H-hey, anda tak bisa melakukan itu!?”
Meski Mlle. Voyles mengelak, tetap saja tangan kedua tangannya berhasil di berborgol. Kini menggiringnya ke sel tahanan begitu mudah.
“Yah, saya memang bisa melakukan itu sebenarnya,”
Satu constable itu kini telah membawa Mlle. Voyles sampai ke ujung pintu interogasi. M. Marsh dengan protesnya, mengatakan tegas bahwa hal ini tidak dibenarkan. Meskipun begitu, pria berdagu pantat ini seolah tidak peduli dan bermuka tembok saja.
“Saya tak akan masuk ke dalam sel!” Mlle. Voyles menyentak saking gupuhnya. Meski begitu, keadaannya berbalik karena salah satu constable tetap memaksa menariknya.
“Anda tidak akan menginap bila itu memang tidak terbukti,” sahut M. Sharp, tanpa menoleh sedikitpun ke arah Mlle. Voyles.
Kini Mlle. Voyles telah dibawa keluar dari ruangan ini. Bahkan suara protesnya menggema dan sedikit terdengar setelah beberapa detik.
Aku heran kenapa ada inspektur yang bertingkah laku seperti ini? Secara teknis tidak disalahkan, namun moral mereka sebagai pelayan masyarakat justru terabaikan.
“Hey, tindakan ini salah! Otoritas macam apa yang anda gunakan itu, hah!?” M. Marsh semakin naik darah bahkan tidak sadar telah menaikkan kerah si inspektur.
“Lepaskan itu… atau…”
M. Marsh kini dalam keadaan padam cahaya kedamaian di matanya. Tangan kanannya telah menggenggam dan boleh jadi itu akan menjadi lebih buruk.
“Monsieur…” Aku memberinya isyarat lewat kedua mataku.
Untungnya, ia mendengarkan lalu segera melepas cengkeramannya pada leher Inspektur Sharp. Tampaknya, M. Marsh masih punya pertimbangan lain.
Inspektur Sharp setelah mengatur keadaan kerah seragamnya yang agak lusuh karena cengkeraman M. Marsh, melanjutkan keterangan dari data yang diberikan petugas forensik.
Sebelumnya, Inspektur Sharp telah mengatakan isi kedua tas milik Mlle. Howell dan Mlle. Voyles. Di tas Mlle. Voyles berisi sedikit alat kosmetik seperti bedak wajah serta lipstick dan pembersih wajah, ponsel dan dompet selain Formepizole. Tas putih selempang milik Mlle. Voyles cukup luas. Sementara anehnya, di tas hitam sederhana milik Mlle. Howell hanya berisi ponsel, dompet, serta satu botol kecil. Meskipun agak kecil, tampaknya itu cukup untuk memuat seliter air yang dipilah menjadi dua bagian.
Ia mengatakan bahwa jejak Ethylene Glycol itu ditemukan pada tubuh korban pria yang berasal dari botol kecil 150ml dari tas kecil selempang hitam milik wanita bernama Alwen Howell. Racun itu menyebabkan kerusakan parah pada hati, namun pada penyebab kematian adalah karena gagal jantung.
“Bagaimanapun juga, well…” Monsieur berdagu pantat itu menghela nafas seolah ada keganjalan pada kertas yang dibacanya. “Terdapat kerusakan di paru – paru korban. Tim forensik kami mengatakan bahwa kerusakan paru – paru dipicu oleh pneumonia tingkat akut Hal ini menjadi dasar bagi mereka untuk berdiskusi mengapa itu terjadi. Sedangkan Ethylene Glycol itu diminumkan sekaligus-uh… dan bertahap. Meskipun saya tidak menganggap itu adanya masalah. Barangkali ada reaksi lainnya yang mungkin terjadi, itu yang saya pikirkan saat ini,”
Mendengar penjelasan itu aku mungkin sama bimbangnya dengan para forensik itu. Begitu pula Feline dan M. Marsh yang kini mungkin lebih mengkhawatirkan persoalan mengapa bisa Ethylene Glycol berada di tas kecil milik Mlle. Howell. Yah sebenarnya aku juga penasaran dengan itu.
Ethylene Glycol….
Bukannya aku baru terhadap hal itu. Aku pernah bertemu kasus sama sebelumnya. Kebetulan saat itu Mademoiselle Flemming juga bersamaku.
Terlepas jarang digunakan karena tingkat kekuatannya yang fleksibel, dapat diatur untuk tidak sekejap membunuh seperti sianida ataupun stryhnine, itu punya karakteristik spesial.
Tanpa rasa, bau, dan warna adalah hal biasa dalam dunia kriminal bagi seorang pelaku melakukan rencana piciknya. Sebuah racun pilihan yang sangat umum dan praktis.
Namun, siapa sangka Ethylene Glycol punya peringkat atas bukan karena kekuatannya, tapi karena itu adalah perantara yang fleksibel.
Katakanlah, bagaimana bila racun itu terasa manis? Dengan sebuah asumsi bila ‘yang terasa manis itu’ bisa dijadikan dalih objek tertentu. Misalnya, gula atau pemanis. Mengonsumsi itu tanpa diketahui oleh korbannya membuat mereka berpikir bahwa mereka hanya minum apa yang mereka sukai.
Seperti, slushies.
Yang kuingat dari Mlle. Flemming, dokter kriminal spesialis ahli bedah, pernah mengatakan bahwa itu dapat menyebabkan kerusakan liver dan gangguan jantung bila tertelan dalam volume tertentu. Bila terhirup, itu mungkin dapat memberi iritasi selaput lendir dan pernafasan bagian atas. Pernyataan itu berhenti sampai di sana.
Lantas, bagaimana bisa Pneumonia itu terjadi?
“Uh-kendatipun demikian-hm…”
Inspekur Sharp terhenti.
“Ada apa, Inspektur?” tanyaku.
Ia agak keberatan sambil memegang dagunya. Tampaknya orang ini berpikir dulu sebelum bicara walau aku sebenarnya menyarankan agar membaca selembaran kertas hasil forensik seutuhnya.
Katanya, di dalam tubuh si korban wanita juga terdeteksi racun hemlock yang itu berasal dari botol hitam kaca sirup obat batuk 250ml milik korban pria. Itu ditemukan di saku dalam blazer coklat. Inspektur sharp mengatakan bahwa setidaknya butuh lima menit karena saku dalam blazer coklat itu cukup dalam dan berbaur dengan botol – botol obat – obatan lainnya.
Keduanya, Ethylene Glycol ditemukan dari jejak bekas slushies itu sementara racun Hemlock ditemukan di kopi pahit hitam ukuran besar milik M. Gill.
“Agak aneh. Setahu saya, Alwen tidak suka kopi pahit. Bahkan ketika kami berempat di kafe, ia selalu pesan latte atau machiato,” M. Marsh memberi keterangan.
“Well, sepertinya Nona tadi tidak bisa pulang lebih cepat, hm…”
“Hey, tapi itu tidak menjelaskan bahwa Eira bersalah, Tuan Inspektur!” M. Marsh kembali gigih memprotes.
“Itu tetap terus begitu selama kasus ini belum menemukan jawaban soal Fomepizole itu, sir,”
Karena itulah aku tidak mau menyangkal. Fomepizole itu adalah keganjilannya.
Inspektur Sharp kembali memberikan hasil forensik itu kepada kami. Sisi baiknya, informasi forensik dibaginya untuk dijadikan diskusi. Orang ini punya poinnya.
Ia melanjutkan bahwa kematian itu terjadi sekitar 20 menit sebelum mayat mereka diketahui. M. Marsh berpendapat bahwa dirinya dan Mlle. Voyless yang membelikan mereka minuman.
Mlle. Voyles membawakan untukku, Feline dan dirinya sendiri, sedangkan M. Marsh membawakan untuk dua korban dan dirinya sendiri. M. Marsh mengaku kalau itu tidak mungkin dirinya ataupun Mlle. Voyles karena mereka tergesa – gesar terburu – buru saat hendak naik kincir ria. Aku tahu betul itu memang.
“Kami mengantri di antara Tn. Keymark dan Nick dan-“
“Dan karena itu kalian berdua punya kesempatan untuk memasukkan racun itu!” Inspektur Sharp memotong.
Itu memang mungkin terjadi. Tapi menurutku cukup beresiko. Maksudku, apa yang dilakukan bila M. Gill dan Mlle. Howell tiba – tiba berpaling ke belakang saat itu terjadi? Atau, Feline yang secara tidak sengaja menangkap mereka berdua melakukan itu?
Namun meski begitu, masih ada kemungkinan. Tapi bukan dilakukan saat kami berbaris mengantri.
“Tidak! Itu bukan saya, te-tentunya!” M. Marsh terlihat panik menoleh ke arahku lalu Feline, pada akhirnya ke arah Tuan berdagu pantat itu. “Bagaimana kami melakukannya sementara sebotol racun itu ditemukan di blazer milik Nick sedangkan yang satunya ada pada resleting dalam kecil tas putih milik Eira!?” ucap M. Marsh dengan ngotot.
Strike one untuk M. Marsh. Aku menggunakan metafora baseball umtuk menggambarkan betapa anehnya yang dia ucapkan. Terutama pada bagian ‘resleting dalam kecil tas putih’.
.
Inspektur Sharp diam dan tanpa berkata – kata lagi. Tapi sebagai gantinya, kedua matanya justru condong fokus ke arah dua bola mata M. Marsh. Menelisik, mengoreksi, dan terlihat yakin apa yang dipandang di hadapannya.
Kalau sudah begini rasanya sudah final? Baru saja M. Marsh mengatakan sesuatu yang seharusnya belum dijelaskan. Well, kurasa ini akhirnya.
Aku menghela nafas, namun ketika dihembuskan rasanya agak lega. Walau itu terasa tidak sepenuhnya. Itu karena Feline.
Feline sedari tadi tidak terdengar bunyinya. Bukannya aku menuntutnya berperilaku begitu, tapi bicara soal Feline barangkali inilah yang membuat benakku tidak terasa begitu lega.
Aku memandangi si kukang ini. Dia condong ke bawah dan tampaknya serius. Ia tampak sedang menggali sesuatu di benaknya.
“Misalnya saja Ethylene Glycol itu disamarkan pada botol kaca kecil yang ukurannya sama dengan obat glucagon? Atau Hemlock itu disamarkan dengan botol obat batuk?”
Inspektur Sharp tidak henti – hentinya membuat kami kaget saat dari bawah meja ia menyodorkan kedua botol yang katanya diambil dari tempat kejadian.
Itu memang benar – benar botol kecil bertuliskan Glucagon dan obat batuk hitam varian kering jenis sirup.
ns 172.70.126.152da2