“Oh! Jadi kalian semua bertemu saat ini juga karena ingin naik kincir ria?” tanya Feline yang seolah – olah paling seru mendengarkan kisah itu lebih daripada si pencerita itu sendiri. Kalau soal Feline, memang sukanya ikut campur urusan orang lain.
Yah, namanya juga wanita. Cerita begini bagi mereka seperti pembicaraan yang begitu nikmat untuk didengarkan.
“Well, y-ya, begitulah. Meskipun, saya ke sini juga karena urusan bisnis, sih. Tapi karena yang bersangkutan belum datang, yah apa boleh buat?”
Cerita yang dihadirkan Monsieur Marsh lebih panjang dari hidangan yang ia dan kami makan, bahkan dengan kondisiku yang agak mual sekalipun. Aku sangat berhati – hati memperhatikan detilnya.
Bagaimanapun juga, kisah yang baru saja kami dengar itu meninggalkan catatan asam. Pertama, aku baru mengerti bahwa ada filosofi semacam itu untuk wahana kincir ria atau Ferris Wheel, atau Giant wheel dan semacamnya. Sejujurnya, beberapa drama dan animasi romantis dari negeri lain yang ditonton Feline banyak menghadirkan momen yang nyaris seperti yang diceritakan M. Marsh. Apakah ini yang dimaksud dengan perubahan zaman menghadirkan kultur baru?
Kedua, aku tidak mengerti dengan satu hal. Untuk apa mereka berkumpul lagi di taman bermain? Well, itu bisa saja terjadi karena taman bermain tempat yang proporsional untuk menghabiskan waktu bersama. Tapi kenapa-M. Marsh dan lainnya, seolah – olah berkumpul kembali hanya untuk kincir ria?
Lagipula, setelah pertemuan pertama mereka di Happywood Hills Theme Park, semuanya tetap terhubung. Yang aman diasumsikan bahwa mereka ini saling berkomunikasi lewat pesan di ponsel, bukan? Barangkali ada tempat yang lebih fleksibel untuk bercengkrama seperti di kafe?
Apa yang mereka cari?
“Monsieur, berapa rentang jarak empat pertemuan itu?”
“Hm…. Saya-rasa itu… terpaut satu tahun. Kini adalah tahun kelima. Yah, rasanya memang lama sih. O-oh, tapi bukan berarti kami terpaut jauh selama setahun penuh. Ada kalanya kami berkumpul di restoran untuk mengobrol bersama atau ke Norwich Market untuk sekedar berbelanjan berburu barang kesukaan kami?”
Jadi… mereka barangkali menanggapi serius soal kincir ria itu? Well, simpel juga sih.
“Ah, begitu rupanya. Oh ya, apa ada yang terjadi di antara kalian?” Aku mengedipkan mataku pada M. Marsh seolah menyindir hal lain. Itu tentu saja terkait dengan apa yang ia kisahkan yang aku temukan cukup amat asam sekali.
“Erm-maksudnya?” balik tanya M.Marsh sambil menggaruk – garuk kepalanya dengan bingung.
“Apa yang kau coba ingin ketahui, Tn. Cake?”
Sebelum aku menyanggah Feline, ketiga orang lainnya baru saja datang dengan ekspresi puas pada M. Gill dan Mlle. Howell, sementara wanita berambut hitam ombre itu tetap sedia kala. Bahkan aku temukan wajahnya terlalu banyak menghela nafas.
“Wah, wah! Gosip apa ini!?” Nona Howell, yang tadinya lemas kini berbeda 180 derajat. Tegar kembali dan sangat bersemangat. Bahkan seolah menganggapku dan Feline menjadi bagian dari anggota perkumpulan mereka, Mlle. Howell bertindak kelewat luwes akrabnya.
“Maaf ya, kami telat makan siang. Kau mau pesan apa, Sweetheart” Begitupula Tn. Gill, dia tampak lebih baik dari sebelumnya yang agak kaku.
Mlle. Howell mengatakan bahwa ia ingin pesan sama seperti yang M. Gill pesan.
“Kalau kau, Eira?”
“Aku minum saja.”
Dua orang wanita itu duduk di sebelah Feline, sementara aku pada akhirnya berpindah tempat. Sehingga yang akan berhadapan adalah tiga pria dan tiga wanita.
“Anda tidak enak badan, Mlle. Voyles?” tanyaku.
Bila sihir itu ada dan saat ini terjadi, itu bisa saja diasumsikan bahwa kondisi Mlle. Howell beberapa waktu lalu dipindahkan ke Mlle. Voyles. Meskipun itu tidak mungkin, tapi kenyataannya sekarang dihadapanku seolah begitu.
Apa terjadi sesuatu di antara mereka?
“Ah, ini bukan masalah, sir. Tidak bila Alwen bermain dengan adil di wahana dodgems. Dia selalu menabrak ke arahku, bukan ke pengunjung lain. Kami sudah enam kali bolak – balik ke wahana itu untuk membuktikan siapa yang lebih baik diantara kami. Dan saya, kurang bagus dengan guncangan yang diakibatkan oleh tabrakan,” ucapnya sambil melirik sebal ke arah Mlle. Howell sambil memegangi perutnya. Yah, memang wajahnya agak pucat barangkali kini ia merasa mual?
“Yah, mau bagaimana lagi, ‘kan? Inti dari dodgems adalah menabrak dan menghindar? Ya, ya tapi aku tetap minta maaf,” tambah Mademoiselle Howell sambil menoleh ke arahku. “Ngomong – ngomong, kita ini seri loh!”
“Benarkah? Kupikir skornya 4 – 2?”
“Tidak! Kau menipuku dan memanfaatkan pengampunan dariku untuk menabrakkan ke arahku!”
Keduanya seperti saudara yang saling bersaing. Mereka tidak serius sebenarnya.
“Wah, dewasa sekali kalian ini….”
“Diam kau rambut landak!” keduanya, Mlle. Howell dan Mlle. Voyles kompak membantah pada M. Marsh. Aku bisa tahu menjadi penengah diantara wanita itu sama saja siap berkorban di tengahnya. Kasian sekali memang M. Marsh.
Setelah itu aku punya sudut pandang lain. Mengingat kondisiku agak mual begini, sementara Feline sepertinya hendak naik wahana yang penuh sensasi melambung tinggi. Bergantung pada orang lain juga tidak buruk. Aku benci mengatakan ini apalagi harus terdengar oleh kedua telinga si Kukang ini, lagipula ini adalah hadiah untuk Feline telah menjadi asisten toko selama beberapa bulan tanpa komplain. Aku bahkan telah menyiapkan uang saku untuk kuberikan padanya.
Jadi aku minta izin langsung pada Mademoiselle Howell, agar Feline bisa ikutan bersama mereka. Sementara aku….
Aku hanya akan seperti pengawas, seperti orang tua yang mengawasi buah hati mereka.
Karena itu, kami semua mengobrol sejenak sambil menunggu Mlle. Howell dan M. Gill makan siang. Sementara Mlle. Voyles, membaui botol kecil kaca berujung roll yang dari sini tercium bau mentol aromatherapy dan lavender.
Mlle. Voyles sempat menawariku, hanya saja kutolak. Aku mungkin suka Tisane, tapi aku menolak bau mentol aromatherapy. Walaupun keduanya sama – sama baik untuk kondisiku sekarang, aku masih bisa memilih yang selain daripada keduanya.
Obrolan kami dilanjutkan ke arah setelah kisah dari M. Marsh. Mlle. Howell mengatakan bahwa dirinya sangat berkesan di pertemuan ketiga.
Tidak seperti M. Marsh yang rapi dalam menghadirkan kisah, Mlle. Howell lebih suka membahas hal – hal yang dikaguminya. Seperti di Hunstanton, Spectrum Park, tidak lebih mengguncang dari Great Yarmouth Joy Beach, tapi lebih berkesan menyegarkan daripada lelah.
Itu karena wahana di sana umumnya untuk keluarga dan anak – anak tingkat SD. Beberapa kuliner di sana juga digambarkan oleh Mlle. Howell lebih banyak variasinya. Mlle. Howell mengaku sendiri dengan agak malu bahwa saat itu daripada naik ke wahana lain, ia malah lebih keasyikan wisata kuliner di tempat itu. Dari kebab hingga poutine. Ataupun dari es krim yang ber-cone hingga sejenis gelato.
M. Gill menambahkan bahwa kincir ria di sana cukup menegangkan karena jenis gondolanya yang terbuka. Walau hanya setinggi 15 meter, ia mengaku tidak nyaman karena konstruksinya yang bisa dibilang agak ringkih.
“Oh, itu sebenarnya memang menakutkan, loh! A-aku dan Eira sebenarnya pernah mencoba menggoyang – goyangkan gondola itu dan terdengar bunyi decitan mur! Benar ‘kan, Eira?” M. Marsh yang sesaat terbawa seru karena cerita itu.
Mlle. Voyles hanya mengangguk biasa sambil memejamkan mata sesaat. Ekspresinya tidak lebih dari hanya sekedar setuju. Walaupun anggukan itu sangat meyakinkan.
“Sekarang kau mencoba memberiku goosebumps karena kita pernah menaikinya!” tambah M. Gill. “Tapi-itu bisa saja bukan karena… mereka kurang memberikan perawatan berkala. Yah, memang konstruksinya dari awal agak cacat!”
“Sekarang bila dipikir – pikir memang benar begitu. Aku juga tidak mendapat kesan tenang naik di gondola semacam itu!” ucap Mlle. Howell dengan lantang dan agak ngeri.
Aku dan Feline mengangguk – angguk seadanya, seolah kami mengetahui keseruan mereka. Meskipun, aku sendiri tidak akan pernah mau mencoba kincir ria yang terbuka begitu.
Sekian menit telah kami lewatkan. Bill terpisah untuk dibayar oleh masing – masing. Kecuali diriku, yang tentunya mentraktir Feline sepenuhnya.
Kini kami beranjak dari kursi kayu dan hendak menjauhi food court. Dalam sekejap aku bisa mengetahui bahwa kedua mata Feline sama mengkilatnya seperti mata Mlle. Howell.
Aku tahu dan sebenarnya berada di pilihan benar. Mereka ini hanyalah monster. Aku sudah berada di jalan yang benar dengan meminta tolong monster untuk mengajak monster kukang yang kubawa agar mereka bisa bersenang – senang.
“Loh, anda memang benar – benar tidak ikutan setelah ini, sir?”
“Bukan berarti saya tidak di sana, benar?” balasku.
“Well…,” Mlle. Howell menelengkan kepalanya ke arah Mlle. Voyles. “Kau… juga tidak ikutan, Eira? Kita bisa mengantri ke arah sinema 4 dimensi dulu bila kau mau? Atau-erh… rumah hantu?
“….” Mlle. Voyles diam saja sambil arah pandangnya tertunjuk ke bawah.
Sepertinya aku tidak sendirian barangkali?
“Oke, kalau begitu-boleh… aku minta lemon soda yang tadi kutitipkan padamu?”
“Ti-tidak boleh! Mlle. Voyles menyentak spontan menolak.
Ketiga rekannya menyorotnya agak terkejut.
“O-oh… o-oke…. Nanti aku beli sendiri. Maaf aku menganggumu. Ka-kalau begit-“
Mlle. Voyles menutupi mulutnya ketika pipinya mengembang. Aku segera menuntunnya.
“H-hey, kau yakin tak apa, Eira?” tanya Mlle. Howell yang M. Marsh juga ikutan mengkhawatirkannya.
Sementara M. Gill menyodorkan sebotol air mineral, namun Mlle. Voyles kukuh menolak.
“K-kalian pergi saja d-dulu…. Aku mau cari toilet-Bleuhek-“
Aku meraih Mlle. Voyles dan menyuruh mereka untuk bersenang – senang terlebih dahulu. Aku mengatakan pada mereka untuk menyusul mereka nanti.
Dan tampaknya peran sebagai penjaga dan orang tua, benar – benar dibutuhkan di sini. Walaupun, seharusnya harus Feline, kini bertambah satu orang. Dan satu orangnya lagi diriku sendiri. Jadi dua orang.
“Ah, maafkan kami, sir. Kami titip Eira untuk sementara,” kata Mlle. Howell sebelum mereka pergi.
Aku segera menatihnya menuju toilet. Tempatnya tepat sebelum food court. Melihat wajahnya saat ini seperti dihujani keringat. Aku bisa tahu kalau ekspresinya ingin agar aku segera membawanya ke toilet untuk membuang sesuatu dari dalam mulutnya yang selama ini dia tahan.
“T-tunggu sebentar, Mademoiselle!”
Tidak tercium alkohol sedikitpun. Tapi ketika aku meraih leher dan dahinya, panasnya cukup tinggi. Susah dipercaya bahwa semua gejala penyakit ini timbul dari wahana Dodgems?
Apa yang sebenarnya terjadi? Apa aku kelewatan sesuatu?
ns 172.70.131.22da2