Melewati petugas karcis itu, kini kami berada di dalam area The Great Yarmouth Joy Beach.
Impresi pertamaku adalah… well tidak ada. Lihat, aku selalu suka bertamasya ke tempat yang penuh penghijauan. Namun aku sama sekali tidak membenci tempat bermain. Masalahnya, tempat ini… bisa dibilang sangat monoton. Secara pemandangan, komponen lingkungan, tata letak, bahkan sesuatu cinderamata yang menghiasi sekitar tidak bisa diapresiasi sama sekali. Seperti lahan parkiran yang ditempati wahana – wahana. Tapi kata orang pada umumnya, ‘Yang terpenting wahananya!’ aku jadi akan mempertimbangkan hal itu.
“Wohohoho! Tn. Cake, kita naik apa dulu? Mau yang langsung memacu adrenalin? A-aku ingin naik wooden roller coaster!” Feline heboh dan menggebu – gebu. Nah, aku ini seperti sedang membawa anak 10 tahunan yang kegirangan diajak di taman bermain.
“Mata bulat, tenanglah. Kita ini baru turun dari taksi, loh? Kau tidak merasa capek sama sekali?”
Feline menggeleng dengan senyuman di wajahnya yang tak berkurang sama sekali. Senyuman itu lebar dengan tarikan nafas tak beraturan saking semangatnya. Melihatnya sudah begitu sungguh merepotkan. Lagipula perjalanan dari Cambridge ke Norfolk sekitar satu setengah jam.
“Pertama, kenapa kita tidak cari minum dulu?” Feline memutar tas selempang beruangnya lalu meraih resleting. Tampaknya dia sedang mengambil sesuatu.
“Tidak ada masalah!” Ia mengeluarkan sebotol air lemon dingin. Tampaknya ia telah menyiapkan itu tanpa sepengetahuanku. Tampaknya, ia memang sudah banyak belajar banyak hal.
“E-ehem! Bagaimana kalau cari… makanan dulu?” Di sini aku yang lebih dewasa, jadi tidak salahnya bersikap tenang dan sok keren.
“Hah? Aku sudah penuh dengan satu potong pancake tadi pagi, kok,”
Hei, itu lima potong! Bisa – bisanya empat yang masuk di mulut rakusnya tidak dihitung. Aku menepuk jidatku sendiri dengan kerepotan. Bagaimana bisa Feline setangguh ini?
“Kenapa, Tn. Cake?” Ia mendongak ke arahku dengan bingung. Kemudian sesaat senyuman nyengirnya yang tidak ingin kulihat akhirnya ditampakan olehnya. “Jangan – jangan… a-anda taku-”
“Psssstttt!” telunjuk kananku sekejap menutup mulut lancangnya, mengantisipasi kata – kata terlarang yang keluar. Gadis – gadis jaman sekarang memang tidak mencintai keselamatan dirinya sendiri.
Maksudku apa asyiknya wooden roller coaster itu? Relnya saja sudah dibuat tidak beraturan dan berpotensi kecelakaan? Jangan dikira sabuk pengaman bisa total melindungi mereka! Naik di kereta itu lalu berteriak sekencang – kencangnya untuk membuktikan masa muda mereka? Ya ampun konyol sekali!
“Mata bulat, dengar. Logikanya begini. Tidakkah kau khawatir isi perutmu akan berganti posisinya?”
“Hah?” Feline mulai melipat tangannya, memasang wajah heran padaku. “Apa yang anda bicarakan?”
“Suatu ketika, seorang gadis yang tolol dan konyol, hendak bersenang – senang dengan temannya. Ia ingin sekali naik wahana roler coaster itu. Ia dengan senyum tololnya, rela mengantri panjang hanya demi naik kereta yang tak beraturan itu. 20 menit berlalu, akhirnya sampai padanya duduk di kereta itu, tidak lupa dengan mengaitkan sabuk pengaman. Ia dan temannya berteriak, senang, terkejut, dan terpicu adrenalinnya. Setelah itu, ia sadar bahwa sesuatu dalam perutnya terasa aneh. Pusing, mual hingga muntah, lalu berakhir pingsan, berangkatlah mobi ambulan. Dokter di tempat mengatakan bahwa lambung dan hatinya berpindah tempat karena itu. Sayang sekali, gadis berambut sebahu hitam itu harus menyesali nasibnya yang telah ditukar kesenangan sesaat!” Lengan kananku menaruh di pundak Feline agar ia mengerti.
“Wow, malang sekali gadis itu! Tapi saya rasa dia tersenyum manis bukannya tolol!” Feline menyeka lenganku seolah ia keberatan dan sama sekali menolak. “Lagipula, apa itu yang terjadi padamu, Tn. Cake?” tanya Feline penuh curiga, alisnya naik sebelah.
Bocah ini lumayan juga.
“A-apa!? Tidak bodoh! M-maksudku… Eh-ehem! Ambil hikmahnya. Bagaimana kalau kejadian itu benar – benar terjadi?”
“Benar – benar terjadi bagaimana? Lambung dan hati tempatnya saja sudah berbeda! Kalau lokasi mereka bertukar aku saja heran bagaimana dokter bisa memvonis gadis itu masih hidup, hah?” tanya balik olehnya dengan agak geram.
Well¸dia punya poin pentingnya. Sudah kuduga Feline sudah banyak belajar. Omong kosongku harus lebih kupoles agar menyerupai kenyataan.
“Dengar, Tn. Cake, kalau anda tidak mau naik, aku saja yang naik! Memang benar kita tidak boleh memaksakan kehendak, tapi bila satu orang taku-“
Untung telunjuk kananku tepat waktu. Ini adalah jurus andalan agar penampilan pria tetap gagah dan keren.
“Mata bulat, jangan bicara lagi. Ayo mengantri,”
“O-oke….”
Setelah aku bilang begitu, kerutan di dahinya akhirnya kembali normal. Mulutnya yang tadi sempat cemberut, seketika kembali tersenyum. Kini, kecurigaannya kepadaku sudah hilang.
Kami langsung berbelok ke kanan paling pojok. Itu adalah wahana andalan di The Great Yarmouth Joy Beach, jadi tidak mengagetkan banyak insan berbondong – bondong mengantri.
Wahana itu cukup membuat aku menelan ludah. Bagaimana bisa rel kerata dimodel seperti ombak? M-maksudku i-itu aneh, ‘kan? Siapa yang punya ide menciptakan wahana yang bernama Roller coaster?
Well¸ tapi seketika kami lewat, ada juga banyak wahana yang barangkali jauh lebih buruk daripada yang akan kami tumpangi saat ini.
Ada wahana seperti tiang yang tempat duduknya memanjang sekitar 16 penumpang. Masalahnya wahana itu membawa penumpang yang duduk untuk naik vertikal dengan pengaman tertentu hingga ketinggian 22 meter. Di puncak wahana itu tertulis Sky Drop. Kesampingkan lift, siapapun bahkan bisa melihat dari ketinggian itu tanpa sekat pembatas, selain pengaman dari tempat duduk mereka. Well, memang dari sana siapapun bisa melihat pemandangan Great Yarmouth dengan lega dan maksimal. Tapi ditukar dengan resiko yang bisa terjadi, yang bila terjadi kesalahan kecil, mereka bisa aja turun ambruk dari ketinggian itu. Big no no olehku!
Ada juga wahana lain yang tidak kalah mengkhawatirkan. Kalau ayunan di taman kanak - kanan bergerak ke depan dan belakang, wahana satu ini bergerak samping kiri dan kanan. Tempat duduknya bermodelkan kapal yang kira – kira menampung sekitar 30 an orang. Seperti namanya ayunan, wahana itu mengayun penumpangnya ke kanan dan ke kiri dengan kencang dan terjalnya hingga nyaris kelewatan berputar 360 derajat. Kalau itu sih, tidak hanya isi perut yang bertukar, bisa – bisa jantung dan paru – paru juga bertukar tempat. Orang – orang ini terlalu aneh. Bagaimana bisa bersenang – senang dengan hal yang berpotensi membahayakan nyawa mereka, hah?
Apakah rumus dari hormon adrenalin adalah bersenang – senang dikalikan jumlah resiko? Semakin banyak resiko semakin senang orang itu? Sungguh mengesankan.
Pada akhirnya kami berada di paling belakang kerumunan. Antrian itu lumayan panjang. Tidak seperti mengantri di petugas karcis tadi yang dalam semenit mampu melibas antrian dengan signifikan cepatnya. Di sini tentu kami harus menunggu sekitar 4 menit. Sementara itu antrian sekitar 30 baris dan well… kira – kira wahana itu mampu menampung sekitar 15 orang. Barangkali masih ada dua kloter lagi sebelum kami?
Banyak orang mungkin lelah menunggu, tapi tidak olehku. Ini bisa jadi trik mudah untuk ganti ke wahana lain. Bukannya aku takut atau seperti yang nyaris dikatakan mata bulat ini. Wahana andalan berarti dimaksudkan untuk saat terakhir, bukan?
“Wah, antrian yang panjang, benar?” Aku meringis ke arah Feline lalu membuka selebaran peta wahana. “Kau tahu, ada banyak wahana lain… seperti sinema empat dimensi? Y-ya! Itu yang biasa disenangi anak jaman sekarang, bukan? Begini – begini aku juga penikmat teknologi? Barangkali itu akan menjadi pilihan terbaik semenjak kita turun dari perjalanan sekitar nyaris dua jam dari Cambridge, benar?”
“Hmm? Bukannya itu sepasang kekasih yang tadi, Tn. Cake?” Feline melongo ke depan.
Dia mengacuhkanku. Sial, kukang ini boleh juga. Kenapa ia harus penasaran dengan orang lain? Lagipula apa bagusnya? Hah…. Karena dia sudah begitu, merepotkan bila tanya – tanya lebih jauh.
Aku mencoba memandang apa yang mata bulat ini pandang. Kalau dipikir – pikir itu benar juga. Mereka adalah sepasang kekasih yang sejak kami mengantri tiket masuk, kami tepat di belakangnya. Mereka adalah sepasang kekasih yang saling suap menyuapi permen kapas, lebih romantis dari tontonan romantis baik dari teater atau yang digemari Feline akhir – akhir ini.
“Kebetulan,” jawabku.
Feline mendongak ke kiri dengan singkat. “Hoh… kebetulan….” Lalu mengangguk kecil, lirikan matanya mengarah ke bawah.
Kami diam sesaat, tapi kata – katanya terakhir itu menularkan rasa gelisahnya padaku. Apa sih yang ia gelisahkan? Bisakah dia menjadi orang yang tenang sepertiku?
“Feline, apa yang ingin kau katakan, hah?”
“Tidak, barangkali anda benar.”
Dalam beberapa menit, kereta roller coaster itu telah kembali. Beberapa penumpang wahana itu keluar dari jalur sebelah yang disekat dengan pagar besi biru berongga. Ada dua jalur antrian, antrian masuk dan keluar.
“Ayo kita masuk, Tn. Cake!” Feline kembali bercahaya dan bersemangat.
Sebentar, kenapa semua ini tidak berjalan sesuai yang kurencanakan? Para antrian itu berdoyong – doyong masuk. Semakin surut dan surut, hingga kami dan dua orang di belakang kami.
B-bukannya itu hanya mampu menampung 15 orang? Errrmm… tidak. Tidak saat berada di pos pengonfirmasian tiket, ada keterangan tertulis di balik kaca yang menarik perhatianku.
‘1 kali permainan adalah 2 putaran masing – masing sekitar empat menit. Mampu menampung 30 orang dalam 1 kali permainan.’
Baik itu ternyata terjadi lebih buruk dari yang kukira.
Aku berusaha sekuat tenaga agar kakiku tidak bergetar, kami duduk bersamaan, dan lagi – lagi tepat di belakang pasangan yang sama.
***
ns 172.70.131.47da2