Terlalu banyak ribut soal hal kecil menandakan kecilnya hati seseorang sehingga, satu contoh, susah menerima ketidakcocokan terhadap apa yang dikehendaki bila tidak tersedia. Dikatakan begitu karena beberapa pribadi tertentu punya pikiran yang dongkol tanpa alasan yang kuat untuk mendukungnya.
Itu bila seseorang yang normalnya berpikir masa bodoh dan jarang menemui hal – hal yang menyulitkan keadaan mereka. Satu usaha yang perlu untuk membentengi diri mereka adalah dengan bersabar dan berpikir rasional.
Lain dengan satu itu, yang terlampaui fokus karena terlalu sering menggunakan isi kepalanya memecahkan kasus tertentu. Ketidakcocokan yang dipikirkan bukan soal kehendak, melainkan bagaimana suatu fakta melahirkan fakta yang lain dengan anomali dan keanehan yang sulit terjadi.
Misalnya, bagaimana M. Gill mendapat teh itu sementara Feline mengatakan tidak ada? Siapakah di antara mereka yang salah? Siapa yang benar? Atau di antara mereka semua benar? Atau… di antara mereka semua salah?
Well, aku tidak mau terlalu banyak berpikir. Kendatipun aku tahu, apa dampaknya? Lalu mengarah ke mana? Tidak ada artinya memikirkan sesuatu bila objektifnya tidak muncul. Maka kemudian satu usaha untuk membentengi diri, adalah bersabar dan berpikir rasional.
Begitulah aku mencoba berpikir, ‘barangkali tidak ada salahnya’, peristiwa ini hanya sedikit mengangguku. Kini kami, Aku dan Feline, kembali mencari wahana lain yang sekiranya menyenangkan. Objektifnya untuk membuat si mata bulat ini senang.
Yah walaupun harus diakui, daripada feline yang memutuskan arahnya, aku harus menarik tali lehernya supaya kondisi Feline senang tidak menyulitkanku. Ambil contoh, wooden coaster tadi.
“Tn. Cake! Bagaimana kalau naik itu?” Senyuman Feline menyeringai seperti anak kecil yang amat menyulitkanku. Terutama perasaan ini. Suatu ketika seseorang mengalami kejadian buruk, maka orang itu telah mengembangkan paksa sikap waspada demi keutuhan keselamatannya.
Feline menunjuk pada wahana bernama Pendulum, setidaknya itu yang terlihat di peta. Wahana itu lebih buruk dari yang pernah kukhawatirkan sebelumnya. Ingat wahana kapal yang bergerak seperti ayunan ketika aku dan Feline hendak mengantri wooden coaster sebelumnya? Maka pendulum itu lebih buruk.
Seperti namanya, “Pendulum”. Yang dibayangkan adalah jam dinding dengan pendulum atau dentuman detik dengan ujung lingkaran. Pendulum bergerak ke kanan dan kiri seperti ayunan normalnya. Well, di versi wahana, mesin itu tidak hanya berayun kanan dan kiri. Tapi karena ujung pendulum itu berbentuk lingkaran yang memutar, para penumpang bertempat duduk melingkar. Karena sudah begitu, maka pergerakan mereka berayun ke kanan dan kiri, ujung dari pendulum itu juga bergerak berputar. Seperti komedi putar bergabung dengan ayunan tinggi.
“Wow, wow, wow tahan dulu! Kenapa kau suka sekali membuatku berada di posisi sulit? Apakah itu hobi barumu?”
“Karena itu terlihat menyenangkan, saya rasa? Dan kenapa anda berpikir di posisi sulit? Bukannya saya sudah bilang kalau anda tidak ingin naik, maka saya bisa naik sendiri? Aku tidak mengerti soal hobi yang anda bicarakan, tapi-ayolah! Itu hanya setinggi 15 meter!” Feline merajuk yang justru lebih menyulitkanku lagi.
Ada yang salah dengan si kukang ini. Pertama yang paling mendasar, bagaimana dia bisa mengatakan hanya 15 meter dengan entengnya? Siapapun terjun bebas dari ketinggian itu pasti mati.
Kedua, bagaimana bisa aku membiarkan orang yang kuajak ke taman bermain untuk naik sendiri? Maksudku itu satu hal yang paling menyedihkan yang pernah kudengar. Walaupun aku ini memang menyedihkan tapi itu tidak akan lebih dari itu.
Aku mencari cara agar kukang ini berhenti dengan sikap dongkolnya. Yang terpenting keputusan itu harus bukan Pendulum dan semacamnya. Aku mulai berpikir untuk mencari jalan alternatif. Wahana apa yang punya daya tarik atraktif mengguncang tapi setidak menakutkan Pendulum?
Aku memutar isi kepalaku, sebagaimana aku memutar pandangan. Ada dua alternatif. Dua wahana ini sama – sama punya rel seperti huruf U yang diperlebar.
Pilihan pertama adalah wahana “Floaty Boaty”. Kalau yang sebelumnya wahana kapal menggunakan konsep ayunan, yang satu ini mengandalkan rel. Gerakannya menyerupai kapal yang terkena ombak yang besar. Diimplementasikan dalam wahana tersebut bahwa kapal penumpang akan bergerak ke kanan dan kiri, sesuai rel huruf U itu.
Aku bisa merasakan pilihan ini lebih baik, karena gerakannya hanya dua arah.
Di seberangnya adalah pilihan kedua, bernama Disko. Masih dengan rel yang sama, menyerupai huruf U yang diperlebar, dan-itu rasanya lebih lebar daripada Floaty Boaty. Konsepnya sama seperti Floaty Boaty, hanya saja tempat para penumpang berpentuk seperti Pendulum. Melingkar, dan dapat dipastikan memiliki dua pola gerakan. Berputar secara bersamaan bergerak ke kanan dan kiri mengikuti huruf U.
Aku telah memutuskan. Aku meraih tangan kanannya lalu kutarik menjauhi wahana Pendulum berpindah menuju antrian lain terdekat.
“Bagaimana kalau ke yang satu ini?”
Feline menoleh dan berpikir sesaat. Alisnya sedikit naik dan mengangguk kecil. Seharusnya dia tidak ada niatan untuk menolak. Antrian baru saja kosong sementara wahana itu mirip dengan yang ingin ia tumpangi nantinya.
“Oh, tak apa, ayolah, Tn. Cake!” Feline langsung mengambil langkahnya menuju antrian sambil melompat – lompat kecil walau aku agak getir setelah naik wooden coaster.
Kami masuk mengantri berdua. Di antrian itu hanya ada kami. Melihat wajahnya yang terlihat semringah begitu membuatku sedikit tenang. Yah mau bagaimana lagi, kalau dipikir – pikir Feline selama ini hanya diam saja.
Semenjak dia magang di tempatku, hari – harinya hanya berisi hal – hal yang konservatif. Bangun pagi, mengecek bahan – bahan mentah, menyiapkan selai dan semacamnya seperti normal kegiatan bertoko pada umumnya, Feline tak pernah mengeluh sedikitpun.
“Tapi kok agak sepi ya?” ucapnya.
“Manusia memang suka kurang bersyukur. Diberi antrian cepat protes, diberi antrian panjang mengomel, kau ini termasuk orang yang mengkudeta tuhan, Feline?”
“Ya ampun, selalu keluar kata – kata yang menyebalkan dari anda, Tn. Cake. Aku kadang – kadang bingung mengapa kakak Lilia dan Nona Flemming tertarik dengan pria seperti anda,” celoteh Feline, menganggkat bahunya sambil memejamkan mata dan menggeleng kecil. Feline sudah percaya diri memancing amarahku.
“Feline, kamu mulai pintar beragumen ya!?”
“A-ahahaa, ampun, Tn. Cake!?”
Aku meraih dua pipi Feline lalu mencubitnya lebar seolah aku membentuk tanah liat yang teksturnya elastis. Kata – kata yang diucapkan Feline semakin lama semakin perlu disekolahkan. Atau, aku mulai berpikir Feline untuk mengambil tawaran Mlle. Lilia Antoinette, atau kakaknya, untuk bersekolah ke Switzerland.
Sebentar, apa harus kutanyakan padanya saja, ngomong – ngomong? Mumpung suasana hati Feline sedang berbunga – bunga dan tampaknya wahana Disko ini baru saja mulai.
“Mata bulat, kenapa kau tidak sekolah saja?” Aku mengendorkan cubitanku pada pipinya. Aku biasanya memang memanggil dia mata bulat atau kukang karena memang dia punya mata bulat seperti kukang dan alasan kedua adalah isi kepala serta pemahamannya cukup lambat. Well, itu tidak berarti panggilan buruk seperti kelihatannya, kukang terlihat menggemaskan ketika senang atau sedih sama seperti Feline, apalagi bila tak memikirkan alasan yang keduanya itu.
“Eh? Yang di Switzerland?”
“Apa kau tak suka? Kau mau dikirim ke Africa?”
“Jelas tidak dong! Aku ‘kan terlalu baik untuk dimakan singa!”
Lagi – lagi aku memuji kepercayaan dirinya sampai detik ini. Memang menyebalkan sih. Aku diam sejenak. Barangkali Feline mengerti apa yang hendak ingin kukatakan padanya. Aku melepas pipinya agar ia bebas berpendapat.
“Karena mereka berpikir dua kali setidaknya,”
“Saking cantiknya, mereka enggan memakan saya!”
“Bukan, karena takut perut mereka sakit. Berterima kasihlah atas kepercayaan dirimu itu yang bahkan cukup membuat perutku mual,”
“Itu sangat tidak menyenangkan untuk didengar! Itu jahat sekali!” Feline yang kecewa nadanya seperti ibu – ibu mengomel. Agak terdengar suara bas sebagai tekanan dan sopran yang cenderung melengking untuk menyakitkan telingaku. Well, meski itu lebih menyakitkan apa yang ia dengar dari mulutku, sih.
Mendengar itu, aku bisa melihat ekspresi Feline kuncup menciut. Dia memandang ke bawah sejenak. Bibirnya yang tadi senyam – senyum kini terkunci rapat. Setelah beberapa detik, kedua bola matanya yang bulat itu memandangku serius. Well, apakah aku terlalu kelewatan?
“Apa aku melakukan kesalahan Tn. Cake?” ucap Feline yang terdengar lebih serius daripada ekspresinya. “A-apa aku-tidak cocok dengan-pekerjaan yang-menganalisa?”
Ini hanya butuh beberapa waktu sampai Feline benar – benar mengutarakan niatnya. Dan mumpung suasananya sedang serius, aku mempercepat waktu itu.
“Apanya yang analist, kau ini hanyalah pelayan di tokoku!” ungkapku membenarkan apa yang ia katakan. Lalu aku menambahkan apa yang ia maksudkan sebetulnya.”Kau ingin menjadi detektif, ‘kan?”
Dia mengangguk perlahan dengan memalingkan pandangannya ke bawah seolah ia setengah mengakuinya atau sulit mengakui itu.
Aku tidak berhak mencampuri urusan masa depannya, tapi setidaknya bila boleh berpendapat, itu sudah cukup.
“Kau pikir dengan sekolah ke Switzerland, kau tidak bisa menjadi yang kau inginkan?”
“Ya itu karena Kakak Lilia pasti mengirimkanku ke jurusan yang mereka inginkan! M-misalnya jurusan ekonomi? Atau apapun itu yang menurut mereka lebih cocok untuk masa depan!”
Aku tahu persis yang ingin dia katakan yaitu kurang lebihnya Feline ingin menentukan masa depannya sendiri. Lagipula, Feline punya alasan untuk itu. Aku tidak ingin terlalu membahas misteri keluarga Antoinette yang sungguh kelam. Tapi apa yang dikatakan Feline, punya poin pentingnya.
Well, wahana Disko itu kini telah berhenti. Beberapa orang keluar dari posko sebelah. Sekitar 24 orang. Yang tidak disangka karena kami sesaat sibuk melontarkan percakapan seru masing – masing, antrian telah memanjang ke belakang. Tentu dengan kami berada di paling depan.
Namun, Feline menyadari sesuatu dari balik arak – arakan 24 orang yang barusan naik wahana Disko itu.
“Loh, kak Howell?”
“Hey, halo lagi, Tn. Keymark dan Feline!?”
Empat orang yang kami berpisah dalam beberapa menit bertemu kembali. Kupikir mereka ke wahana rumah hantu. Tapi pertanyaan itu telah diwakilkan oleh Feline.
“Y-yah, itu karena mereka antri panjang! Jadi kami memutar dulu!” ucap dari mulut Mlle. Howell meski tubuhnya ditatih oleh M. Gill.
Aku sejenak melihat jam tangan, menunjukkan pukul 10.30. Itu sekitar satu jam sejak aku dan Feline menginjak di loket pintu masuk The Great Yarmouth Joy Beach.
“Selamat bersenang – senang! Barangkali kalau ingin bertemu lagi, kami akan ke Pendulum!” sahut Mlle. Voyles dengan bangganya.
Aku tidak percaya wanita itu bisa tersenyum juga. Well, meskipun aku khawatir dengan Mlle. Howell, sih.
“Okeee!” sahut balik Feline.
(Tidak untuk selamanya!) pikirku bersamaan saat Feline melambaikan tangan pada mereka. Tidak untuk seribu tahun atau seabad paling cepatnya, tidak akan pernah aku duduk di wahana pendulum itu! Dan sebaiknya, Feline juga tidak! Pikirku panik saat itu.
Kami pun masuk ke wahana Disko, sementara empat orang tadi bersama 20 penumpang lainnya telah keluar.
Setelah pertemuan itu, aku tidak bisa berhenti mengerutkan keningku. Aku mencoba melumrahkan dan mengurutkan satu per satu isi otakku, yang itu selalu berakhir tidak sinkron.
Lebih tepatnya apa? Kenapa aku merasakan firasat buruk ini? Aku harap firasat buruk ini tidak ada hubungannya dengan wahana yang kutumpangi dengan Feline saat ini.
***
ns 172.70.178.9da2