Cambridge market street, Moncake Shop
17 Agustus,
Menuju penghujung musim panas…
Aku tidak menyangka itu adalah hari yang panjang semenjak kejadian itu, di taman bermain Great Yarmouth Joy Beach.
Aku tidak menyangka aku bisa kembali ke toko kecilku, 3 set meja dan kursi saling berhadapan, mesin minuman otomatis, pintu etalase, etalase kue yang ada bel kecil di atasnya yang kira – kira punya bunyi yang sama ketika pintu depan dibuka dan meja kasir.
Aku juga rindu dengan dapur kecil yang bila setelah masuk ke pintu kecil penghubung antara bagian kasir dan pelanggan, terdapat persegi panjang tak berpintu. Bila lurus adalah dapur dan toilet, sedangkan belok ke kanan adalah lantai satu.
Aku rindu aroma tepung dan dough.
Aku rindu oven – ovenku, kulkas, penggorengan dan yang terpenting, semua bahan – bahan yang biasa kugunakan untuk membuat kue. Dan yang tidak pernah kulupakan, aku rindu pelangganku.
Misalnya saja Madame Odnery, pemilik toko obat sekaligus teh herbal di jalan kecil Sussex street. Ia sudah seperti bibiku sendiri. Aku tidak pernah tidak beli charmomile tea darinya, dari Odnerant Pharmacies. Biasanya Madame Odnery mampir setiap satu atau dua minggu sekali. Dia hanyalah wanita sekitar 60 an yang masih mencoba menikmati hidupnya. Karena sering mengaku sakit gigi, aku buatkan resep khusus hanya untuknya, kue chiffon matcha yang tidak terlalu manis.
Bahkan saat aku masih mengurus sebuah kasus kemarin, Madame Odnery menelponku. Basa – basinya sih menanyakan kabar, tapi maksud sebenarnya adalah ia ingin pesan kue. Memastikan tokoku buka atau tidak daripada ia datang dengan berjalan kaki namun sia – sia.
Dia tidak terlalu pilih – pilih. Baginya di umurnya yang begini, masih bisa menikmati kue adalah sebuah anugrah. Walau memang agak merepotkan menyisihkan satu resep khusus, tapi aku juga masih membutuhkan Madame Odnery. Tidak ada penjual teh herbal yang setulus dia padaku, aku jamin itu.
Atau Monsieur Chad seorang polisi di kepolisian sekitar sini, Cambridge. Pria setinggi 1,84 meter yang gagah, bermantel coklat dan mengenakan topi bowler. Ia memang kawanku di sebuah tim penumpas kriminal dulu. Sekarang malah dipindahtugaskan menjadi detektif kriminal. Dia tegas dan lumayan humoris-um… datang di waktu – waktu tidak tepat dan selalu merepotkan. Kadang punya candaan yang kotor dan sama sekali tidak mencerminkan etiket baik seorang polisi.
Atau dari keluarga Antoinette. Walau jarang kakak Feline, Lilia Antoinette, atau kepala keluarga Antoinette yang sekarang, Lorraine Antoinette, tapi mereka kadang pesan cukup banyak kue untuk sebuah meeting. Bahkan Egremont yang juga pernah membantuku di kasus sebelumnya dan sekarang direkrut oleh keluarga Antoinette dengan satu orang lainnya.
“Senang rasanya bisa memesan kembali kue di sini.” Kata M. Periwinkle sambil mengeluarkan uang.
“Senang rasanya bisa melayani anda, M. Periwinkle.” Aku menyerahkan kue dark chocolate ekstra pahit untuk sepasang lansia yang terpisah dalam sobekan kertas masa lalu.
“Semoga beruntung, anak muda,”
“Terima kasih, Madame Avery!”
Ya, Madame Avery, yang dulu seringkali pesan teh hitam dan tangannya kidal. Aku senang pada akhirnya M. Periwinkle masih menemaninya.
Sejak awal musim panas aku mendapat satu pengujung tetap baru. Ia adalah wanita pendiam, berambut kuncir sederhana, berombak pirang yang punya daya tarik tersendiri. Perangainya tenang dan sederhana, menciptakan jarak tersendiri. Dia selalu membawa tas balok panjang seukuran alat pancing yang sering Feline katakan. Madame Tresse de Hecate, pernah membantuku saat itu. Pukulannya cukup mengusir kerumunan orang mirip gangster di sekitar Cambridge yang mencoba masuk tokoku. Sayangnya dia telah punya anak, yang itu membatasi ruang diantara kami. Dan saat ini, ia selalu duduk di dekat pintu masuk, depan mesin minuman otomatis. Dia selalu pesan kopi, kue apapun yang penting berbeda tiap harinya, dan tidak pernah komplain kalau saja stok tiba – tiba habis. Dia selalu membaca buku bila sudah duduk dan pergi setelah dua jam sejak dia datang.
Kedamaian ini memang tidak terasa, hingga sore hari. Sekitar sepuluh muda – mudi mampir ke sini setelah Mme. Hecate pergi. Semakin sore semakin tambah banyak. Karena itu, aku tidak bisa menutup tokoku untuk sementara. Barangkali efek samping setelah aku tutup selama tiga hari?
Ngomong – ngomong, kini sekitar pukul 05.30 PM, dan masih ada dua pelanggan yang duduk di salah satu meja. Feline sedang mengawasi kasir, sementara aku menyuci piring dan peralatan makanan.
Kedamaian itu masihlah kurasakan. Hingga setelah selesai dalam sepuluh menit, aku menuju ke kasir.
“Tn. Cake, saya sebenarnya agak penasaran kenapa Mlle. Voyles mencegah Mlle. Howell mengambil itu lemon soda itu?” tanya Feline sambil menghitung uang di laci kasir.
Ah, ini dia. Ketika Feline mengatakan, ‘aku agak penasaran’ maka di saat itulah kedamaian di sekitar hilang. Hingga nyaris sebulan ini Feline diam saja dan bungkam, tapi akhirnya bocor juga. Itu juga sedikit aneh, tapi aku bukan tipikal orang yang ikut campur permasalahan orang.
“Feline, bisakah kita melepaskan itu sejenak?”
“Oh ya? Apakah dalam waktu tiga minggu kurang?”
Tcih! Jadi dia sebenarnya memang merencanakan ini. Apa boleh buat kalau sudah begitu.
“Saya mulai paham apa yang Nona Howell katakan waktu itu,”
Eh, tunggu, apa?
“Apa maksudmu, Feline?”
Kukang ini memang menyebalkan. Kenapa ia tidak katakan itu setelah pulang dari investigasi di Great Yarmouth, hah? Well, tapi kukira ia juga tak bisa disalahkan. Aku sendiri juga kenapa tidak menanyakan soal itu sementara aku menyadari saat di ruang interogasi Feline yang tak banyak bicara.
Feline mengatakan bahwa saat itu ketika Feline satu tempat dengan Mlle. Howell saat naik Lightning 360.
‘Itu seperti kami duduk di sudut jarum pada jam yang berputar, sebagaimana Ferris Wheel berputar, sebagaimana semakin jauh momen itu,” ucap Feline seolah menirukan apa yang dikatakan Mlle. Howell saat itu.
“Kenapa dia bisa berbicara seperti itu, Feline? Semenjak itu kau, kapanpun bisa saja menginjak rem yang seharusnya tidak diinjak?”
Maksudku adalah Feline yang suka ikut campur dan menanyakan hal yang sensitif, kenapa seharusnya tidak ia terus tanyakan pada waktu itu?
“Hey, itu tidak benar!” kata Feline dengan kecewa nadanya agak meninggi sambil menoleh ke arahku. “Nona Howell bilang begitu tiba – tiba loh!”
Kukang ini memang tidak masuk akal. Bagaimana mungkin orang bisa mengatakan sesuatu yang begitu ketika tak ada pemicunya?
Ternyata saat Feline mengingat kembali adalah ketika Feline berkata pada Mlle. Howell bahwa dirinya punya tiga teman baik yang bisa diajak liburan. Feline mengakui tidak tahu harus apa karena Mlle. Howell sedikit memberi jeda lalu mengatakan itu sebelum lima detik wahana Lightning 360 berputar.
Dia sudah memberiku pukulan keempat yang penting. Karena sudah begitu giliranku memberinya jawaban.
“Mlle. Voyles hanya tahu bahwa lemon soda itu, M. Gill yang membelikan. Ia punya dugaan kalau saja M. Gill punya motif untuk meracuni seseorang. Sementara pada kenyataannya adalah M. Gill tentu tahu dengan rencana Mlle. Howell dengan baik,”
“Kira – kira apa alasannya mereka melakukan semua ini? Tidak hanya Nona Howell, Nona Voyles, Tn. Marsh dan Tn. Gill-“
Di tengah Feline mengungkapkan rasa frustasinya, bel pintu depan berbunyi.
“G’night Cake~ Dua kue ada?”
Mlle. Flemming, dengan jas putih namun perangainya lebih tegar daripada biasanya jalan sempoyongan karena memaksakan diri minum bir sementara dirinya tidak terlalu kuat menahan alcohol.
Seperti biasa, sehabis pulang kerja pun Mlle. Flemming masih punya penampilan yang sangat teramat menarik. Tentunya bila aku bukan pria sepertiku saat ini, barangkali kami punya anak yang cukup banyak.
Namun karena aku pria yang menyukai kedamaian, selalu mengambil pelajaran terhadap kesalahan, berpikir tenang dan tidak ingin menjadi tunawisma, aku bertingkah lebih daripada manusiawi pada Mlle. Flemming.
Pintu depan ternyata terbuka untuk kedua kalinya. Mlle. Flemming duduk di meja terdekat bersama temannya itu.
Ya, temannya itu yang kami sangat familiar. Rambutnya hitam dengan ombre biru hujau tosca sedikit bergelombang tapi kini tidak dikuncir, sementara poni depan membingkai wajahnya.
Siapa lagi kalau bukan wanita yang terkena Ethylene Glycol? Mlle. Eira Voyles.
“Nona Voyles!” Feline tiba – tiba keluar dari pintu kecil penghubung dan menyalami Mlle. Voyles.
“Lama tidak jumpa, Feline!” mereka berpelukan sambil tersenyum hangat. “Senang bertemu lagi dengan anda, sir!”
“Plaisir pour moi aussi! (Kesenangan bagi saya juga!)”
“Tunggu, kalian kenal?” kening Mlle. Flemming mulai berkerutan. Meski ada Feline, kesalahpahaman ini bisa saja menjadi bencana padaku. Ingat, kecemburuan Mlle. Flemming lebih galak dari wanita siapapun di dunia ini.
Mlle. Voyles segera menceritakan detilnya, tentang kasus itu, juga bagaimana kami bisa bertemu. Mlle. Flemming tidak terlalu kaget dan curiga semenjak aku meneleponnya saat itu untuk menanyakan soal obat – obatan seperti Fomepizole, Glucagon dan Hypoglycemia.
Well, untungnya kesalahpahaman ini cepat teratasi. Namun aku senang ketika Mlle. Voyles telah dalam kondisi baik. Ia mengatakan bahwa dalam dua minggu, livernya bisa pulih. Tidak dalam seratus persen, tapi setidaknya itu mencapai sembilan puluhan. Tidak ada kerusakan lain yang parah hingga membuat rongga dalamnya cacat sudah menjadi syukur baginya.
Kemudian waktu berlalu, secepat tiga wanita itu ngerumpi dalam sebuah pembahasan. Well, sebagai pria aku harus mengalah. Karena malam ini juga, termasuk Feline yang bergabung dengan Mlle. Flemming dan Mlle. Voyles, aku menjadi pelayan mereka.
Karena kue yang tersisa hanya Vanilla Brown sugar cake, apa boleh buat. Aku bahkan tidak siap dengan beberapa minuman karena hari ini persediaan habis. Sebagai gantinya, aku mengambilkan yang ada di vending mesin.
Aku terkadang menyahut pembicaraan mereka saat menghangatkan kue.
Ternyata yang tidak disangka adalah Mlle. Voyles telah keluar dari Ghostic Pest Control di Norfolk. Mlle. Voyles melihat beberapa lowongan di Cambridge dan ia tertarik ke sana. Ternyata, malah bertemu Mlle. Flemming. Mereka adalah teman satu universitas. Mereka bertemu saat di perpustakaan.
Yang kudengar dari alasan kepindahannya dari Norfolk adalah Mlle. Voyles hanya ingin ganti suasana setelah kasus itu.
Dan waktu pun menunjukkan pukul 9 malam. Sedangkan dua pelanggan wanita yang terakhir dan duduk di dekat pintu masuk, depan mesin minuman otomatis, telah membayar dan pergi sejak sejam sebelumnya.
Mlle. Flemming mengatakan bahwa untuk sementara waktu Mlle. Voyles akan tinggal bersama di rumahnya di Grafham. Karena itulah aku mendengar taksi setelahnya.
Sesaat sebelum dua wanita glamour itu keluar, Mlle. Voyles memberikanku sebuah amplop.
“Bila anda punya waktu silahkan datang, sir,”
Aku tersenyum saja, dan mereka pintu ditutup dari luar. Tentu, setelah suara bel berdenting khas.
Sebuah amplop putih berbahan sedikit elastis dengan bekas cetak berbentuk kincir ria. Amplop itu cukup berseni dan terlihat penting, yang barangkali isinya jauh lebih penting.
Dan ternyata… mengejutkan.
“Wow! Pernikahan Mlle. Voyles? Sebaiknya kita datang!?”
Kukang ini terlalu bersemangat mengitariku dan amplop undangan itu. Namun aku ragu kalau jawabannya tepat.
Setelah undangan itu kubuka, maka kutemukan satu nama yang kami familiar. Hanya saja… kami tak seantusias itu.
Justru sebaliknya, perasaan sedih kembali menyelimuti.
“Marsh Billy & ….” Ucap Feline tak selesai, mendadak kecewa berat, seberat - beratnya.
Keterbalikan dari yang dipikirkan Feline. Dan barangkali itulah alasan mengapa Mlle. Flemming bertemu dengan temannya.
Kalau sudah begini, barangkali aku tahu mengapa wanita berambut hitam ombre biru tosca itu ingin menjauhi Norfolk dan kenangan itu selamanya.
“Fuuah!” Feline menggeliat sambil menguap lelah. Maklum hari ini kita memang lemburan. “Aku tak ingin ke taman bermain lagi, setidaknya dekat – dekat ini. Selamat malam, Tn. Cake!”
Ia meninggalkanku dan segera naik ke lantai dua untuk membersihkan dirinya dari keringat dan kebodohannya.
Lagipula siapa yang akan mengajaknya ke sana lagi? Aku sudah menyerah semenjak pertama kali. Apalagi sekarang.
Sudah boleh kukatakan selamat tinggal kurasa?
Selamat tinggal pada empat semanggi itu,
Selamat tinggal pada undangan itu yang satu nama yang seharusnya tecantum malah tidak tercantum di undangan pernikahan M. Billy Marsh,
Aku juga sudah menduga sih sejak pertemuan pertama itu.
Adalah Ferris Wheel yang memberi luka bagi pemiliknya melalui metafora indah,
Adalah Ferris Wheel yang barangkali menciptakan pasangan yang tertukar atau tanpa kepastian,
Adalah Ferris Wheel yang sebaiknya kita tidak terlalu bergantung banyak dari itu.
Selamat tinggal untuk Ferris Wheel, dan roda itu berputar juga mengucapkan selamat tinggal balik.
Ferris Farewheel.
*** END ***
66Please respect copyright.PENANAYDdDmoQM7A
66Please respect copyright.PENANAQNeSlYDTCI