Revy Nurmusthalia, orangnya galak, anti kalem, beringas, banyak haters, Revy ini tegas tapi kalau sama mama nya manja, kaya anak kucing.
Orang sulawesi, asli Pare-Pare, bahasanya astaga, dikit-dikit 'Bangsat', 'Matamu', dan masih banyak lagi.
Kata orang Revy itu baby face, padahal kalau pas marah bisa dibilang macan betina ngamuk.
"Daffa! Nebeng pulang bareng ya!"
"Nebeng terus kapan merdekanya?"
"Bangsat, bacot banget"
Daffa Chandra Pramudya, susah deskripsiin Daffa, dia teman Revy, udah kayak kakak Revy, kayak saudara Revy, pokoknya gitu deh
"Rev"
"Iya?"
"Masih sama bang pangeran?"
"Ya lo liat tiap hari gue masih diantar sama Pangeran gitu masa udahan sih?"
"Oh gue kira udah putus"
"Eh lo nungguin gue putus ya?"
"Iya, biar sama-sama jomblo"
"Si anjir"
"Lagian biarpun putus, tapi semoga aja ngga sih, gue bakalan tetap dekat lah sama Pangeran, tetap minta jemput kalo mau berangkat sekolah"
"Kok gitu? Kenapa emang?"
"Ya lo bikin kesimpulan sendiri kenapa sih Daffa astagaa, kita mantanan aja masih dekat masa nanti gue sama Pangeran gak bisa gitu juga".
"Oh iya kita mantanan ya"
•••••
Daffa kacau, cuman karena pesan singkat dari Revy, dia langsung sambar jaket dan bawa motornya dengan kecepatan tinggi.
Isi pesannya cuma, "Daffa, tolong"
Tapi itu berhasil buat jantung Daffa berpacu cepat, memang Revy nya selalu terdepan.
"REVY! DIMANA!"
Daffa naik ke lantai atas, Revy ada di kamar, setengah badannya kebalut selimut. Daffa jalan ke arah Revy, muka Revy keliatan tenang.
"Revy, udah baikan?"
Daffa usap kepala Revy pelan.
"Untung aja gue belum mati"
"Mulut lo jelek banget kenapa sih"
"Ahahahaha iya iya"
Revy ubah posisinya jadi duduk, tatap muka khawatir Daffa, Revy nangkup pipi Daffa, senyum damai nya bikin adem, itu kata Daffa.
"Kenapa sih Daffa, lo selalu jadi pahlawan gue?"
"Gue gak suka lo kenapa-kenapa Rev"
"Oh, gue kira karena lo masih suka sama gue"
"...."
"Jangan suka gue lagi, gue udah sayang sama Pangeran, Banget" (tega kamu revy)
Daffa luka buat kesekian kalinya, tapi dia selalu bilang, asal Revy yang nyakitin, dia gak akan apa-apa.
•••••
Hari ini geng nya Pangeran mau mampir ke kampus Revy, sebenarnya sekalian Pangeran mau jemput Revy.
"Masuk ke dalam kampusnya apa makan depan warung aja nih?"
"Depan aja, kayak ga tau geng nya Alan aja lo"
Iya, di kampus Revy nama Alan emang ga asing lagi, ketua geng yang terkenal beringas dan tegas, Alan ini bertanggung jawab, nakal, tapi masih batas wajar.
Daffa tentu ikut geng Alan, karena selain Daffa itu anaknya jago berantem, dia juga friendly sama anak-anak lain se geng.
Di kampus, Revy, Alan dan Daffa biasa kemana-mana bareng, mereka solid nya tinggi, sayangnya cuma Daffa disini yang kejebak perasaan ke Revy.
Hanya Alan yang tau semua rahasia Revy maupun Daffa, tau seberapa besar perasaan Daffa ke Revy.
"Bang Alan! Udah tau bang?"
Daffa nepuk pelan bahu Alan, "Tau apaan?"
"Pangeran, Lino, Tama di depan kampus kita".
"Serius?"
"Terus gimana bang?"
"Apanya? Yaudah biarin, mereka ga nyari gara-gara kita ga perlu nyerang"
"Oh oke deh"
"Hilangkan"
"Apaan?"
"Perasaan lo buat Revy. Mau sakit terus lo?"
"Hahaha itu biar gue yang urus bang"
Daffa liat Revy keluar ruangan dengan sumringah, hari ini Revy ga nebeng lagi, karena pacarnya jemput.
"Revy!"
"Ngapain Daffa? Tumben belum pulang"
"Nungguin lo, biasanya kan nebeng" (duh nd tega sebenarnya nulis ini)
"Hari ini enggak deh, dijemput Pangeran"
"Oh di jemput ya, jangan sampe lecet ya, hati-hati, kalo ada apa-apa telpon gue"
"Iya-iya, kalo gue putus dijalan ntar gue kabarin"
"...."
"Bercanda anjir serius amat haha, gue duluan ya"
Daffa tau, Revy anggap dia sebuah candaan, bukan keseriusan. Sejauh ini candaan Revy belum kelewatan, buktinya Daffa masih betah.
•••••
Daffa sama Revy kenal waktu awal masuk kampus, Daffa iseng tanya nama Revy, karena Revy cuma kenal Daffa otomatis dia kemana-mana sama Daffa.
Sedangkan Alan, baru kenal Revy waktu pertengahan semester.
Untuk kisah pahit mereka berdua sebenarnya cuma salah paham, Daffa ke club sebenarnya karena stress pikirannya kacau sampai hampir tidur sama salah satu cewek di club.
Untungnya Revy cepat datang, tamparan keras pastinya dirasa pantas didapat oleh Daffa.
Revy masih berstatus kekasihnya kala itu, Daffa ingin beri penjelasan, tapi Revy itu egois, keputusannya untuk selesai akhirnya jadi putusan akhir.
Beberapa minggu sempat saling hilang kontak, Alan coba bicarakan baik-baik masalah ini, akhirnya Revy bisa kembali berteman baik sama Daffa.
Iya sebatas teman baik, tidak lebih, mungkin.
"Lo tau soal Hikma darimana?"
Revy ajak Daru (teman se geng Daffa) pergi ke kantin kampus berdua, karna Daffa sibuk tugas, Alan sibuk banget.
"Gue ngeh aja kemarin pas liat geng pacar lo di tongkrongannya"
"Lo jangan suka Hikma, nanti di musuhin sama bang Alan mau?"
"Berarti lo mau musuhin gue juga dong?"
"Ya ga gitu! Kan lo tau bang Alan dendam banget sama geng pacar gue"
"Terus kenapa lo masih lanjut sama Pangeran sedangkan temen lo sendiri aja benci sama pangeran?"
"Ya masa gue harus pacaran sama Daffa yang teman gue sendiri?"
"Gue ga nyebut Daffa kenapa nyangkutinnya ke Daffa?"
"Ngapain malah bahas Daffa sih, teman mah teman aja ga ada yang lebih-lebih, lo kira beras warung biasanya di lebih-lebih?"
"Ga jelas goblok hahaha"
Iya, lucu dimata Daru, tapi menyakitkan buat individu lain yang juga dengar semuanya. (Nah loh)
'Untuk Revy, sejauh kamu melangkah aku siap jadi rumah berpulangmu, meski bukan bahuku yang kamu tempati saat menangis, tapi aku akan jadi yang terdepan ketika kamu terluka, Daffa'
Jadi, Daffa-Revy / Pangeran-Revy?
•••••
Hampir 3 tahun, Daffa simpan baik-baik perasaannya, ia tata Serapi mungkin untuk menutupi lara yang dirasakannya sendiri.
Hubungannya dengan Revy hanya berjalan selama 2 bulan, tapi biar bulan-bulan berlalu Revy tetap terdepan.
"Daffa! Seharian kemarin kemana aja! Gue nyariin lo gak ada, sibuk nih?"
Revy yang sedang marah-marah malah membuat hati Daffa luluh, padahal Daffa ingin tau rasanya tidak bersama Revy sehari saja.
"Gue di kost bang Alan"
"Dih, tumben, biasanya ngajakin gue ngopi, bosen lo sama gue?"
"Bagian mana dari lo yang bisa dibuat alasan bosan sih?"
"Ya abis nya tumben ga ngajakin kemana-mana"
"Mau gue ajak, tapi sungkan gue sama Pangeran, nanti dikira gue perusak hubungan orang.
"Ga usah sungkan, udah putus juga" (hayo siapa yang senang? Hahaha)
"HAH? KOK BISA?"
"Pangeran yang ajak"
"Bangsat!"
Tatapan Revy berganti nanar, matanya berkaca-kaca.
"Daffa boleh peluk?"
Daffa narik Revy buat di peluk, baju Daffa basah, dia tau Revy nangis.
"Mau cerita sekarang? Atau mau tenangin diri dulu?"
"Ga perlu, gak perlu cerita, ga perlu tenangin diri, karena sama lo gini udah bikin gue tenang"
Revy mana paham soal dada Daffa yang selalu bergemuruh setiap dekat dengan Revy.
•••••
Revy sudah tidak muram lagi, nyatanya bahagianya bisa di dapat tanpa Pangeran.
Kabar-kabarnya, Pangeran sudah punya kekasih baru, tapi Revy ingat kata Alan, "Daffa selalu sama lo biarpun bukan status pacar tapi Daffa selalu ada jadi tembok terkokoh buat lo bersandar"
Daffa pun demikian, sekarang dia ga terlalu mikirin status, yang dia tau Revy sekarang lebih baik.
"Daffa dicari mama gue, nanti pulang mampir rumah gue ya?"
"Weh mamamu peka banget kalo gue mau numpang makan"
"Gila anjir ngomongnya, mulutmu pengen di pukul?"
"Ampun ampun, btw mamamu masak apa?"
Daffa rangkul Revy sambil naik turunin alisnya.
"Masak banyak makanya butuh orang buat habisin, kan lo maruk tuh"
"Mana ada gue maruk, buktinya gue cuma suka lo doang"
"Heleh lagian sama mama gue gak boleh"
"Ga boleh apaan?"
"Ga boleh pacaran, bolehnya langsung halalin aja katanya"
"LAH ANJIR YA AYO LAH SEKARANG AJA NIKAH YUK" (lah ngegas dia nya wkwk)
•••END•••
ns 172.70.131.165da2