Bagaimana menurutmu tentang belahan Jiwa?
Sejak jaman Dahulu, katanya ketika bertemu dengan belahan jiwamu hidupmu akan sangat bahagia. Rasanya walau tak makan dan minum tetapi kalau bersama dengan belahan jiwamu hidupmu akan terasa sangat mudah. Tapi semua itu ada jangka waktunya. Kau akan mendapatkan belahan jiwamu saat berusia 18 tahun, dan tuhan memberikanmu kesempatan untuk mencarinya selama 5 tahun.
Kalau ketemu, kalian harus menerima satu sama lain. Harus saling bahagia dan menjaga satu sama lain, beberapa diantaranya ada yang melanjutkannya dengan menikah. Ada beberapa pula yang melanjutkan hubungan kasmaran mereka yang bila mana waktunya tepat akan menikah pula.
115Please respect copyright.PENANAfKTB7lLLGp
115Please respect copyright.PENANA5Wrbn2tzj9
115Please respect copyright.PENANANdaeplSFgr
115Please respect copyright.PENANALmscY5xn9j
Tetapi. Bagaimana dengan nasib yang tidak berhasil menemukan belahan jiwanya dalam kurun waktu 5 tahun?? Bagaimana pula nasib mereka yang tidak diterima oleh belahan jiwanya sendiri karena sudah memiliki orang yang dicintai?? Jawabannya hanya satu... Kematian.
Kalian akan mati sesuai dengan perjanjian hidup kalian dengan leluhur kalian. Kalian akan mati ketika tidak menemukan pengganti belahan jiwa kalian. Alam sekarang tidak terlalu keras dan murka kepada manusia yang melanggarnya, asalkan manusia tidak egois dan bisa menemukan pengganti kebahagiaan mereka.
Dan itulah nasibku sekarang. Menghitung mundur detik detik kematianku sendiri.
Perkenalkan namaku Agatha, umurku akan menginjak 23 tahun sebulan lagi.
Aku bekerja sebagai tato artis karena tidak mampu sekolah lagi. Ah... Tentang kematian?? Aku sedang menikmatinya sekarang. Orang lain di batas usia seperti ini mereka akan panik, mencari Soulmate mereka dimana mana. Sedangkan aku masih berdiam disini.
"Kau tidak pergi?! Agatha!! Datangi saja dia!!"
Lagi lagi, sahabatku mengomel.
"Agatha! Tanda-tanda kematianmu semakin terlihat! Kumohon temui saja Si Reno itu tampar wajahnya dan bilang kalau kau adalah Soulmateku. Sesederhana ituu!!"
"Tidak semudah itu Jian." Ujarku. Aku memandang sebuah tato sulur daun tanaman berduri yang melingkari nyaris seluruh tubuhku. Tato leluhur. Sebuah tato yang berupa pertanda, bagaimana dan seperti apa aku mati nanti.
"AAAAHH AKU BISA GILA BERTEMAN DENGANMU! AKU TIDAK TAHAN LAGI AKU AKAN MENEMUINYA!!" Jian membuka pintu toko, dia pergi dengan sangat cepat menghilang di kerumunan orang orang di kota tanpa sempat aku mengejarnya.
Dia bahkan meninggalkan suaminya disini. Memang si Jian itu.
"Agatha."
"Aku tidak bisa kak Lino. Leluhurku Dewi hutan, ia mengabdi kepada Dewa air. Sampai kapanpun aku tidak akan bisa mendatanginya lebih dahulu." jawabku.
"Agatha kau sekarat. Kalau kau tidak bisa mendatanginya, carilah kebahagiaan yang lain."
Kebahagiaan yang lain?? Entahlah. Aku tidak yakin soal itu.
"Agatha. Pikirkanlah dirimu" ujar Lino.
Tapi aku hanya tersenyum, mengantar suami Jian itu keluar toko mungkin Lino akan menyusul Jian.
Aku iri kepada mereka berdua. Bahkan sebelum Jian memiliki tanda belahan Jiwa yang berupa nama sang pasangan, mereka lebih dulu bertemu. Mereka tak sengaja bertabrakan saat di lorong sekolah membuat benang merah yang mengikat mereka tertarik hingga membuat mereka berdua terjatuh. Aku sebenarnya ingin bahagia juga.Tapi aku tidak akan pernah bisa.
"Sshhh!!"
•••••
Seorang pemuda mencengkram pergelangan tangannya. Rasa panas seperti terbakar kembali terasa. Tanda bahwa belahan jiwanya sekarat.
"Apa aku harus mencarinya?? Menjelaskan padanya kalau aku tidak akan bisa bersamanya? Kalau aku sudah punya pengganti??" Pemuda itu bergumam.
"Tapi aku tidak tau dia dimana, dia juga tidak mencariku ini bahkan sudah tahun kelima" Ujar pemuda itu.
Seorang gadis masuk ke dalam kamarnya, ia membawa sekantung cemilan dan berjalan mendekati pemuda yang sedang duduk diatas kasurnya itu.
"Reno kau kenapa?" Tanya gadis itu.
"Ah.. yena.. tidak, hanya saja sedikit kesakitan karena-"
"Kau masih kesakitan?? Aneh.." Ujar Yena.
Reno mengerutkan alisnya, ia bingung dengan apa yang dikatakan kembarannya ini.
"Setauku, aku dengar cerita dari Kak Daniel ya. Kak Daniel bilang kalau kau berganti Soulmate atau menolak Soulmatemu dengan mencintai orang lain ikatan itu akan hilang dengan sendirinya" Ujar Yena.
"Kak Daniel, dia memutuskan ikatan Soulmatenya dengan kak Intan karena mencintai kak Ola kan?? Dan karena mereka saling mencintai ikatan itu putus. Kak Intan juga dia bahkan sudah mendapatkan pasangan yang baru." lanjut Yena. Dia masih menatap kembarannya.
"Yang aku maksudkan disini apa kau dan Sandra benar-benar saling mencintai? Kau mungkin mencintai Sandra tapi apa si perempuan matre itu juga merasakan hal yang sama??"
"Jangan memanggilnya matre Yena! Sandra bukan orang yang seperti itu" Ujar Reno
"Bulol (Bucin Tolol) cuih" yena beranjak dari tempat duduknya. Ia ingin ke dapur mengambil cemilan yang baru.
"Tapi Yena kalau misalnya Soulmateku benar benar sekarat kenapa dia tidak mencariku?" Tanya Reno
"Kau ingin sekali dikejar ya bodoh? Kau pikir soulmatemu anjing gila apa? Kau juga harus turut mencari sialan!!" Yena melempar bungkusan snacknya ke arah Reno membiarkan isinya berantakan mengotori lantai dan kasur.
"Selain itu, hanya ada 3 kemungkinan kenapa ia tidak kunjung menemukanmu."
"Satu karena dia mencari tapi memang belum ketemu"
"Dua kalau dia berasal dari keturunan dewi atau dewa pengabdi"
"Ketiga Karna dia benar benar ingin mati" ujar Yena.
Tubuh Reno benar-benar mendadak menjadi kaku. la bingung tiba tiba isi kepalanya menjadi kosong. Benar benar ingin mati?? Sebenarnya apa yang terjadi dengan kehidupan belahan jiwanya??
•••••
PLAAKKK!!! Tamparan kuat ia terima. Tubuhnya sudah tidak kuat lagi, ia merasa sebentar lagi akan pingsan tapi kalau ia pingsan ia tidak akan bisa melepaskan diri.
"Kenapa sudah tidak mampu? Kalau begitu hari ini kita selesai. Ingat Agatha. hutangmu. hutang keluargamu belum ada setengah yang kau lunasi" Pria itu pergi setelah memasang kembali pakaiannya. Membiarkan Agatha terbaring di kasur dengan tubuh yang berantakan.
Satu satunya alasan yang tidak pernah bisa dia bicarakan dengan sahabatnya yaitu tentang hutang besar yang dibuat oleh keluarganya saat kakaknya akan menikah. Agatha dijadikan jaminan, karena kakaknya sudah menikah dan tinggal di luar negeri, keluarganya berusaha keras untuk membayar hutang itu sampai mereka mati satu persatu.
Satu satunya yang hidup adalah Agatha yang menjadi jaminan yang dibiarkan tinggal di rumah utama rentenir itu. Mereka selalu seperti ini. Datang mengambil uang yang sehari hari Agatha kumpulkan karena menjadi tato artis, kemudian menyetubuhinya sebagai prasarat pelunasan utangnya.
"Jian. bayangkan jika Soulmatemu tau kalau kau sudah pernah berhubungan dengan banyak orang?" Tentu, Agatha bercerita kepada udara kosong di depannya.
"la tidak mungkin menerima dirimu yang sekotor ini." Walau tertatih Agatha tetap memasuki kamar mandi, saat ia melewati cermin ia menatap tubuh polosnya.
"Sudah sampai di leher. Aku akan mati dengan cara tercekik sulur tanaman?" Agatha menyentuh tato sulur tanaman miliknya yang sudah mulai merambat ke arah lehernya.
"Sebelum aku mati apa bisa bertemu Reno dulu. Setidaknya walaupun tidak akan di terima aku sudah menyatakan perasaanku."
Tapi kemudian ia menggeleng. Menatap bayangan tubuhnya di cermin.
"Kau menjijikkan Agatha"
•••••
Festival lampion sedang berbahagia, mereka menerbangkan lampion-lampion sebagai ungkapan terimakasih terhadap pasangan-pasangan yang telah menikah dan menambah kemakmuran. Agatha, ia hanya duduk dari depan studionya menatap orang-orang yang bergandengan bersama belahan jiwa mereka, menuliskan harapan di lampion serta menerbangkannya. lya Itu sebelum ia merasa kelingkingnya tertarik ke arah kanan. Saat ia membuka mata, ia melihat sebuah benang merah yang menegang diantara kerumunan orang
"A-apa?!" Disana. Diantara kerumunan orang, ada seorang pemuda tinggi yang juga menatap kelingkingnya.Tatapan mereka bertemu
"Re-reno"
"Agatha?"
Walau keadaan ramai dan mereka hanya membisik dalam batin, suara mereka terdengar jelas bagi keduanya. Mata Agatha berkaca kaca. Ia melihat tangan kiri Reno yang menggandeng seorang wanita yang sedang menahan lampionnya agar bisa diterbangkan bersama.
Agatha melepaskan kontak mata mereka, ia berlari sekuat tenaga ia tidak peduli bahwa jari kelingkingnya berdarah karena benang merah mereka. Karena semakin jauh jarak mereka maka benang itu akan mengendur meski harus melalui perjuangan. Saat sampai di studionya ia langsung terjatuh. Ia menangis sejadi jadinya
"Reno hiks dia tidak pernah menginginkanku" Ya Memangnya siapa yang menginginkan soulmate, yang miskin? Punya banyak hutang dan bahkan juga menjual tubuhnya untuk anak rentenir itu? Tidak ada yang menginginkan Agatha. Tapi Tidak bagi Reno.
Malam itu mereka pertama kali bertemu, tatapan mata yang hanya sekedar beberapa saat mampu membuat Reno gila. Ia bisa melihat sekilas masa lalu soulmatenya
"Itu menyakitkan." Reno melihat beberapa diantaranya, tentang Agatha yang disiksa dan bagaimana wanita itu terlilit hutang.
"Kenapa dia tidak bilang padaku dan mencariku?" (yeu si goblok, cari juga atuh) Reno memikirkannya secara terus-menerus semalaman, membuat kepalanya pusing hingga tak sadar jatuh sakit. la juga di bebani dengan rasa bersalah, seandainya, seandainya ia berusaha mencari Agatha sebelum semua ini terjadi. Apakah Agatha akan bahagia?
•••••
"Lalu? Kau bertemu dengannya??" Tanya Jian
"Ya, hanya sebentar sebelum aku lari. Dia bersama seorang wanita" ujar Agatha
"Lalu? Kau akan menyerah??"
"Aku sudah menyerah sedari dulu Jian." ujar Agatha
"Maaf aku menyela tapi aku boleh mengatakan sesuatu?" Agatha dan Jian menatap pelanggan yang sedang Agatha tangani itu.
Ya walaupun sedang menahan sakit karena di tato pemuda itu sesekali mengobrol dengan mereka.
"Silahkan saja tuan Ian" balas Jian
"Soulmatemu orang bodoh ya? Maksudku walaupun dia sudah punya pengganti setidaknya ia harus pergi menemuimu dulu. Dia tidak akan membuatmu menunggu selama ini bahkan sampai menghitung mundur kematianmu sendiri" Ujar Ian
"Aku tidak ingin memberikan harapan. Tapi kalian berdua harus bicara. Kalian harus meluruskan sesuatu" ujar Ian.
Agatha diam. Perkataan Ian ada benarnya tapi, dia tidak ingin menemui Reno. Bagaimana kalau semakin lama ia bersama Reno, ia akan semakin serakah?
•••••
Reno berlari dia menelusuri seluruh jalan kota tempat festival lampion seminggu yang lalu dilaksanakan. la yakin ia akan bertemu dengan Agatha disekitar sini. Jalanan tidak terlalu ramai memudahkan Reno untuk lari kesana kemari. Kemarin, ia mendapatkan tanda kematian juga tepat setelah ia memutuskan hubungannya bersama Sandra.
Reno nyaris gila seminggu kemarin, ia sakit dan selama ia sakit hanya Agatha yang dia pikirkan. Seminggu kemarin juga keluarganya digemparkan dengan tanda kematian yang ia miliki ketika memutuskan hubungan dengan Sandra membuat ia dimarahi habis habisan.
"Namanya Agatha Cintya, 23 tahun. Dia bekerja di studio tato miliknya di jalan. Kau bisa menemukannya?" Reno terdengar menghela nafas kasar begitu mengangkat telfon Yena. akhirnya
"Ya. tokonya tepat dihadapanku." Ujar Reno.
"Kau harus bisa membawanya pulang Reno." Reno hanya mengangguk yang tentu saja anggukan itu tidak dapat dilihat oleh Yena.
Ia langsung melangkah masuk ke dalam Studio tato yang untungnya tidak terkunci.
"Ma-maaf tapi hari ini kami tidak buka." Reno terkejut, sama seperti Agatha yang terkejut
"Astaga ada apa? Apa kau bisa berdiri?!" Reno langsung mendekati Agatha, dia membopong bahunya dan berusaha membantunya berdiri.
Saat ia masuk ia menemukan Agatha yang terduduk di lantai, wanita manis itu memuntahkan darah dari dalam mulutnya. Ajalnya benar-benar sangat dekat
"Agatha? Kau bisa dengar aku?" Reno tau kesadaran Agatha sedang menipis. Ini tidak bisa seperti ini terus, ia menggendong Agatha, membawanya keluar dari studio dan membawanya ke rumah sakit.
Saat di rumah sakit, Reno sedang berbicara dengan dokter setelah Agatha selesai di periksa, sedangkan Yena duduk disamping Agatha bersama dengan Soulmatenya.
"Rey apa menurutmu dia masih bisa selamat?" Tanya Yena.
Dokter yang memeriksa Agatha tadi saja terlihat cukup panik.
Wanita manis itu tidak hanya mendapatkan pendarahan karena ajalnya yang semakin dekat, tapi juga karena tindak kekerasan yang katanya sudah beberapa tahun ini ia terima.
"Entahlah, lukanya cukup parah kau sendiri melihat memar dan luka di tubuhnya kan? Selain itu tato leluhurnya sudah menyebar sangat jauh" Ujar Rey
"Aku sangat khawatir. Kalau Agatha tidak sembuh, Reno akan mati seminggu setelahnya" ujar Yena
"Bukannya Reno punya Sandra?" Tanya Rey. Yena mendecih. "Kau tau kan mengapa aku dan ibu menentang keras perjodohan Sandra dan Reno? Sandra. Gadis itu sampah" Ujar Yena
Rey mengerutkan alisnya "Apa? Kenapa?"
"la membunuh Soulmatenya, mendekati Reno agar perkawinan terjadi membuat ia mendapat warisan dan keluarganya mendapatkan kontrak kerja sama." Ujar Yena. Rey tentu saja terkejut, ia tidak akan mengira gadis yang terlihat sepolos Sandra akan seperti itu.
•••••
"Bagaimana keadaanya?" Reno baru masuk ke dalam ruang inap. Wajahnya tidak lebih baik dari sebelumnya.
"Dia masih belum sadar, ada apa dengan wajahmu itu?" Tanya Yena. Reno hanya tersenyum
"Tidak apa-apa. Dokter hanya memaksaku memeriksa keadaan dan ya begitulah" Ujar Reno.
"Apa? Apa yang akan terjadi?"
"Nanti ku ceritakan. ehmm Rey bisa aku minta bantuan? Kau bisa mencari informasi lain tentang dia? Dan juga pria bernama Dinata Gilang" Ujar Reno.
"Memang ada apa dengan dia?" Tanya Rey, ia langsung meraih tabnya dan mencari beberapa data. Rey bekerja di instansi pemerintahan tentu saja mencari data diri orang lain akan sangat mudah.
"Aku melihat namanya di ponsel Agatha, saat kuangkat telfonya dia sedang memaki maki Agatha karena tidak ada di studionya" Ujar Reno.
"Kalau sudah dapat informasinya beritahu aku." ujar Reno. Rey hanya mengangguk sebelum pergi ke luar ruangan, diikuti dengan Yena.
Reno mendekati Agatha, menatap wajahnya yang sedang terlelap kemudian menggenggam tangannya
"Maafkan aku karena datang terlambat" Ujar Reno. la mengecup tangan Agatha berkali-kali
"Kau pasti sangat menderita" ujar Reno lagi
"Saat kau sadar nanti, kumohon terima aku jangan lari lagi. Kita akan hidup bahagia, dan aku akan menebus semua kesalahan dan penderitaan yang kau derita selama ini."
"Maafkan aku Agatha, aku mencintaimu" (hilih)
•••••
Reno terkejut saat Rey membongkar semua rahasia tentang Dinata Gilang. la anak renterin tempat keluarga Agatha berutang, keluarganya mati satu persatu karena di bunuh gara-gara tidak mampu melunasi utang mereka tepat waktu sedangkan Agatha dibiarkan dan disiksa secara perlahan lahan. Bekas kekerasan yang dilakukan oleh Dinata Gilang yang membekas pada Agatha, siksaan yang diterima lebih dari sekedar siksaan Fisik, tetapi juga batin. Reno menyesal sampai menangis, begitu pula dengan kedua orang tuanya yang merasa sangat bersalah karena tidak mengetahui kehidupan belahan Jiwa anak laki-laki mereka.
Reno juga mengatakan hal apa yang sedang ia bicarakan dengan dokter. Tentang waktu kematian Agatha yang sama seperti miliknya. Kasus langka dalam seribu tahun. Biasanya ketika seorang belahan Jiwa mati maka belahan jiwa yang lain akan menjemput ajalnya seminggu, atau sebulan kemudian. Berbeda dengan Agatha dan Reno yang benar-benar waktu kematiannya sama. Ketika Agatha mati maka Reno pun akan begitu. Paru-paru Reno terisi cairan, ia akan mati karena kehabisan nafas, sedangkan Agatha akan mati tercekik sulur tanaman. Cara menjemput ajal yang menyakitkan.
Oleh karena itu begitu Agatha tersadar, Reno menangis sejadi-jadinya. Perasaan menyesal memenuhi hatinya.
•••••
"Hutangmu semuanya sudah kubayar" Ujar Reno
"Aku tidak pernah menyuruhmu membayarnya!" Seru Agatha
"Tapi aku punya tanggung jawab untuk itu!" Seru Reno
"Kau... Tidak pernah!! Ini masalahku, ini utangku! Aku yang harus membayarnya!!"
"Lalu membiarkanmu dipukuli dan disiksa Dinata Gilang lagi? Ingat, dia tidak akan pernah menyentuh dan mengganggumu lagi" Agatha terdiam, tangannya gemetaran. "Agatha aku salah, aku tidak mencarimu lebih dulu. Aku buta sesaat dan aku minta maaf. Benar-benar minta maaf" Reno meraih tangan Agatha untuk dia genggam
"Masih belum terlambat untuk memperbaiki semua, aku... Aku juga dalam keadaan tidak baik baik saja" Ujar Reno
"Tapi kamu punya pengganti-"
"Siapa bilang? Kalau Sandra berhasil menjadi penggantimu aku akan tetap sehat sekarang, tapi kenyataanya? Aku juga sekarat sepertimu." Ujar Renk. Dia menunduk, ia benar benar masih menyesal.
"Biarkan aku menebus kesalahanku Agatha. Aku akan memperlakukanmu dengan baik. Aku janji" Agatha menatap mata Reno. Orang yang selama ini selalu ia dambakan ternyata bisa berada di hadapanya sebelum menemui ajal.
"Aku mencintaimu Reno"
"Tidak, Aku lebih mencintaimu. Maafkan aku, dan kita akan bahagia selamanya" Ujar Reno
•••END•••
115Please respect copyright.PENANAJKNUXcnwgq