Sequel dari You in My Dream (Hanahaki)
Dua bulan sebelumnya ( Ini khusus pertemuan pertama mereka di dunia nyata, yang tidak mereka sadari)
Setelah Mina, Momo dan Haruto nonton konser EXO, hari berikutnya Mina dibantu oleh kedua temannya untuk pindah apartemen. Ke apartemen yang juga dihuni Haruto.
Lantai unit apartemen mina berada di lantai 41. Sedangkan Haruto ada di lantai 33. Meskipun begitu, Haruto dan Momo cukup sering berkunjung ke unit apartemen Mina.
•••••
Mina mengambil satu botol susu segar yang tersedia di tempat semua pesanan diletakkan ( ada sebuah meja khusus botol susu segar bagi para penghuni apartemen, jadi mereka tinggal ambil botol itu setiap pagi). Ia melirik ke pemuda yang baru saja berjalan menuju unit apartemennya kembali.
Mina merasa familiar dengan pemuda itu namun kembali tak ambil pusing.
Perempuan manis itu kembali masuk ke dalam unit apartemen miliknya.
•••••
Yuta menepuk pelan dahinya. Dia kembali berbalik arah setelah tadi sempat mengambil sebotol susu segar yang difasilitasi oleh apartemen mereka untuk seluruh penghuni di sana.
Dia berhenti sebentar ketika melihat perempuan yang bersurai peach memasuki kamar miliknya. 4173.
Yuta berada di unit apartemen 4168. Lumayan jauh (?).
"Kayak pernah liat. Dimana ya?" monolognya. Dia berjalan ke meja khusus tadi lalu mengambil sepotong sandwich yang tadi lupa ia ambil sekalian.
"Mungkin salah orang" Gumamnya lalu kembali berjalan ke unit apartemen miliknya.
•••••
Mina tiga minggu sebelum acara konser waktu itu, mengalami kecelakaan cukup parah. Koma selama dua hari. Saat itu Haruto sedang berada di Cina selama dua minggu untuk kunjungan bisnis bersama ayahnya.
Jadi Haruto tidak sempat menjenguk sahabatnya itu saat di rumah sakit.
Pada saat kecelakaan tersebut, Mina dibantu oleh seorang pemuda yang tak ia kenali. Hingga Mina selesai operasi, pemuda itu tetap menunggu. Setelah operasinya selesai, orang yang menolongnya sudah pergi dan Mina tidak pernah tau jika ia pernah ditolong oleh pemuda itu yang akhirnya masuk ke dalam mimpinya.
Karena keluarganya pun tidak menceritakan. Mereka terlalu fokus dan mengkhawatirkan anak semata wayang mereka. Hingga ia lupa untuk menceritakan jika Mina ada penolongnya. Yang memang Yuta, saudara sepupu Haruto.
Yuta pun tidak tahu dengan jelas wajah Mina, karena saat itu, wajah perempuan itu berlumuran darah karena kepalanya yang terbentur cukup kuat saat kecelakaan atau lebih tepatnya tertabrak dan kepalanya terbentur ke pinggiran trotoar. Syukurlah, tidak terlalu kuat, jadi tidak amnesia. (Ini bukan sinetron yang dikit² amnesia)
Jadi Mina hanya koma dua hari dan pemulihan selama hampir dua minggu. Sejak saat Mina sudah kembali pulih dan pulang dari rumah sakit, lebih dari satu bulan setelah kecelakaan tersebut Mina dan Yuta sama-sama mengalami mimpi tersebut.
Jadi, tebakan Mina yang mengatakan mereka pertama kali bertemu di konser EXO itu salah.
•••••
Masa sekarang
Yuta dengan cepat menggendong bridal style perempuan manis itu ketika melihat ada darah yang melewati sela jari yang ia gunakan untuk menutupi mulutnya.
Dengan cepat ia memanggil perawat dan dokter. Haruto pun kaget kenapa Yuta kalang kabut seperti itu (terlalu panik), dengan Mina di gendongannya. Haruto pun mengikuti Yuta.
Didalam kepala Yuta saat ini sama seperti saat pertama kali ia menolong orang yang kecelakaan dua bulan sebelumnya (ia tidak tahu jika itu Mina)- sampai sekarang juga belum tahu.
Hanya saja, di pikirannya hanya satu "perempuan manis di dalam gendongannya harus selamat apapun caranya!"
"Silakan menunggu di luar" Ucap dokter yang telah menangani Mina.
Jantung Yuta dari tadi sudah tidak beraturan detakannya. Pikirannya kacau. Padahal, Mina bukan siapa-siapa nya.
Hanya orang yang mirip seperti orang yang ada di mimpinya. (Bego ya mas nya)
"Dok, tolong selamatkan dia. Saya mohon" Pinta Yuta dengan wajah khawatir penuh harap. Haruto yang memperhatikannya hanya diam. Dia bingung, kenapa kakaknya sepeduli itu dengan Mina.
"Kami akan melakukan yang terbaik" Lalu pintu itu tertutup dari dalam.
Disisi Mina. Perempuan itu sudah diberi obat agar penyakitnya mereda. Obat yang biasa dia minum.
"Dok, jangan operasi saya. Beri saja obat seperti biasa" Pintanya dengan menahan lengan baju Dokter itu dengan tatapan memohon.
"Kamu tahu resikonya jika tidak di operasi?" Mina mengangguk pelan.
"Saya mohon. Saya hanya ingin menghabiskan sisa umur saya dengan orang yang saya cintai, walau hanya sekedar menatapnya dari jauh. Tapi, setidaknya di dunia nyata" Lirihnya.
Dokter itu mengangguk paham. Lalu memberikan beberapa vitamin dan resep obat, karena saat sang dokter ingin memanggil Yuta untuk diajak bicara, Mina kembali menahannya dan mengatakan jika itu bukan keluarganya.
Sebenarnya, agar orang yang membantunya itu tidak tahu penyakitnya. Padahal Yuta sudah tau, sejak Mina terbatuk dan memuntahkan kelopak bunga anemone putih.
"Baik, Myoui Mina. Ini resep obatmu. Semoga kamu mengambil pilihan yang tidak kamu sesali" Seru sang dokter. Mina hanya membalas dengan senyum tulusnya. Ia yakin bahwa pilihannya benar.
Walaupun tujuan ia ke rumah sakit untuk mengatur jadwal operasinya minggu depan. Semua itu akhirnya ia batalkan.
Karena ia ingin menikmati perasaannya terhadap Yuta, orang yang tadi bertabrakan dengannya. Orang yang selalu muncul di mimpinya dan menyebabkan taman anemone tumbuh di paru-paru nya.
Cklek
Haruto masuk ketika dokter sudah keluar dari ruang rawat Mina dan diikuti oleh Yuta.
"Kamu gapapa? Mana yang sakit?" Tanya Yuta khawatir dengan menyerobot Haruto yang akan duduk di kursi samping ranjang milik Mina. Lalu menggenggam telapak tangan milik Mina.
Haruto terpelongo melihat kakak sepupunya.
"Sejak kapan mereka kenal dan dekat?" Batin Haruto terheran-heran.
Mina tersenyum manis. Lalu menggeleng.
"Terimakasih. Saya Mina" Balas perempuan manis itu
"Nakamoto Yuta, panggil Yuta saja" Pemuda bersurai dark itu masih menggenggam dan mengelus pelan punggung tangan Mina. Haruto merasa tak di anggap (kasian jadi nyamuk).
"Kamu tadi kenapa Min?" Tanya Haruto akhirnya. Mina tersadar jika tidak hanya ada dia dan Yuta di ruangan itu. Ia mencoba duduk dengan dibantu oleh Yuta.
"Gapapa Ruto, aku tadi cuma kecapean. Pusing doang. Kamu ga perlu khawatir" Balas perempuan manis itu.
"Kamu ngapain ke rumah sakit?" Tanya Mina ke Haruto.
"Nemenin kak Yuta periksa. Katanya sering sakit kepala akhir-akhir ini" Jawab Haruto. Mina otomatis mengalihkan pandangannya ke Yuta yang ada di samping ranjangnya.
"Cuma sakit kepala karena kurang istirahat" Sahutnya walaupun Mina tidak bertanya.
"Kamu udah boleh pulang?" Haruto kembali mengambil kursi lalu duduk disamping ranjang Mina, di samping Yuta.
"Ini mau pulang sesudah nebus obat" Sahutnya.
Akhirnya Mina ditemani Yuta (Haruto di suruh pulang deluan sama Yuta) untuk menebus obatnya.
"Udah berapa lama?" Tanya Yuta ketika mereka sudah di mobil.
Mina menoleh
"Apanya k-kak?" Iya, Mina masih canggung untuk bicara informal dengan Yuta, orang yang baru ia kenal dan orang yang membuatnya mengalami sakit Hanahaki.
"Sakitnya. Udah berapa lama? Kalau ga salah, tadi warnanya udah putih. Udah parah kan itu?" Tebak Yuta, ia khawatir.
Mina menunduk. Matanya berkaca-kaca.
"Hampir satu bulan kak". Yuta kembali menoleh.
"Kenapa ga ngasih tau orangnya? Biar kamu bisa sembuh atau operasi aja?"
"Gapapa kak. Aku ga mau perasaan aku hilang buat dia. Lagian, sebelumnya aku juga ga bisa nemuin dia. Jadi aku nikmatin aja" Sahut Mina dengan cengirannya. Berusaha menenangkan diri dan tidak menangis.
Setelah 15 menit, mereka akhirnya sampai di apartemen Mina. Yuta akhirnya menyadari satu hal, bahwa orang yang ada di mimpinya berada dekat dengannya di dunia nyata. Namun tak pernah benar-benar bertatap muka.
"Aku mau cerita" Celetuk Yuta setelah beberapa menit hening ketika sudah sampai di apartemen Mina.
Perempuan manis itu membawa dua gelas minuman dingin dan menyerahkannya pada Yuta yang duduk di sofa.
"Aku tinggal di unit apartemen nomor 4168. Satu lagi aku sering mengalami mimpi aneh. Kayak nyata, tapi itu mimpi"
Mina menghentikan acara minumnya lalu menatap Yuta kaget.
"Hah? 4168? Wah, berarti kita satu lantai? Mimpi?"
Yuta mengangguk.
"Di mimpiku, kamu selalu hadir. Padahal kita ga pernah kenal" Mina semakin membolakan matanya tidak percaya.
"Lucu ya?" Ucap Yuta menertawakan dirinya sendiri. Namun Mina hanya diam tidak ikut tertawa.
"Kakak mau dengar ceritaku juga?" Yuta mengangguk
"Kita sama. Kakak juga selalu hadir di mimpi aku. Bahkan, buat aku kayak gini" Ucapnya lirih. Antara ingin marah atau menyalahkan takdir.
Yuta membolakan matanya. Ia paham maksud perempuan manis di depannya yang kini mengangkat satu bungkus obat penyakit Hanahakinya.
Ia memegang kedua pundak Mina lalu menatap lurus ke dalam kedua manik kembar karamel milik perempuan manis itu.
"Kamu ga bercanda kan?" Mina menggeleng pelan.
"Kenapa ga operasi? Kamu...gila. Nyawa kamu padahal taruhannya" Ucap Yuta tidak percaya dengan keputusan Mina.
"Tadi aku ke rumah sakit mau ngatur jadwal operasi, tapi ga jadi karena kakak muncul. Aku ga mau kalau aku operasi, perasaan aku sama kakak hilang. Aku gak mau. Hiks. Masa aku ga boleh nikmati perasaan aku pas udah ketemu kakak" Tangis Mina akhirnya lepas.
Yuta membawa Mina ke dalam pelukannya. Lalu mengusap pelan punggung Mina yang bergetar karena menangis.
"Aku minta maaf. Aku udah lancang masuk ke mimpi kamu dan bikin kamu kayak gini. Aku minta maaf" Seru Yuta.
"Walaupun kita cuma ketemu di mimpi sebelumnya, tapi kamu tau kan kalo aku juga suka sama kamu?" Tanya Yuta. Mina menggeleng. Ia menjauhkan wajahnya dari Yuta lalu kembali menatap manik kelam milik kakak tingkatnya itu.
"Aku ga tau. Di mimpi, aku cuma tau kakak baik sama aku, perhatian, dan bikin aku suka sama kakak" Lalu perempuan manis itu memalingkan wajahnya karena malu mengatakan hal tersebut.
Yuta terkekeh pelan. Dan membawa tubuh Mina ke dalam pelukannya.
"Aku juga suka sama kamu, Mina"
•••••
Mereka masih asyik cerita sebelum bel apartemen berbunyi.
Ngomong-ngomong ini sudah satu minggu setelah Mina dan Yuta bertemu. Mereka pun semakin dekat. Taman bunga di paru-paru Mina juga sudah tandus atau hilang.
Mina kaget karena saat orangtuanya mengenali Yuta. Minggu ini orangtuanya Mina mengunjungi putri semata wayangnya tersebut. Kebetulan Yuta sedang berada di apartemennya. Ngomong-ngomong, Mina tidak ingin tinggal di mansion keluarganya, karena ingin mandiri.
Meskipun setelah kecelakaan ia dilarang keras oleh ibunya, namun Mina lebih keras kepala. Dan akhirnya ia tetap tinggal di apartemen.
Yuta langsung membungkuk kepada orangtua Mina.
"Ibu dan ayah kenal kak Yuta?" Tanya Mina
"Ah, ibu lupa cerita. Pas kamu kecelakaan, Yuta yang menolong kamu" Yuta dan Mina saling pandang tidak percaya.
"Jadi, kita bukan ketemu di konser?" Tanya Mina ke Yuta.
"Bukan. Kalian udah ketemu tiga minggu sebelum konser." Jawab ibu Mina.
Yuta langsung ingat ke kalung milik orang yang ia tolong pas kecelakaan. Ia merogoh dengan cepat tas miliknya.
"Ini, kalung kamu?" Yuta kemudian menunjukkannya kepada si manis itu.
Mina mengangguk. Lalu menerima kalungnya.
"Kata ibu hilang pas aku nanya setelah sadar dari koma" Ujar Mina.
Kedua orangtua Mina tersenyum bahagia. Saat putrinya akhirnya bisa bertemu dengan penyelamat nya.
Mina membenamkan dirinya ke pelukan Yuta.
"Makasih kak" Gumam Mina di pelukan Yuta.
"Aku lebih berterimakasih, karena kamu udah berjuang dan ngasih aku kesempatan" Yuta mengecup kening Mina.
•••END•••
ns 172.71.255.26da2