"Ngeliatin dia terus.. Samperin dong Ajeng.." Revy nyamperin Ajeng, bawa air dingin.
"Ga ah.. Dia capek banget kelihatannya"
Ajeng kembali menatap seorang senior yang sedang bekacak pinggang di depan barisan mereka. Keringatnya dia usap, rambut hitam itu lepek karena keringat. Ingin rasanya Ajeng memberikan handuk tambahannya kalau saja dia tidak terlalu malu.
"Eventnya seminggu lagi, persiapan kita udah 80% ya. Pokonya kalau ada yang dibingungkan bisa tanya. Jangan pas udah dekat tampil malah ngilang! Saya samperin satu persatu dan saya tampar kalian!"
Para junior disana sontak mengangguk. Seniornya berjalan mendekat ke kerumunan manusia kelelahan itu. Keringatnya tidak berhenti dan dia benar-benar gerah.
"Ada yang bawa handuk tambahan?!" Tanya senior itu.
Ajeng menggigit bibirnya, haruskah dia berikan?
"A-Aku!!" Ajeng malu-malu, jemarinya mengangkat handuk kuning kecil dari tasnya. Seniornya tersenyum.
"Akan kukembalikan ya Ajeng" Ujar senior itu.
Ajeng hanya bisa tersenyum. Tapi selanjutnya Revy menepuk pundaknya bertubi-tubi.
"DARIMANA KAK ASAFA TAU NAMAMU!!?"
•••••
122Please respect copyright.PENANAk0S1Mhqcv5
Dari insiden handuk, dan event yang tinggal 3 hari lagi. Hari ini mereka uji panggung, Ajeng grogi bukan main.
"Panggungnya belum di lapis sih, tapi aman kok. Kalian maju setelah Hikma ya? Ah! Panjang umur. Dia sudah selesai, goodluck ya!" Wulan si seksi acara itu menggiring mereka para dancer yang akan tampil ke panggung.
Asafa mengerutkan alisnya
Ini papan, benar-benar belum terlapis, dia mengambil mikrofon dan menatap para juniornya.
"Hati-hati. Saya khawatir" Ujarnya.
Kata-kata itu ditujukan untuk semua. Tapi tetap saja Ajeng merona. Ia merasa seperti Asafa mengkhawatirkan dirinya.
Musik terdengar. Langkah kaki di panggung terdengar jelas. Lagu boyband terkenal EXO yang mereka bawakan. Jelas energi meluap keringat bahkan sampai bagian break dance yang sedikit menantang nyali.
Dan mereka bisa mengakhirinya dengan sukses.
•••••
Pada malam puncak Event akan ada segmen dimana semua performer akan maju dan membacakan surat mereka. Surat yang mereka buat selama menjalani pelatihan sebagai performer di Event kampus seni yang sangat bergengsi. Sampai keluar negeri. Event musim dingin pembuka tahun ajaran.
"Ya performer terakhir yang akan membacakan suratnya yaituuu..."
Saat itu Ajeng sedang bercanda dengan Asafa, dia dikatai mirip koala karena begitu selesai perform dia makan sambil tertidur.
"Ajeng!!! Dari prodi seni tari!"
Ia tersedak mendengar namanya di sebut. Sedangkan Asafa dan Revy sahabat baiknya hanya tertawa. Ia maju ke panggung setelah meminum beberapa teguk jus jeruk yang..
122Please respect copyright.PENANAXF8UwWLPrS
122Please respect copyright.PENANAZPlfNk8g6j
122Please respect copyright.PENANApulgVUCVj2
122Please respect copyright.PENANA2IbT2YZsL0
122Please respect copyright.PENANAFaAEUk8eIH
122Please respect copyright.PENANAn8poLWIkgE
ASTAGA ITU MILIK ASAFA!!
Ajeng merutuki kebodohannya sendiri yang minum dari botol jus Asafa, sedangkan disana Asafa sudah menghabiskan jus itu tanpa keberatan sama sekali. Astaga! Apakah mereka sudah ciuman secara tidak langsung?
"Eum... Jadi ini isi surat- Ah! Sebelumnya salam hormat-eh?! Salah! Yang saya hormati para dosen, dekan dan para pejabat-pejabat yang berkenan hadir, senior serta teman-teman baik sekampus maupun tidak.."
Ajeng ingin mengubur diri karena dia gugup!! Dia bahkan tidak ingat isi suratnya apa dan dia maju kedepan dengan kalimat terbata-bata yang tidak jelas seperti membicarakan omong kosong? Tolong Ajeng rasanya mau pulang saja...
"Hari ini kami dikumpulkan di aula besar, dan diminta untuk menulis surat dan aku tidak tau apa yang ingin aku tuliskan."
"Bagaimana dengan mulai dari, hai! Namaku Ajeng. Lalu kak Wulan menyuruh kita untuk menulis kesan dan pesan. Aku tidak punya pesan untuk di tulis. Karena kalian tau, Sekarang orang-orang menggunakan WA dan Instagram , kau tidak menggunakan aplikasi itu? Memangnya dirimu dari goa sebelah mana?" (nyelekit yaa hmm)
"Aku punya kesan yang sangat mendalam selama mengikuti latihan. Waktu itu dia datang dengan kaus abu-abu, kukira dia yang akan melatih vokal ternyata tidak. Dia pelatih tari, senior yang selalu dibicarakan karena prestasi kesana kemari tampil dan aku tidak tau kalau selama ini visualnya jika dilihat dari depan sangat tampan."
"Gerakannya yang luwes cukup membuktikan dia pantas menjadi pembicaraan di kampus ini dan itu semua terbukti dari like.. I mean. Look at that muscle!!"
"Namanya kak Asafa. Aku yakin tidak ada yang tidak mengenalnya. fans nya banyak, dia digadang-gadang menjadi calon trainee di agensi SM Entertainment tapi apapun cita-cita dan keinginannya aku hanya mengaguminya. Tidak nyambung? Memang!"
"Selain itu selama latihan, kita semua selalu berada dalam ruangan yang sama. Dia selalu menari dengan musik keras sementara para vocalist bernyanyi dengan hedset agar tidak terganggu, para tim lukis duduk di pojok Rungan membuat sketsa yang tak jarang adalah kita yang sedang latihan. Aku menyukai suasana ramai tapi hangat itu.
"Oh! Terakhir karena kertasnya sudah tidak muat! Aku berharap tidak membaca ini didepan siapapun karena seperti mempermalukanku. Apalagi didepan kak Asafa"
Ajeng menelan ludahnya.
"Tapi sialnya aku sudah membacanya di hadapan kalian dengan tampang seperti orang idiot!"
Orang-orang ada yang tertawa gemas, ada pula yang mencibir tapi Ajeng hanya terfokus kepada pria dihadapannya yang tersenyum begitu manis kearahnya.
"Uh bisa tidak kakak jangan tersenyum seperti itu? Aku jadi grogi (kayak Dejavu :v). Ah terserah. Terimakasih sudah mendengarkan omong kosong ini. Saya permisi"
Ajeng buru-buru berjalan ke belakang panggung. Pokonya ia ingin kabur!!
•••••
Kisah cinta Ajeng sebenarnya tidak seromantis novel-novel ataupun webtoon seperti The Secret Of Angel atau Eggnoid. Genrenya lebih random.
Karena setelah acara pembacaan suratnya waktu itu. Asafa berterimakasih padanya dan mereka masih teman dekat sampai sekarang.
Memangnya kalian berharap apa?
Apa harapan kalian sama seperti Ajeng?
Hari ini Ajeng ikut undangan keluarga Asafa, yang secara kebetulan ayah Asafa adalah rekan bisnis Kakaknya. Ajeng datang dengan pakaian casual yang sangat lucu.
"Sebenarnya aku ingin mereka membicarakan ini sendiri tapi Asafa bilang dia sangat ingin Ajeng menjadi bagian hidupnya" Ujar ayah Asafa
Asafa dan Ajeng kompak tersedak dan minum gelas berisi air putih mereka.
"Setelah kemarin wisuda bersama, aku bilang pada Asafa kalau aku ingin melihatnya bahagia. Dan dia bilang ingin membuat Ajeng menjadi bagian dari hidupnya" Ibu Asafa membenarkan letak selang oksigen di hidungnya.
"Astaga. Aku jadi terharu. Ajeng bagaimana menurutmu?" Ajeng melamun. Ia tidak berani menatap wajah Asafa ia hanya mengangguk.
"Oh Tuhan!!! Aku akan melihat anakku menikah sebelum pergi!!"
Namun disinilah awal dari cerita ini.
•••••
Orang-orang yang diundang di pernikahan Asafa dan Ajeng mengatakan ini adalah cerita dongeng. Tentang Ajeng yang menyukai seseorang secara diam dan akhirnya perasaannya terbalaskan dan kini mereka akan bahagia selamanya.
Bahkan kakaknya yang seorang pebisnis yang sangat sibuk itu segera mengosongkan seminggu jadwalnya demi mendampingi adiknya. Bahkan saat ini dia sudah menangis seperti anak kecil dihadapan Ajeng.
"Kemarin kakak baru menggendongmu yang masih bayi setiap pulang sekolah. Kemarin baru kamu yang menangis karena ingin masuk SMP yang sama dengan kakak sedangkan kamu baru masuk SD. Tapi sekarang kamu yang buat kakak nangis".
Ajeng sendiri juga udah nangis walaupun dia takut makeup-nya bakal luntur.
Ajeng dan kakaknya berpelukan, pelukan terakhir sebelum kakaknya nyerahin lengan kanannya untuk digandeng dengan bunga Anemone putih di tangan kanan Ajeng. Berjalan diatas karpet merah ditengah syahdu suasana gereja. (Ini ngikutin pernikahan ala korea yang di Drakor)
Janji suci diucapkan
Berjanji sehidup semati
Dalam susah maupun senang
Dalam sakit ataupun sehat
122Please respect copyright.PENANAzQeEEgVg9t
Asafa minta maaf lah kepada Tuhan..
122Please respect copyright.PENANA82dVrgnCev
122Please respect copyright.PENANATEVUzzCxMp
122Please respect copyright.PENANAuNWPvbBnBI
122Please respect copyright.PENANAUfSMZlv4Pn
122Please respect copyright.PENANALC4Nzb56y9
122Please respect copyright.PENANAMoh794Vvpx
Karena kamu akan mengingkari semuanya..
122Please respect copyright.PENANABKNBpkNDjI
122Please respect copyright.PENANACnmdisL1fZ
122Please respect copyright.PENANAte02hgZ57L
122Please respect copyright.PENANAvfDpURdBFH
•••••
Yang Ajeng tau selama menjadi istri Asafa pria itu sangat baik. Setiap hari ia selalu mendapatkan perlakuan baik
(Aduh jadi nd tega kaaa!! Otteokhae??)
Setidaknya setelah enam bulan bersama sebelum Ajeng kecelakaan dan pulang ke rumah dengan keadaan keguguran dan lumpuh total. (Ajeng Maafffff)
Asafa terdiam seribu bahasa semenjak saat itu.
Ajeng pikir itu karena kehilangan calon bayi mereka yang baru 3 bulan dalam kandungannya. Sehingga Ajeng masih bertahan dengan egoismenya.
Seharusnya kan Ajeng yang marah! Dia yang mengandung bayi itu.
Tapi malam itu Ajeng mendengar sebuah telfon dari arah balkon.
"Ibu yang gila! Sudah kubilang kenapa kalian dulu ingin menikahkan kami berdua? Dia hanya temanku tidak akan lebih dari itu! Aku menginginkan orang lain dan dia hanya menyukaiku!!" (eh lambe mu nak)
"Aku memperkenalkan dia karena kebetulan kita bertemu di supermarket bersama Kakaknya! Kalau tidak? Kalian tidak akan pernah bertemu dan aku tidak perlu menikahinya!!" (ya terus kenapa diam aja bambang sebelum kalian nikah)
"Dia itu sial! Lihat sekarang sudah kukatakan tidak perlu berbelanja. Dia pergi sendiri. Di tabrak bus dan ibu tau berapa biaya kompensasi yang aku keluarkan? 63 juta ibu!! Hanya untuk lampu jalan?"
"Sekarang?! Dia sudah keguguran. Lumpuh! Aku harus bagaimana menjalani hidupku? Menghadiri acara teman-teman dengan membawa kursi rodanya? Ayo lah!! Sekarang saja aku malu!!"
"Aku tidak membencinya!! Hanya saja aku tidak pernah menginginkannya" (Ajeng maafff sekali lagi huaa)
122Please respect copyright.PENANA2jGk55EJhP
122Please respect copyright.PENANApNZ7rsvMau
122Please respect copyright.PENANAa7umy5NfuX
Hancur sudah. Ajeng ingin hilang di telan bumi.
122Please respect copyright.PENANAuOlk2AFEL0
122Please respect copyright.PENANAdQ7GcZb2uV
Paginya Ajeng berusaha memasak, toast, bacon dan telur masih bisa dia buat. Bersyukur kursi rodanya termasuk canggih. Hanya dibutuhkan sedikit penyesuaian agar ia bisa menggunakannya lancar untuk beraktifitas.
Asafa keluar dari kamar dan memakan sarapannya sambil membuat jus untuk ia bawa ke tempat kerja.
"Jam berapa kak Asafa akan pulang?" Tanya Ajeng. Asafa menoleh.
"Aku tidak akan pulang"
Dingin
Tidak ada nada suara seperti ini kemarin.
"Lain kali kalau ingin menguping jangan sambil menghadap kearahku. Tapi tidak masalah aku tidak lagi harus berpura-pura"
Ajeng terkejut Asafa tau semalam ia menguping pembicaraannya?
"Aku minta cerai"
Ajeng mengangkat kepalanya menatap Asafa dan langsung menggeleng.
"TIDAK!!"
Asafa mendecih
"Memangnya apa yang kau harapkan dariku?" Ujar Asafa
"Aku akan membuatmu mencintaiku" berdebat dengan harga diri sendiri.
Ajeng hanya terlalu mencintai Asafa
"Tidak terimakasih. Aku masih menginginkan hidup sempurna dengan istri impianku. Berjalan berdua dan pergi bersama anak-anak kami"
"Apa aku bisa dapat itu semua darimu? Tidak tentu saja. Kamu kaki saja tidak punya Ajeng. Jadi jangan sok hebat" (Bangsat kali manusia ini)
Asafa mengambil tas kerjanya memasukkan botol jus itu dan berjalan ke pintu keluar.
"Ingat sedari awal aku tidak pernah menginginkanmu"
•••••
Ajeng sering menangis. Dia tertekan dari sana sini. Ia ingin pergi tapi terlalu mencintai.
Seminggu setelah Asafa mengeluarkan sifat aslinya ia meminta pisah ranjang. Katanya agar lebih mendukung nanti di proses persidangan.
Ia benar-benar kan meminta cerai pada Ajeng.
"Aku ingin kita tidur terpisah" Ujar Asafa
"Tapi hanya ada satu kamar. Aku tidak keberatan. Tidak perlu pisah ranjang"
"Tapi aku keberatan. Kau! Pergi ke luar dari kamar ini! Tidur dimanapun kau mau!" Ujar Asafa
Ajeng terkejut. Ini musim dingin dan penghangat ruangan hanya ada di kamar ini.
Asafa tega menyuruhnya tidur diluar?
Tapi ia baru ingin berontak ketika kursi rodanya di dorong kasar ke luar bahkan membuatnya tersangkut dan terbalik dari kursi roda.
Asafa kembali lagi dengan membawa selimut tambahan
"Jangan pernah masuk ke kamar ini kalau aku sedang ada di dalam. Satu ruangan denganmu saja aku tidak ingin"
Asafa membanting pintunya. Ajeng yang sudah terjatuh itu hanya bisa semampunya membalik kursi roda miliknya. Kembali duduk dan mendorong benda itu ke ruang tamu sambil sesegukan.
Hatinya sakit. Sebegitu rendahnya dia di mata Asafa.
•••••
Pagi kembali. Ajeng benar-benar berusaha menarik perhatian Asafa. Pagi-pagi sekali sebelum Asafa berangkat kerja ia membuatkannya sarapan.
"Kak ayo sarapan dulu"
Asafa melihat kearahnya sekilas lalu berjalan acuh.
"Kau tau masakanmu tidak enak. Jadi untuk apa aku memakannya? Kekasihku akan bawakan aku sarapan. Jadi tidak perlu berharap banyak ya ajeng" (This Bastard!!!)
Ia berjalan melewati Ajeng
"Kekasih?"
Asafa tertawa
"Tentu ingat posisi sejak awal aku tidak pernah menginginkanmu" ujar Asafa
"Dan yah... Sahabatmu Revy itu lumayan juga. Kau tau? Grup yang kita latih sama. Dan dia jauh lebih manis sekali sekarang" (REV MAAFFFFF)
Pintu ditutup
Ajeng menangis lagi...
Asafa menyakitinya lagi...
•••••
Apa cukup sampai disitu?
Tidak.
"Kak Asafa!! Kak!! Sakit!?"
Ajeng ditampar. Ia dibawa masuk ke dalam ruang cuci. Dan diikat
"Seharian Revy akan menginap disini. Kita akan bersenang-senang dan aku bilang padanya kau sedang di rumah ibuku. Jadi jangan pernah mengeluarkan suaramu sedikitpun.
Seharian Ajeng dikurung tanpa bisa melakukan apapun. Ia lapar dan haus tapi Asafa tidak pernah membukakan pintu itu untuknya.
••••
Hari ini seharusnya Ajeng dan Asafa makan malam di hotel karena setahun pernikahan mereka. Tapi...
Justru Asafa yang pergi bersenang-senang dengan Revy. Meninggalkan Ajeng.
Revy bahkan tidak membantunya saat ia memohon untuk melepaskan suaminya.
"Maaf Ajeng. Aku sudah mencintai kak Asafa. Aku sudah memberikan kepadamu kesempatan aku mengalah dan membiarkannya menyukaimu tetapi sekarang biarkan aku yang menggantikan mu menjaga dan mencintai kak Asafa"
"Sedari awal kak Asafa memang tidak menginginkan mu jadi mengertilah. Jangan buat dirimu dan kak Asafa tersiksa.
Ajeng melamun. Sampai tangan seseorang melambai didepannya
"Ah maafkan aku tuan Fikar.."
Ajeng membungkuk meminta maaf karena melamun saat diajak bicara.
"Tidak apa-apa. Jadi Ny. Ajeng, apa anda benar-benar ingin menggugat cerai tuan Asafa?" Tanya pria itu.
"Iya pengacara Fikar. Sebenarnya pernikahan kita tidak berjalan mulus dan sekarang sudah tidak bisa diatasi lagi" Ujar Ajeng.
"Tidak ada kekerasan fisik selama-"
"Tidak kumohon biarkan alasan perceraian ini karena perbedaan pendapat."
Pengacaranya menatap tepat dimata Ajeng yang benar-benar tidak ada harapan lagi disana
"Baiklah. Silakan tanda tangan disini. Hari ini saya akan berikan ini kepada Tuan Asafa." Ujar sang pengacara.
Ajeng gemetar menandatangani surat gugatan cerai itu.
Tak sadar air matanya mengalir
"Hujan di luar tidak akan reda beberapa saat. Tapi setidaknya akan berhenti dan muncul pelangi saat matahari. Kalau anda mengerti maksudku." Ujar si Pengacara.
Ajeng hanya tersenyum mengusap air matanya sambil sesekali menangis memanggil nama Asafa yang tidak akan pernah ia temui lagi.
"Aku harus pulang ke keluargaku sekarang. Bus nya pasti sudah lewat. Pengacara Fikar bisa bantu aku?" Ujar Ajeng
Si pengacara itu tersenyum. Mendorong kursi roda itu keluar cafe.
Tapi mengarahkannya ke mobil miliknya.
"Biar saya antar" Ujar si pengacara.
"Tidak perlu, pengacara Fikar sudah sangat membantu dan-"
"Fikar. Sekarang kita sudah tidak membahas tentang perceraian anda Ajeng. Kita bisa berteman dan daripada di bus anda kesulitan lebih baik saya antar."
"Baiklah Terimakasih"
•••••
Ajeng melamun kan dirinya didepan kaca.
Sidang sudah selesai dan ia resmi bercerai.
Tapi perasaannya lega.
Walaupun sempat kesakitan melihat wajah dingin Asafa yang sama sekali tidak pernah melihatnya. Bahkan seusai berjabat tangan terakhir Asafa hanya berbisik
"Terimakasih akhirnya kau tau diri"
Itu melukainya kembali.
Tapi setidaknya kini ia tidak perlu merasa sakit berkepanjangan.
Mungkin inilah jalan hidupnya.
•••END•••
AJENG MAAFKANKA!! REVY MAAFKANKA!
Tuhkan, niatnya mau bikin yg gemes² tapi malah berakhir kyak bgini.
ns 172.69.6.23da2