Hyunjin mengetuk-ngetukkan ujung sepatu barunya ke aspal dibawahnya. Rencananya ia ingin pamer sepatu barunya pada Taeri. Sesekali ia juga mengecek jam tangan hasil curiannya dari Minhyun yang dua hari dinas ke luar kota bersama Chaeyeon. Berdoa saja, semoga perbuatannya tak ketahuan dan ia lagi-lagi harus merelakan kepalanya dipukul ujung sepatu heals ibu nya.
Sepuluh menit lagi bel masuk berbunyi, dan sampai sekarang Taeri masih saja belum menunjukan tanda-tanda kehidupan. Hyunjin mengambil handphone nya dari dalam tas lalu mengetikan beberapa kalimat ke nomor kekasihnya.
To: Danger
"Kau lupa ini hari senin?"
Setelah memastikan pesannya pada Taeri terkirim, Hyunjin mendongakkan kepalanya ke atas, lebih tepatnya ke arah balkon kamar Taeri yang gordennya saja masih belum terbuka.
Ting!
Hyunjin menggeser layar ponselnya yang bergambar foto Taeri saat sedang makan, kemudian membuka pesan balasan dari Taeri.
From: Danger
"Kau berangkat saja, Oppa"
"Aku sakit"
Hyunjin mengeryitkan dahinya. Perasaan kemarin setelah ia mengantar Taeri pulang setelah perempuan itu ikut turnamen basket putri, Taeri masih baik-baik saja. Bahkan mereka sempat pergi kencan dulu ke sungai Han. Tak ada tanda-tanda Taeri sakit. Tak memperdulikan catatan bolosnya yang semakin menumpuk, Hyunjin nekat memanjat pagar rumah Taeri, lalu naik ke pohon apel yang ada didepan pagar pembatas balkon kamar Taeri. Hyunjin harus menahan nafas saat ia melihat ke bawah. Si gila itu lupa kalau ia takut ketinggian.
Hap!
Taeri terbangun saat telinganya mendengar suara debuman keras di balkon kamarnya. Dengan sok berani, Taeri mengintip dari sela gorden pintu balkon untuk melihat apa yang jatuh di balkonnya. Mata Taeri membelalak sempurna saat ia melihat sosok yang dikenalnya kini meringkuk memegangi kakinya di lantai balkon. Tangan Taeri memutar kunci dan pintu balkon dengan tergesa.
"Oppa! Apa yang kau lakukan di balkon ku?" Taeri menggoyangkan badan Hyunjin yang masih betah meringkuk. Si gila itu berjengit kaget saat tangan Taeri dengan hebohnya menggoyangkan punggung Hyunjin.
"Taeri? Aku selamat?" Hyunjin menatap Taeri dengan mata berbinar.
"Ish! Kau ini apa sih Oppa?! Bukannya sekolah malah meringkuk tidak jelas di balkon rumah ku!" Omel Taeri. Kepalanya yang berdenyut semakin terasa berdenyut melihat tingkah kekasih konyolnya.
"Kau sakit apa? Mananya yang sakit? Mau ke dokter? Atau ku telfon ambulance? Eh? KENAPA KAU KESINI? KENAPA TIDAK TIDURAN SAJA DI KASUR MU, HAH?!" Hyunjin mengangkat badan kekasihnya dan diletakannya lagi ke kasur Taeri.
Pluk!
Taeri memukul kepala Hyunjin dengan bantal kucing kesayangannya. Kadang, kepala Hyunjin harus dipukul untuk membuatnya agak waras. Itu yang dikatakan ayah Hyunjin dua hari yang lalu saat Taeri main ke rumah kekasihnya.
"Kenapa kau memukul ku sih?!" Protes Hyunjin.
"Bodoh! Kalau aku tak ke balkon, siapa yang akan membukakan pintu untuk mu?!" Taeri memijit pangkal hidungnya. Demam dan sakit kepala, sialan!
"Kau sudah makan?" Hyunjin menaikan selimut Taeri hingga menyentuh dagunya.
"Belum. Mom kan pergi bersama orang tua mu" Taeri memajukan bibirnya. Biasanya kalau sakit seperti ini, Ibunya pasti akan membuatkan bubur untuk nya.
"Tunggu sebentar! Aku belikan makan dulu" Hyunjin berjalan ke lemari Taeri untuk mengambil jaket nya yang pernah di pinjam Taeri. Setidaknya, Hyunjin tak ingin ketahuan bolos karna masih mengenakan seragam sekolah.
°
°
°
"Taeri, Taeri! Bangun dulu! Aku bawakan bubur!" Taeri mengerang tak nyaman saat pipinya ditepuk berkali-kali. Suhu tubuhnya yang meninggi membuat kepalanya semakin berdenyut nyeri. Tapi, mau tak mau Taeri membuka matanya. Hyunjin membantu Taeri bangun dan bersandar di kepala ranjang yang sudah ia letakan bantal di punggung Taeri.
"Nih, aku belikan bubur ayam. Makan dulu, setelah itu minum obat!" Hyunjin meletakan semangkuk bubur ayam yang masih hangat ke pangkuan Taeri.
"Kau benar-benar bolos?" Taeri menyuapkan sesendok bubur ayam kedalam mulutnya yang terasa pahit.
"Memangnya hari ini ada sekolah? Ku fikir hari ini libur nasional" ucap Hyunjin cuek. la kini tengah berkonsentrasi penuh meracik obat yang tadi ia beli di apotek setelah membeli bubur.
"Ck! Kepala ku sedang pusing Oppa. Jangan menambah pusing kepala ku!"
"Tak usah berfikir makanya! Makan dan istirahatlah setelah ini, dasar jelek!" Hyunjin mengambil sendok di tangan Taeri lalu menyuapkan sesendok penuh bubur ke mulut kecil Taeri.
Taeri memukul kepala Hyunjin dengan kesal. Hampir saja ia tersedak saat Hyunjin tanpa ampun memaksa Taeri menelan sesendok penuh bubur dari suapan si lelaki gila itu.
"Kalau kau mau membunuh ku nanti saja, setelah aku sehat!" Omel Taeri setelah berhasil menelan sesendok penuh bubur.
"Siapa yang ingin membunuh mu? Aku kan sedang berbaik hati menyuapi mu!" Hyunjin memamerkan cengiran bodohnya.
"Sini sendoknya! Aku bisa makan sendiri!" Taeri merebut sendok di tangan Hyunjin. la tak mau berakhir mati tersedak ditangan kekasih gilanya sendiri.
Setelah sendok ke lima, Taeri menyerah. Perutnya tak lagi mampu menampung suapan bubur selanjutnya. Jika tidak sakit sih, Taeri bisa saja menghabiskan semangkuk bubur ditangannya dalam beberapa menit saja.
"Nih, obatnya!" Hyunjin mengambil mangkuk di pangkuan Taeri lalu memberi tiga butir obat berbeda warna dan segelas air putih. Taeri mengambil obat dan segelas air putih di genggaman Hyunjin, lalu meminumnya. Taeri bukanlah tipe orang yang manja atau susah untuk minum obat.
"Sudah?" Taeri mengangguk menjawab pertanyaan Hyunjin.
"Tidurlah lagi. Aku ada di bawah. Kalau kau butuh apapun, teriak saja!" Hyunjin sudah akan berdiri dari pinggir ranjang Taeri saat tangan kekasihnya menahan lengannya.
"Kenapa?"
"Terimakasih Oppa" Taeri tersenyum manis. Hyunjin terdiam. Dalam keadaan sakit pun, Taeri masih terlalu cantik dimatanya. Untung, ia berhasil merebut Taeri dari sepupunya! Kalau tidak, pasti si tupai itu yang saat ini menikmati senyum cantik Taeri.
Cih!
°
°
°
Hyunjin terbangun saat mendengar suara gaduh dari arah dapur. la menyempatkan diri mengambil sandal dibawah sofa sebelum mengendap-endap ke arah dapur. la takut jika ada perampok, pencuri, pembunuh yang masuk ke rumah dan.
eh?
"Taeri? Sedang apa kau disini?" Hyunjin mengerjabkan matanya saat menemukan Taeri berjongkok didepan kulkas dengan kaleng kimchi yang sudah pecah dibawah kakinya.
"Ehhm.. aku bisa jelaskan Oppa" Taeri mengerjabkan mata polosnya.
"Jelaskan nanti saja. Sekarang duduk di meja bar! Jangan mendekat sebelum aku selesai membereskan kekacauan yang kau buat!" Hyunjin menggandeng tangan Taeri lalu mendudukannya di kursi bar di belakangnya. Hyunjin pergi ke arah pintu belakang untuk mengambil sapu dan juga lap pel. Setelahnya, lelaki gila itu dengan telaten membereskan kekacauan yang dibuat Taeri.
"Kau lapar?" Tanya Hyunjin setelah selesai membereskan pecahan kaca dan kimchi yang tercecer di lantai. Taeri mengangguk lemah. Tangannya memegangi perutnya sendiri yang sudah berbunyi sejak ia bangun tidur tadi.
"Aku tak bisa masak. Dan aku tak mengizinkan kau masak. Jadi, tunggu di sofa, aku akan pergi kel-"
"TAK BOLEH!" Pekik Taeri sebelum Hyunjin menyelesaikan ucapannya. Entah kenapa ia tak mau ditinggalkan Hyunjin.
"Kau ini kenapa sih? Aku hanya keluar ke gang depan, Lee Taeri" Hyunjin mengeryit heran, tak biasanya Taeri bertingkah manja padanya. Apa mungkin karna sedang sakit?
"Tak mau! Kita pesan makanan saja! Ya, Oppa?" Taeri menyandarkan dagunya di bahu Hyunjin sementara tangan nya mengurung Hyunjin posesif.
"Ish! lya, iya! Lepaskan aku!" Pipi Hyunjin memanas. la yakin, ia tak mungkin tertular demam Taeri kok.
"Aku mau sup ayam pedas ya Oppa!"
"Tidak!" Tolak Hyunjin.
°
°
°
"Huaaahh!!! Kenyang!" Taeri menepuk perutnya sendiri setelah menghabiskan dua mangkuk nasi miliknya dan milik Hyunjin.
"Yah, setidaknya aku masih bisa minum kuahnya" ucap sarkas Hyunjin. Taeri terkekeh puas melihat wajah kusut Hyunjin. Kasihan sih. Tapi wajah cemberut Hyunjin lebih menarik untuk dilewatkan begitu saja.
"Aku kan sedang sakit. Jadi aku harus makan yang banyak" Taeri menusuk-nusuk pipi kekasihnya. Namun, bukan Hyunjin jika tidak membalas. Lelaki gila itu menggigit jari telunjuk Taeri yang menempel di pipinya.
"Ish! Sakit Oppa!" Taeri memukul punggung Hyunjin dengan sekencang yang ia bisa walau jari telunjuknya masih berdenyut nyeri.
Hyunjin membereskan mangkuk bekas makan Taeri yang bercecer dimeja ruang tengah kemudian dengan telaten mencuci semuanya.
Taeri memperhatikan kekasihnya yang sibuk dengan mangkuk kotor mereka. Hyunjin dengan wajah seriusnya adalah definisi tampan yang tebaik bagi Taeri. Tapi begitu si gila itu membuka mulutnya, jangan harap lagi bisa menikmati ketampanan Hyunjin dengan tenang.
"Kau kenapa melamun?" Taeri sedikit terlonjak kaget begitu sadar Hyunjin sudah berdiri didepannya dengan segelas air dan tiga butir obat ditangannya.
"Nih, minum obat dulu!" Hyunjin membuka paksa mulut Taeri dan memasukan ketiga butir obat ditangannya. Taeri hampir saja tersedak lagi kalau saja tidak segera meminum segelas penuh air di genggaman Hyunjin. Kekasihnya itu memang harus di pukul heals dulu supaya otaknya sedikit manusiawi.
"Kau gila!" Sungut Taeri pada Hyunjin yang kini berguling-guling dibawah sofa.
"Buahaha... coba saja kau bisa lihat wajah mu tadi! Buahaha."
"Dasar sinting!"
"Astaga.. ada untungnya juga kau jadi kekasih ku. Aku jadi bisa awet muda" Hyunjin mengusap sudut matanya yang basah. Si gila itu mendudukan dirinya disofa samping Taeri.
"Dan aku bertambah tua karena jadi kekasih mu!" Taeri menyandarkan kepalanya yang masih berdenyut nyeri di dada Hyunjin.
"Masih sakit?" Hyunjin memijat kening Taeri yang dibalas anggukan oleh Taeri
"Makanya, jangan rakus! Eskrim satu cup kau habiskan sendiri mentang-mentang Mom pergi! Rasakan!" Omel Hyunjin.
Skak mat! Ketahuan sudah apa penyebab Taeri demam. Hyunjin memang tak bisa dibohongi sedikitpun.
"lya, iya, aku mengaku salah kali ini" Taeri mengusapkan wajahnya di dada Hyunjin.
Hening. Taeri sedang menikmati suara degub jantung Hyunjin yang memburu sama seperti miliknya. Taeri tersenyum manis, ternyata bukan hanya dirinya yang selalu berdebar saat mereka berdekatan satu sama lain.
Cup.
"Jangan sakit lagi! Aku tak suka!" Ucap Hyunjin dengan suara beratnya tepat di sebelah telinga Taeri, tepat setelah ia mendaratkan kecupan kecil di puncak kepala Taeri.
"Kau bisa manis juga, Oppa?" Taeri menatap jahil pada Hyunjin. Tak biasanya kekasih gilanya itu mau bersikap manis padanya.
"Aku memang gila, tak waras, suka bertingkah, sering membuat mu pusing, bahkan pernah membuat mu pingsan. Tapi kau harus tau, aku mengejar mu bukan tanpa alasan" Hyunjin menyisipkan rambut poni Taeri yang menutupi mata kekasihnya. Taeri diam. Menunggu ucapan selanjutnya yang ingin Hyunjin ucapkan padanya.
"Kau tau kan alasannya apa? Jangan pura-pura bodoh! Walau kau memang tak pintar!" Hyunjin memencet keras hidung Taeri dan membuatnya harus dihadiahi cubitan kencang diperutnya.
"Ish! Katakan saja alasannya! Aku ingin dengar!" Rengek Taeri.
"Tak mau!"
"Katakan!"
"Tak mau!"
"Katakan!!"
"Tak.Mau!"
"Kau ingin aku mendengarnya dari-"
"Karna aku mencintai mu Lee bodoh Taeri!"
Hening.
"Pfft. buahaha.. kenapa lucu sekali sih mendengar mu mengatakan cinta pada ku? Sepertinya aku harus sering-sering mendengarnya besok" Taeri memegangi perutnya yang terasa pegal karna tawanya sendiri.
Sret! Cup!
Ciuman pertama mereka. Hyunjin tetap menjaga Taeri dari nafsu buruk yang bisa saja mempengaruhi kerja otak mereka berdua. Untuk bebera detik, Hyunjin akhirnya melepaskan ciuman mereka. la tak berani melangkah lebih jauh dari ini. Baginya, menjaga Taeri dari dirinya sendirilah yang paling sulit. Maka dari itu Hyunjin jarang sekali melakukan kontak fisik pada kekasihnya.
"Alasan ku merebut mu dari Jisung adalah karna aku mencintai mu Taeri. Mencintai mu tanpa merusak mu sedikitpun adalah tugas besar ku kini" Hyunjin menangkup kedua pipi merah Taeri.
Taeri tak yakin yang ada didepannya adalah sosok gila yang sama seperti yang selalu membuat kepala Taeri pening. Sosok Hyunjin didepannya adalah sosok baru yang mengejutkan baginya. la tak pernah menyangka perasaan Hyunjin sedalam dan setulus itu padanya. Dalam hatinya, hari ini Taeri memastikan jika Hyunjin adalah sosok yang tepat untuk berjuang bersamanya.
"Oppa, seberapa lama waktu yang bisa kita habiskan bersama?" Taeri tak rela jika pada akhirnya bukan dirinyalah yang berdiri mendampingi Hyunjin. Karena baginya, Hyunjin adalah sosok yang paling tepat untuknya.
"Kita lihat dan pastikan saja tak ada orang gila lain yang mengganggu kita!" Hyunjin menarik Taeri kedalam pelukannya. Pelukan pertama mereka. Pelukan yang sangat biasa dilakukan oleh pasangan lain. Tapi untuk mereka, pelukan ini adalah lambang bagaimana ikatan kuat antara si gila dan si cantik.
Benar, tak ada yang bisa memastikan masa depan. Namun, untuk mereka, masa depan adalah hal konyol yang ingin mereka lewati tanpa ada orang lain yang mengganggu mereka.
"Aku mencintai mu Hwang Hyunjin"
"Aku mencintai mu Lee Taeri"
80Please respect copyright.PENANApHjy9uubng
•••TBC•••
80Please respect copyright.PENANAa7Kp3T0yrO
Eww cringeeeee
ns 172.70.126.85da2